Sabtu, 25 Juli 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DELIRIUM

I. KONSEP DASAR
A. Pendahuluan
Psikosa secara sederhana dapat didefinisikan sebai suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa
kenyataan (sense of reality). Keadaa ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa
yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang
menunjukkan ganggua kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa
sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa
ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan
terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi.
Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik :
1. Perasan sedik, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
2. keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan
motorilk yang berlebihan
3. regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh tak
acuh terhadap harapan sosial.
4. preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa
kebesaran
5. keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.
B. Pengertian
Delirium adalah sindroma otak organik karena fungsi atau metabolisme otak secara umum atau
karena keracunan yan menghambat mnetabolisme otak.
C. Gejala
Gejala utama ialah kesadaran menurun. Kesadaran yang menurun ialah suatu keadaan dengan
kemampuan persepsi perhatian dan pemikiran yan berkurang secara keseluruhan (secara
kuantitatif).
Gejala-gejala lainnya penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada
yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, adanya klien yan terutama halusinasi dan ada yang
hanya berbicara komat-kamit dan inkohern.
Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan
pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa
premorbidnya, mekanisme pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari
keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya.
D. Psikopatologi
Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkan sudah sembuh, mungkin
sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang
disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan
oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh
darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus,
endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya). Bila bagian otak
yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung
pada penyakit yang menyebabkannya. Jika disebabkan oleh proses yang langsung menyerang
otak , bila proses itu sembuh maka gejala-gejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang
ditinggalkan gejala-gejala neurologik dan atau gangguan mental dengan gejala utama gangguan
intelegensi. Bisa juga didapatkan adanya febris. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu
dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.
E. Penatalaksanaan
a. Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi
kerusakan otak yang menetap.
b. Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
c. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa
dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat
menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
d. Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri
(jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
e. Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal
dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi.
f. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang
mempunyai dosis efektif tinggi.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, status
sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat (menurut klien dan atau
keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
3. Faktor predisposisi
Menemukan gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan diagnosis serta menentukan tingkat
gangguan serta menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayat
dan perkembangan gangguan jiwa yang terdapat. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui
etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti.
Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan
psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan,
struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik
yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat
disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan
pembuluh darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak
(tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).
4. Pemeriksaan fisik
Kesadran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia, febris, BB
menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.
5. Psikososial
a. Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh lebih tinggi dari
kembar dizigot .
b. Konsep diri
· Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik
penyakit.
· Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.
· Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran dengan
peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya,
serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
· Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.
· Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya
rendah karena kegagalannya.
c. Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang
selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Konsep diri
dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang yang penting dalam kehidupan
individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan internal. Perkembangan
hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar
mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari
orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain.
Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
d. Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak atau kurang mampu
dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6. Status mental
a. Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c. Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan kegiatan
motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
d. Alam perasaan
Klien nampak ketakutan dan putus asa.
e. Afek dan emosi.
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu karena jika
langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan
perubahan afek yang digunakan klien untukj melindungi dirinya, karena afek yang telah berubahn
memampukan kien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal.
Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir
yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang.
g. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek. Perubahan
persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau
berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
h. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung berdasarkan
penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima.
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan
orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah ulang
kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan
dengan pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik
(memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang
sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
i. Tingkat kesadaran
Kesadran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.
j. Memori
Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi )kejadian pada beberapa jam atau hari yang lampau)
dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).
k. Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi
l. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan dalam penilaian atau keputusan.
7. Kebutuhan klien sehari-hari
a. Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah . Kadang-kadang
terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam,
sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b. Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea putus
asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi
Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari biasanya, karena sukar
tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
8. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari atau
meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak mampuan
mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku
patologis. Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah
mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup
diri.
9. Dampak masalah
a. Individu
· Perilaku, klien muningkin mengbaikan atau mendapat kesulitan dalam melakukan kegiatas
sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak mau mandi, tidak mau menyisir atau
mengganti pakaian.
· Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri rendah,
merasa tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu diisolasi.
· Kemadirian , klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada keluarga atau oorang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik.
10. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
b. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan cara mengekspresikan
secara konstruktif.
c. Perubahahn proses berpikir berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mempercayai orang
d. Risiko terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, status emoosional yang meningkat.
e. Kesukaran komunikasi verbal berhubungan dengan pola komunikasi yang tak logis atau
inkohern dan efek samping obat-obatan, tekanan bicara dan hiperaktivitas.
f. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang tidak
adequat.
g. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
h. Perubahan pola tidur berhubungan dengan hiperaktivitas, respon tubuh pada halusinasi.
i. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan dengan
kurangnya informasi.
B. Rencana Tindakan
a. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
Batasan kriteria :
Sasaran jangka pendek :
Dalam 2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan kegelisahan dan melaprkan pada
perwat agasr dapat diberikan intervensi sesuai kebutuhan.
Sasaran jangka panjang :
Klien tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan selama di rumah sakit.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, status emosional yang meningkat.
Batasan kriteria :
Penurunan berat badan, konjunctiva dan membran mukosa pucat, turgor kulit jelek,
ketidakseimbangan elktrolit dan kelemahan)
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mencapai pertambahan 0,9 kg t hari kemudian
Hasil laboratorium elektrolit sserum klien akan kembali dalam batas normal dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat pulang.

c. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung
yang tidak adequat.
Batasan kriteria :
Kurang rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain, komnuikasi yang tidak
realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, afek emosi yang
dangkal.
Sasaran jangka pendek :
Klien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayai dalam 1
minggu.
Sasaran jangka panjang :
Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam aktivitas
kelompok di unit rawat inap.

d. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
Batasan kriteria :
Kemauan yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, be3rkemih dan kurang minat dalam
berpakaian yang rapi.
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien ampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemosntrasikan suatu
keinginan untuk melakukannya.

e. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Batasan kriteria :
Adanya pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan informasi dan
mengastakan adanya permaslah yang dialami kien.
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan efek terhadap tubuh yang diikuti dengan implemetasi rencana pengjaran.
Sasaran jangka panjang :
Klien dapat mengatan pentingnya mengetahui dan kerja sama dalam memantau gejala dan tanda
efek samping obat.


III. TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Sdr. R
Umur : 22 tahun
Jenis kemain : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/indoensia
Agama : Islam
Alamat : Jl. K U IV/34 SDR
Pendidikan : lulusan STM teknik mesin
Pekerjaan : Swasta
MRS : 8 Agustus 2001
Tanggal pengkajian : 9 Agustus 2001
Sumber data : klien, taman, keluarga (ayah dan ibu klien)
2. Keluhan utama
Ngomel-ngomel
Autoanamnese :
Klien dapat menyebutkan namanya yang dijawab dengan labt denagn suara yang agak keras, tetapi
klien salam dalam menyebvutkan siap ayah dan ibunya serta teman yang ada disekitarnya.
Heteroanamnese :
- 1 minggu yang lalu klien sakit panas, disertai bicara ngelantur, gelisah, sulit tidur dan seperti
bingung dan marah-marah.
- Klien sering melihat dan mendengar sesuatu yang terasa pada tangan yang dipasang infus ada
bunyi derap sapi sebanyak 4 (empat) yang sedang berkejar-kejaran (“tak-tuk-tak tuk”)
- KLIen juga tidak mengenal orang-orang disekitarnya yang sebelumnya sudah dikenalnya (salah
menyebutkan namanya)
- Klien banyak negelamun, tidak bisa tidur dan juga tidak mau makan
- klien pernah mempunyai keinginan untuk mencarai ilmu yang bermanfaat bagi dirnya dan orang
lain sejak 4 bulan yang lalu tetapi klien tidak mampu dalam menjalninya dan bertirakat sehingga
klien tergoncang jiwanya, ngomel-ngomel, berbicara keras dan kadang-kdang marah sehingga harus
dibawa ke RS.
3. Faktor predisposisi
- Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa
- tidak ada anggota keluargany ayng mengalmio gangguan jiwa
- kien pernah menjalani operai usus buntuk pada bulan desember tahun 2000 di RS kartini Krian.
- Pengalaman klien yang tidak menyenangkan adalah pada gurunya saat menjalani pembekalan ilmu sehingga dirinya merasa tidak kuat lagi.
4. Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang meningkat, GCS 456, Refleks fiologis (+), refleks patologis (-). Tensi 120/70, nadi
80 x/mnt, RR 20 x/mnt, temp[eratur 37,1 C, BB 44 kg, TB 158 cm., takikardia, febris, BB menurun
karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.

5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
· Ganbaran diri, klien tidak mengeluh tentang gambaran diri yang dimilik,(menerima dir sendiri
apa adanya).
· Identitas, klien laki-laki.
· Peran, kien sebagai anak yang perlu mengabdi kepada keluarga (ayah dan ibu) dengan
bekerja keras membantu di sawah.
· Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada(mencari
ilmu untuk menjga diri dan membantu orang lain tetapi tidak mampu untuk mencpatkannya)
· Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya
rendah karena kegagalannya.
c. Hubungan sosial
Klien mengnanggap bahwa orang tua merupakan orang yang paling berarti dan perlu berbakti
kepadanya serta berbalas budi. Berbagai faktor di masyarakat yang membuat kien diterima sebagai
anggota kelompok remaja karenan mempunyai kepandaian dalam bidang olah raga (seperti
badminton, pingpon, sepak bola dan permaina ringan lainya. Klien juga mengikuti permainan yang
sifatnya totoan dan klien pernah kalah sehingga berkeinginan untuk mencari ilmu utnuk menambah
kamatangan diri dan membanti orang lain tetapi klien tidak mampu sehingga mengalami gangguan
intertaksi dan jengkel pada gurunya.
d. Spiritual
Keyakinan klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat. tetapi tidak atau kurang mampu
dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6. Status mental
a. Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri, berbaring dan
dipasang infus dextrose 5 % 20 tetes/mnt pada tangan kiri
b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c. Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan
motorik, gelisah, agitasi.
d. Alam perasaan
Klien nampak ketakutan dan putus asadan harga diri rendah.
e. Afek dan emosi.
Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi dirinya, karena
afek yang telah berubah memampukan kien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari
lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang
dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang serta secara memik
menunjukkan sifat bermusuhan.
g. Persepsi
Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi penglihatan dan pendengaran.
h. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung berdasarkan
penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima.
Bentuk pikir non realistik. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif
yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis(Pemikiran autistik). Klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Arus pikir (Asosiasi longgar) ,dan isi pikir (pemikiran tak
memadai)
i. Tingkat kesadaran
Kesadran berkabut.bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.
j. Memori
Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi )kejadian pada beberapa jam atau hari yang lampau)
dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).
k. Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi
l. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan dalam penilaian atau dan lambat dalam pengambilan keputusan.
7. Kebutuhan klien sehari-hari
a. Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah . Kadang-kadang
terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya terganggu sepanjang malam, sehingga
tidak merasa segar di pagi hari yang ditandai adanya kien tampak nagantuk, mata merah dikuatkan
oleh cerita keluagra (ayah dan ibu klien)
b. Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea putus
asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi
Klien terganggu buang air kecilnya, kadang-kadang ldibantu dan kadang ngompol dan belum BAB
selam 2 hari setelah MRS.
8. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari atau
meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak mampuan
mengatasi secara konstruktif menyebbkan klien ngomel-ngomel, menarik diri diri dari kelompoknya
dan kadang-kadang marah.
9. Penatalaksanaan
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal 10 Agustus 2001
Hb : 12,5 gr%
LED : 45 mg/L
Leukosit : 5,0 x 109 /dl
Pemeriksaan widal :
S thyphi O : negatif
S. Typhi H : negatif
S. Para A : negatif
S. Para B : negatif
Perawatan
a. Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi
kerusakan otak yang menetap.
b. Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
c. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa
dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat
menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
d. Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri
(jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
e. Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan
kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal
dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi.
f. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang
mempunyai dosis efektif tinggi.
g. Pemberian obat Haloperidol 2x1 mg
9. Dampak masalah
a. Individu
· Pola persepsi dalam pemeliharaan kesehatan, klien secara tidak sadar bahwa dirinya
mengaami gangguan jiwa
· Pola nutrisi dan metabolime, penurunan berat bdan dan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan
· Pola aktivitas, perilkua yang hiperkinesia, agitasi dan gelisah
· Pola eliminasi, bak masih ngompol (kadang-kadang), 2 hari belum BAB setelah MRS
· Pola istirahat dan tidur, kien sulit tidur dan gelisah
· Pola kognitif, klien tidak bisa konsentrasi dan lambat berbicara dan mengambil keputusan
· Pola persepsi diri, halusinasi dengar dan penglihatan
· Pola peran, harga diri rendah, putus asa, kegagalan
· Pola penyesuai diri, isolasi diri
· Pola hubungan sosial, keursakan interkasi sosial
· Pola kepercayaan dan agama, gangguan dalam beribadah
b. Keluarga :
· klien mungkin mengabaikan atau mendapat kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
seperti kebersihan diri misalnya tidak mau mandi, tidak mau menyisir atau mengganti pakaian.
· Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri rendah,
merasa tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu diisolasi.
· Kemadirian , klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada keluarga atau
orang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik.
· Ketegangan tingkat konflik, mengganggu satu atau lebih anggota keluarga berperan dengan
baik .

10. Pohon Masalah
11. Analisa Data
11. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
berespon pada sensori-perseptual (halusinasi dengan dan lihat).
b. Risiko terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, status emoosional yang meningkat.
c. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang tidak
adequat.
d. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
e. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan dengan
kurangnya informasi.
B. Rencana Tindakan
a. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan berespon pada gangguan sensori-perseptual (halusinasi dengar dan lihat).
Batasan kriteria :
Sasaran jangka pendek :
Dalam 2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan kegelisahan dan melaprkan pada
perwat agasr dapat diberikan intervensi sesuai kebutuhan.
Sasaran jangka panjang :
Klien tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan selama di rumah sakit.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
status emosional yang meningkat.
Batasan kriteria :
Penurunan berat badan, konjunctiva dan membran mukosa pucat, turgor kulit jelek,
ketidakseimbangan elktrolit dan kelemahan)
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mencapai pertambahan 0,9 kg t hari kemudian
Hasil laboratorium elektrolit sserum klien akan kembali dalam batas normal dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat pulang.
c. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung yang
tidak adequat.
Batasan kriteria :
Kurang rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain, komnuikasi yang tidak
realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, afek emosi yang
dangkal.
Sasaran jangka pendek :
Klien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayai dalam 1
minggu.
Sasaran jangka panjang :
Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam aktivitas
kelompok di unit rawat inap.

d. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
Batasan kriteria :
Kemauan yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, be3rkemih dan kurang minat dalam
berpakaian yang rapi.
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemosntrasikan suatu keinginan untuk melakukannya
e. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Batasan kriteria :
Adanya pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan informasi dan
mengastakan adanya permaslah yang dialami kien.
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan efek terhadap tubuh yang diikuti dengan implemetasi rencana pengjaran.
Sasaran jangka panjang :
Klien dapat mengatakan pentingnya mengetahui dan kerja sama dalam memantau gejala dan tanda
efek samping obat.

C. IMPLEMENTASI (PELAKSANAAN)

CATATAN PERKEMBANGAN

D. EVALUASI
Masalah yang muncul selama perawatan di rumah sakit dapat dilakukan tindakan perawatan dan
kolaboratif sehingga tujuan dapat dicapai dan teratasi.

ASKEP DELIRIUM

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN DELIRIUM

I. KONSEP DASAR

A. Pendahuluan
Psikosa secara sederhana dapat didefinisikan sebai suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaa ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan ganggua kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi.

Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik :
1. Perasan sedik, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
2. keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan
3. regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
4. preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran
5. keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.

B. Pengertian
Delirium adalah sindroma otak organik karena fungsi atau metabolisme otak secara umum atau karena keracunan yan menghambat mnetabolisme otak.

C. Gejala
Gejala utama ialah kesadaran menurun. Kesadaran yang menurun ialah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi perhatian dan pemikiran yan berkurang secara keseluruhan (secara kuantitatif).

Gejala-gejala lainnya penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, adanya klien yan terutama halusinasi dan ada yang hanya berbicara komat-kamit dan inkohern.

Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya.

D. Psikopatologi
Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkan sudah sembuh, mungkin sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya). Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya. Jika disebabkan oleh proses yang langsung menyerang otak , bila proses itu sembuh maka gejala-gejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan gejala-gejala neurologik dan atau gangguan mental dengan gejala utama gangguan intelegensi. Bisa juga didapatkan adanya febris. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.

E. Penatalaksanaan
a. Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
b. Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia.
c. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
d. Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
e. Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi.
f. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.

ASKEP CA. MAMMAE Bag 2

Konsep Dasar Carsinoma Mammae
Pengertian
Carsinoma Mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan
mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas yang bertumbuh perlahan karena suplai
limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mamae yang banyak mengandung banyak pembuluh
limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase.
Penyakit kanker payudara/mammae adalah penyakit keganasan yang berasal dari struktur
parenchim payudara. Paling banyak berasal dari efitel duktus laktiferus (70 %), efitel lobulus (10%)
sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit payudara, kanker payudara/mammae
tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang beberapa waktu menyebar melalui saluran limfe
(penyebaran sisitemik) keorgan vital lain seperti paru-paru, tulang, hati, otak dan kulit.
Etiologi
Karsinoma mammae secara pasti tidak diketahui penyebabnya tapi pencetus yang sering
disebabkan olah estorogen yang lebih dikenal sebagai estorogen dependent mengandung eseptor
yang mengikat estradiol, suatu tife esterogen yang pertumbuhnya diangsang oleh esterogen, karena
reseptor ini tidak muncul pada jaringan payudara yang normal
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala paling dini adalah berupa tumbuhnya benjolan pada daerah mamae,

Prognosa
Prognosa kanker payudara dlam hal pencapaiansurvival yang tinggi dan perbaikan kualitas idup
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor prognostik primer antara lain :
1. Status kelenjar getah ening (lympa node status) : jum;ah kelenjar getah bening invasi
kapsul
2. Diameter tumor (tumor size) : diametr tumor mempunyai korelasi dengan penyebarannya
kelenjar getah bening
3. Hormon reseptor (HR) status : esterogen reseptor (ER), progesteron reseptor (PR)
4. Histopathology status : nuclear rade, histologic grade
5. S-phase: indeks profilasi sell
6. DNA ploidy : ondeks diploid dan undiploid cell
7. HER-2 /new reseptor(C-er B-2 reseptor
8. P53
9. Epiermal growth faktor reseptor (EGFR)
10. Cathepsin D
11. Angiognesis
12. Umur
13. Staadium panyakit
Patologi
Ket :
o Apoptosis : program sel dimatikan kalau abnormal
o Protoencogen : mengatur proses pertumbuhan
o Tumor supresor gen : yang mengatur pertumbuhan
o BCL2 & MDM 2 : meregulasi protein yang dihasilkan oleh gen
suppresor
o NER : Nucleotine eksesion refair : gen perbaikkan
o P53 : protein yang mengatur expresi P21
o P21 : protein yang menekan CDK4,6
o CDK : Cyclin dependent protein kinase : yang berperan
dalam pembelahan sel


Patofisiologi

C. Penatalaksanaan Ca Mammae/kanker payudara
1. Pembedahan
Terapi bedah bertujuan kuratif dan paliatif
Jenis terapi : lokal /lokoregional
Jenis terapi : terapi utama /terapi tambahan
Prinsif terapi kuratif bedah
Pengangkatan sel kanker secara kuratif dapat dilakukan dengan cara :
· Modified radikal mastektomi
· Breast conversing treatment (BCT) ± rekontruksi payudara
· Tumorrektomi /lumpektomi /kuadran tektomi /parsial mastektomi ± diseksi axsila
Pengobatan bedah kuratif dilakukan pada kanker payudara dini (stadium 0, I, dan II), dan
pegobatan paliatif bedah adalah dengan mengangkat kanker payudara secara makroskopis
dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopis dan biasanya dilakukan pada
stadium II dan IV dan juga untk mengurangi keluhan-keluhan penderita baik perdarahan,
patah tulang dan pengobatan ulkus
Tife-tife pembedahan untuk membuang ca mammae
· Lympectomi :
Pembuangan sederhana benjolan tumor
· Mastektomi parsial :
pembuangan tumor dan 2,5 – 7,5 cm (1 sampai3 inci) jaringan sekitarnya ubcutaneoou
s
· Mastektomy :
pembuangan seluruh jaringan yang mendasari tumor payudara , meninggalkan
/membiarkan kulit, areola dan memasukkan putting intact)
· mastectomy sederhana :
menghilangkan seluruh payudara tapi tidak dengan nodus axillary
· modifikasi mastektomy radikal :
menghilangkan seluruh payudara (dengan atau tanpa pectoralis minor) menghilangkan
beberapa axilla lympa nodes
· mastectoy radikal :
menghilangkan seluruh payudara, acillary lympa nodes, pectolaris muscle (besar atau
kecil, dan lemak dan fasia yang berdekatan dengan pembedahan
2. Radioterapi
Pegobatan radioterapi adalah untu penobatanlokal /lokoregional yang sifatnya bisa kuratif
ataupaliatif. Radioterapi dapat merupakan terapi utama , misalnya pada operasi BCT dan
kanker payudara stadium lanjut III. Sebagai terapi tambahan/adjuvan biasanya diberikan
bersama dengan terapi bedah dan kemoterapi pada kanker stadium I, II dan IIIA .
Pengobatan kemoterapi umumnya diberikan dalam regimen poliferasi lebih baik dibanding
pemberian pengobatan monofaramasi / monoterapi
3. Hormon terapi
Pengobatan hormon terapi untuk pengobatan sistemik untuk meningkatkan survival, yaitu
dengan pemberian anti esterogen, pemberian hormon aromatase inhibitor, antiGn RH,
ovorektomi. Pemberian hormon ini sebagai adjuvan stadium I, II, III, IV terutama pada
pasiien yangreceptor hormon positif, hormon terpi dapat juga digunakan sebagai terapi
p[ravelensi kanker payudara.
4. Terapi Paliatif dan pain
Terapi paliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan
perbaikan kualitas hidup. Dapat bersifat medikamentosa, paliatif (pemberian obat-obat
paliatif) dan non medicamentosa (radiasi paliatif dan pembedahan paliatif)
5. Immunoterapi dan ioterapi
Sampai saat ini penggunaan immunoterapi seperti pemberian interferon, modified
molekuler, biologi agent, masih bersifat terbatas sebagai terapi adjuvan untuk mendukung
keberhasilan pengobatan-pengobatan lainnya.
Pengobatan bioterapi dengan rekayasa genetika u ntuk mengoreksi mutasi genetik untuk
mengoreksi mutasi genetik masih dalam penelitian.
6. Rehabilitasi fisik dan psikis
Penderita kanker payudara sebaiknya setelah mendapat pengobatan konvensiobnal
seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya dilakukan rehabolitasi fisik untuk
mencegah timbulnya komplikasi akiabt treatment tersebut. Rehabilitasi psikis juga
diperlukan untuk mendorong semangat hidup yang lebh baik.
7. Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan sisitemik yang mengguanakan obat-obat
sitostatika melalui aliran sisitemik, sebagai terapi utama pada kanker stadium lanjut
(stadium IIIB dan IV) dan sebagai terapi tambaha

Pada kasus karsinoma mammae dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan mammae (Mastektomi). Pengangatan tergantung sejauh mana pertumbuhan dan
penyebaranya dipilih berdasar stadiumnya.dan chemoterapy
Asuhan Keperawatan klien pra dan pasca bedah Payudara, meliputi :
Persiapan dan perawatan sebelum dan sesudah operasi
1 Sebelum dilakukan pembedahan, penderita disiapkan secara optimal antara lain :
a. Persiapan psikologis,
Persiapan psikologis bertujuan untuk membantu klien mempersiapkandiri dalam memhadapi
operasi, perawta diharapkan mengetahui informasi dokter kepada pasien maupun keluarga,
tentang macam tindakan yang akn dilakukan manfaatdan akibat yang mungkin muncul dan
terjadi serta memberikan penjelasan tentang prosedur-prosedur yang akan dilakukan
sebelum operasi.
b. psikososial,
persiapan psikososial di tujukan menghindari adanya gangguan hubungan sosisal dan
interpersonal dan peran dimasyarakat, akiabt perubahan kondisi kesehatan dimana klien
seolah-olah klien tidak mampu menerima simpati dariorang lain, meraik diri dari pergaulan
dan merasa canggung dan bersoislaisasi dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
c. persiapan fisik yang baik,seperti :
 perawatan ulkus pada kanker payudara
adanya bau yangtidak sedap yang dapat mengganngu lingkungan sekitaranya, kaena
ituperlu adanya perawatan yang intensif sebelu operasi, bau ini terjadi karena adanya
jaringan n ekrotik yangdisertaidengan infeksi sekunde, untuk mengaurangi bau tersebut
dapat dilakukan nekrotomi dan pencucian luka, bisa dengan BWC 3 %, betadine 10%,
dan antiseptik lainnya, dan jangan lupa mengerjakan kultur pus dan sensitifitas tes
bakterinya.
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan atau komplikasi yang timbul kerena intervensi
anesthesii maupun trauma pembedahannya.
 Mengontrol data-data laboratorium, seperti pemeriksaan darah, fungsi lever, fungsi
normal, faal hemostasis, gula darah, , urine.
 Menontrol kelengkapan data-data radiologi, seperti fhoto thorak, USG mamma,
Mammografi, bone scan.
 Pengosongan saluran pencernaan 6-8 jam dipuasakan kemudian 3-4 jam dilakukan
lavemen,
 Pencukuran rambut ketiak dilakukan 2 jam sebelum operasi
 Mandi bersih dan keramas.
2. Perawatan sesudah operasi
Mastektomi adalah suatu tindakan pengangkatan tumor beserta payudara dan kelenjar axilla.
a. Fase pasca anesthesi
Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah keruang pemulihan disertai dengan oleh
ahli anesthesidan staf profesional lainnya.
b. Mempertahankan ventilasi pulmoner
Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran pernafasan,
diakibatkan penyumbatan oleh lidahyangjatuh, kebelakang dan tumpukan sekret, lendir
yang terkumpul dalam faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang
tepat dengan posisi miring/setengah telungkup dengan kepala ditengadahkan bila klien tidak
bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir, harus dilakukan penghisapan dengan
suction.
c. Mempertahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi fowler” untuk
mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah halus) lengan
diangkat untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua masalah ini
gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka operasi merupakan hal yang pailing
sering terjadi
d. Masalah psikologis
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau kehilangan akibat
operasi payudara sangat terasa oleh pasien,haknya seperti dirampas sebagai wanita
normal, ada rasa kehilangan tentang hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya
tarik serta serta pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
e. Mobilisasi fisik
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk mencegah atropi otot-otot
kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya,
maka latihan harus seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.
Latihan awal bagi pasien pasca mastektomi :
 Pada hari pembedahan, melenturkan dan meluaskan gerakkan jari-jari membalikbalikan
lengan
 Hari pertema pasca operasi harus sudah dimulai fisioterafi pasif dan aktif
Seperti :
o Fisioterapi aktif : melatih gerakkan-gerakkan sendi bahu reduksi, rotasi ssendi
bahu jika fisioteraifiditerapkan sedii mungkin tidak akan terjadi kontraktur sendi
bahu dikemudian hari, dan juga dnegan fisioterafi dini, aliran drain lebih aktif
dan lancar.
o Selanjutnya pasien dapat mengosokkan gigi dan menyisir rambut, pasien haurs
mengetahui gerakkan apa yang dilakukan dalam setiap latihan, misalnya
dapat ,mengangkat lengan keatas, kesamping, dan kedepan, dapat menyisir
rambut sendiri dan dapat memakai rambut sendiri, dengan lengan yang sakit,
latihan harus kontiyu dan istirahat bila merasa sakit
3. Perawatan post mastektomi
a. Pemasangan plester /hipafik
Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya diperhatikan arah
tarikan-tarikan kulit (langer ‘line) agar tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga
pasien dengan rileks menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri untuk itu
perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka operasi dan cara melakukan fiksasi
plester pada dinding dada.
 Plester medial melewati garis midsternal
 Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak
 Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris psoterior
 Plester superior tidak melewati clavicula
 Plester iferior harus melewati lubang drain
 Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong baju dan
dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan tangan.
b. Perawatan pada luka eksisi tumor
Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH sehingga
menyangga payudara
c. Pemakaian drain redonm harus tetap vakum dan diukur jumlah cairan yang tertampung
dalam botol drain tiap pagi, bila drain buntu, misalnya terjadi bekuan darah, bilain drain
dengan PZ 5-10 cc supaya tetap lancar. Pada mastektomi radikal atau radikal modifikasi,
drain umumnya dicabut setelah jumlah cairan dalam 24 jam tidak melebihi 20-30 cc, pada
eksisi tumor mamma tidak melebihi 5 cc
d. Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah dengan darah atau
serum harus segera diganti, tetapi bola penutup (thiersch) tidak boleh dibuka. Thiersch
umumnya dibuka pada hari ke-7 pasc bedah untuk melihat apakah hidup atau mati
 Kalau hidup, tutup lagi dengan sofratule dan kasa steril
 Kalau tidak hidup,luka dapat dikompres dengan larutasn boor atau larutan garam
fisiologis dan buang jaringan yang nekrotik.
 Demikian pula halnya kasa penutup donor dan dibuka hari ke 14, keculai kalau ada
tanda-tanda infeksi
e. Pemberian injeksi dan pengambilan darah
Pada klien yang dilakukan mastektomi radikal modifikasi sebagian besar kelenjar dari
saluran getah bening axilla dieksisi, yang memudahkan terjadinya oedema lengan. Untuk
mencegahnyajangan melkukan injekdi, mamasang infus, mengabil darah, dsb pada sisi
yang sakit. Penderita harus menjaga lengn dan tangannya dengan baik supaya jangan
sampai terjadi luka atau injeksi yangakan menambah kerusakansluran limfe diketiak yang
sudah minimal, karena kalau terjadi oedema lengan sangat sukar mengoreksinya dan
mungkin memerlukan operasi trasposisi omentum untuk mengatasinya.
f. Pengukuran tensi
Pemgukuran tensi jaringan pada lengan homolateral dan diseksi axilla karena memudahkan
terjadinya oedema lengan.
D. Dasar data pengkajian keperawatan
Data pre dan post operasi tergantung pada tipe khusus atau lokasi proses kanker dan
komplikasi yang ada.





ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
CA MAMMAE
Pengkajian
1. Biodata
Ca mammae terjadi terutama pada usia lanjut (diatas 50 th), tetapi 80 % terjadi pada usia 35 tahun sampai 65
tahun cendrung meningkat 6 kali lipat
Jenis kelamin : laki-laki dibanding 1 :100
2. Keluhan utama
Data Subjektif
Klien mengeluh adanya benjolan atau ulkus padapayudara an kadang-kadang timbul nyeri, serta perasaan
takut atau cemas.
Data Objektif
Pada payudara terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau tidak enak yang
menyengat
Klien tampak enggan bergaul dan berintegrasi dengan pasien lain
Klien terlihat sedih dan sering melamun
Observasi gejala memegang payudara dan wajah tampak menyeringai
3. Riwayat penyakit
a. Sekarang : Klien mengeluh adanya benjolan atau ulkus pada payudara dan kadangkadang
timbul nyeri, serta perasaan takut atau cemas.Pada payudara terdapat
adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau tidak enak yang
menyengat Klien tampak enggan bergaul dan berintegrasi dengan pasien
lainKlien terlihat sedih dan sering melamun, Observasi gejala memegang
payudara dan wajah tampak menyeringai
b. Dahulu: adanya siklus perubahan hormonal yang lama dan tidak ada heti-hentinya,
menarche awal, menopuse terlambat dan tidak ada kehamilan,(long,1996),
adanya riwayat kanker sebelumnya, riwayat kehamilan (nullipara,
multipara), penggunaan obat-obatan hormonal kontrapsepsi, riwayat
menstruasi (early menarce, late menopouse). Adanya papaaran radiasi
riwayat peminum alkohol
c. Keluarga: Ibu dan anak prempuan khususnya dengan kanker premenopuse atau kanker
payudara bilateral, adanya anggota keluarga yang menderita ca mammae
4. Pemeriksaan Ca Mammae/kanker payudara meliputi :
o Pemeriksaan skrening
Tujuan untuk menemukan kanker payudara dini pada penderita asimptomatis (tanpa keluhan)
dengan tujuan menurunkan anka kamtian standar pemeriksaan skrining payudara dapat dilakukan
dengan
Mammografi : tebukti lebih akurat mendeteksi kanker payudara berdiameter kurang dari 0,5 cm
dengan acuration rate : ± 80-90 %
o Pemeriksaan Diagnostik
Meliputi :
1. Anamnesa cermat mengenai waktu timbulnya tuor dan ada tidaknya faktor resiko
2. Ifeksi tanda-tanda kecurigaan kanker payudara
3. Palpasi, tanda-tanda kanker payudara.
o Pemeriksaan Imaging
Terdiri dari :
1. Mammografi
2. USG
3. MRI
o Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik terdiri dari :
1. Pemeriksaan biopsi terbuka (open Biopsy) : insisional biopsi dan eksisional biopsi
2. Pemeriksaan biopsi tertutup (minimal invasif biopsy) : needle aspiration biopsy, trucut biopsy
Needle aspiraton biopsy merupakan piliha utama untuk pemeriksaan diagnostik tumor
payudara yang palpable mass, accuration rate ± 95 %
o Pemeriksaan tambahan
1. Pemeriksaan torak fhoto
2. Pemeriksaaan bone scaning /bone survey
3. Pemeriksaan USG Abdomen /Bone siurvey
4. Pemeriksaan USG abdomen/CT scan abdomen
5. Pemeriksaan tumor marker
6. Pemeriksaan darah/fungsiliver dan tulang
7. Pemeriksaan head CT-scan
KOMPLIKASI KEMOTHERAPI
 Efek samping :
- nausea, vomiting
- alopecia
- rasa (pengecap) menurun
- mucositis
 toksik
- hematologik : depresi sumsum tulang, anemia
- ginjal, hepar

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Sistem Integumen
1. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3. Perhatikan pigmentasi kulit
4. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
B. Sistem Gastrointestinalis
1. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi
2. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3. Kaji diare & konstipasi
4. Kaji anoreksia
5. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
C. Sistem Hematopoetik
1. Kaji Netropenia
 Kaji tanda infeksi
 Auskultasi paru
 Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
 Kaji suhu
2. Kaji Trombositopenia : <> dari 6 bulan
- Kulit : fibrosis, kehitaman permanen atropi
- Gastro intestinal : fibrosis, obstruksi, ulkus, striktur
- Oral : xerostomia, pengecapan menurun, caries gigi
- Paru : fibrosis
- Ginjal : nefritis, fibrosis
- Kanker lain 5 – 7% leukemia
Pengkajian
1. Sistem terkait
2. Emosi/psikologis klien
Intervensi Keperawatan
1. Mempertahankan perawatan kulit secara optimal
- informasikan tentang reaksi kulit
- jangan menggunakan lotion, minyak kosmetik pada lokasi therapi hanya tepung maizena
- hindari, penekanan, penggosokan, garuk
2. Memastikan terlindungi dari efek radiasi
E. Prioritas keperawatan pre dan post operasi
PREOPERASI
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pascaoperasi dan
takut akan kecacatan.
Batasan Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu, meminta
informasi, mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah, menolak operasi.
Goal : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan
berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan post operasi, secara
verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi, termasuk tes
laboratorium praoperasi, persiapan kulit, alasan status puasa,obat-obatan praoperasi,obatobatan
posoperasi, tinggal di ruang pemulihan, dan program paskaoprasi. Informasikan
pada klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.Rasional
pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kerjasama pasien.
2. Jika mastektomi akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan dokter untuk
mendapatkan kunjungan dari tim medis yang bersangkutan. Atur waktu untuk berdiskusi dengan terapi tentang alternatif metoda-metoda untuk rehabilitasi suara.Rasional
mengetahui apa yang diharapkan dan melihat hasil yang sukses membantu menurunkan
kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.
3. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua hari akan dirawat
di UPI sebelum kembali ke ruangan semula,. Rasional pengetahuan tentang apa yang
diharapkan dari intervensi bedah membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan
pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.
4. Jika akan dilakukan matektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara latihan sebagai berikut :
Latihan awal bagi pasien pasca mastektomi :
Pada hari pembedahan, melenturkan dan meluaskan gerakkan jari-jari membalikbalikan
lengan
Hari pertema pasca operasi harus sudah dimulai fisioterafi pasif dan aktif
Seperti :
o Fisioterapi aktif : melatih gerakkan-gerakkan sendi bahu reduksi, rotasi ssendi
bahu jika fisioteraifiditerapkan sedii mungkin tidak akan terjadi kontraktur sendi
bahu dikemudian hari, dan juga dnegan fisioterafi dini, aliran drain lebih aktif
dan lancar.
o Selanjutnya pasien dapat mengosokkan gigi dan menyisir rambut, pasien haurs
mengetahui gerakkan apa yang dilakukan dalam setiap latihan, misalnya
dapat ,mengangkat lengan keatas, kesamping, dan kedepan, dapat menyisir
rambut sendiri dan dapat memakai rambut sendiri, dengan lengan yang sakit,
latihan harus kontiyu dan istirahat bila merasa sakit
2. Menolak operasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pre
dan pascaoperasi, kecemasan, ketakutan akan kecacatan dan ancaman kematian.
Karakteristik data : kurang kerjasama dan menolak untuk dioperasi,menanyakan informasi
tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.
Goal : Klien akan bersedia dioperasi.
Kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, mengatakan
mengerti pre dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan, klien dioperasi.
Rencana tindakan :
1. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
2. Anjurkan keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
3. Direncanakan tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.

POST OPERASI
1. Mempertahankan jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
2. Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
3. Memperbaiki atau mempertahankan integritas kulit.
4. Membuat atau mempertahankan nutrisi adekuat.
5. Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
6. Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1. Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2. Komunikasi dengan efektif.
3. Komplikasi tercegah atau minimal.
4. Memulai untuk mengatasi gambaran diri.
5. Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan efek dari anestesi, gangguan
kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
Batasan karakteristik : sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau kedalaman
pernapasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas tidak normal,sianosis.
Goal : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi napas
normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas. Selidiki
kegelisahan, dispnea, dan sianosis. Rasional perubahan pada pernapasan, adanya
ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2) Tinggikan kepala 30-45 derajat. Rasional memudahkan drainase sekret, kerja
pernapasan dan ekspansi paru.
3) Dorong menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah pengumpulan sekret oral
menurunkan resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau
edema paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
4) Dorong batuk efektif dan napas dalam. Rasional memobilisasi sekret untuk
membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.
5) Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat jumlah, warna
dan konsistensi sekret. Rasional mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat
hidung.
6) Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi pasien
untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau balutan
posterior.Rasional sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi. Namun perdarahan
terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan
menunjukkan sulit bernapas secara tiba-tiba.
7) Ganti selang atau kanul sesuai indikasi. Rasional mencegah akumulasi sekret dan
perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas. Catatan : ini penyebab umum
distres pernapasan atau henti napas pada paskaoperasi.
Kolaborasi
8) Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan peningkatan
masukan cairan.Rasional fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau
melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban menurunkan mengerasnya
mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret melalui stoma.
9) Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada. Rasional pengumpulan sekret atau
adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan tindakan terapi
lebih agresif.
2. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah
pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai
darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase terus-menerus.
Karakteristik data : kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan lapisan kulit atau
jaringan.
Goal : Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi
Rencana tindakan :
1) Kaji warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan tandur kulit.Rasional
kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan warna kulit sekitarnya. Sianosis
dan pengisian lambat dapat menunjukkan kongesti vena, yang dapat menimbulkan
iskemia atau nekrosis jaringan.
2) Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 derajat. Awasi edema wajah ( biasanya
meningkat pada hari ketiga-kelima pascaoperasi ).Rasional meminimalkan kongesti
jaringan paskaoperasi dan edema sehubungan dengan eksisi saluran limfe.
3) Pertahankan posisi somifowler pada punggung atau sisi yang tidak sakit dengan lengan
tinggi dan disokong dengan bantal Rasional memabantu drainase dengan bantuan gravitasi
4) Awasi drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.Rasional drainase berdarah
biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama. Perdarahan terus-menerus
menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian medik.
5) Catat atau laporkan adanya drainase seperti susu. Rasional drainase seperti susu
menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal ( dapat menyebabkan kekurangan cairan
tubuh dan elektrolit ).Kebocoran ini dapat sembuh spontan atau memerlukan
penutupan bedah.
6) Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan. Rasional balutan basah meningkatkan
resiko kerusakan jaringan atau infeksi. Catatan : balutan tekan tidak digunakan diatas
lembaran kulit karena suplai darah mudah dipengaruhi.
7) Bersihkan insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida ( campuran 1 : 1 )
setelah balutan diangkat. Rasional mencegah pembetukan kerak , yang dapat
menjebak drainase purulen, merusak tepi kulit, dan meningkatkan ukuran luka.
Peroksida tidak banyak digunakan karena dapat membakar tepi dan menggangu
penyembuhan.
8) Jangan melakukan pengukuran TDm menginjeksikan obat atau memasukkan IV pada
lengan yang sakit. Rasional, meningkatkan pontensial konstriksi infewksi, dan
limfadema pada sisi yang sakit
9) Kosongkan drain luka secara periodik catat jumlah dan karakteristik drainase
Rasional, akumulasi cairan drainase (cont, limfe, darah meningkatkan penyembuhan
dan menurunkan kerentanan terhadap infeksi, alat penghisap (contoh, hemovac,
jacsonfart) sering dimasukkan selama masa pembedahan untuk mempetahankan
tekanan negatif pad aluka, selang bisanya diangkat sekitar hari ketiga atau bila
drainase berhenti.
Kolaborasi
10) Berikan antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi. Rasional mencegah atau
mengontrol infeksi.
3. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi, kebersihan oral
tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva sekunder terhadap radiasi atau
prosedur pembedahan dan defisit nutrisi.
Karakteristik data : Xerostomia ( mulut kering ), ketidaknyamanan mulut, saliva kental
atau banyak, penurunan produksi saliva, lidah kering,pecah dan kotor,bibir inflamasi, tidak
ada gigi.
Goal : menunjukkan membran mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.
Kriteria Hasil : mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah normal, bersih
dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva.Rasional kerusakan pada
kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva, mengakibatkan mulut kering.
Penumpukan dan pengaliran saliva dapat terjadi karena penurunan kemampuan
menelan atau nyeri tenggorok dan mulut.
2) Perhatikan perubahan pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran mukosa.
Rasional pembedahan meliputi reseksi parsial dari lidah, platum lunak, dan faring.
Pasien akan mengalami penurunan sensasi dan gerakan lidah, dengan kesulitan
menelan dan peningkatan resiko aspirasi sekresi, serta potensial hemoragi.
Pembedahan dapat mengankat bagian bibir mengakibatkan pengaliran saliva tidak
terkontrol. Geligi mungkin tidak utuh ( pembedahan ) atau mungkin kondisinya buruk
karena malnutrisi dan terapi kimia. Gusi juga dapat terinflamasi karena higiene yang
buruk, riwayat lama dari merokok atau mengunyah tembakau atau terapi kimia.
Membran mukosa mungkin sangat kering, ulserasi,eritema,dan edema.
3) Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien melakukan
pengisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa untuk mengalirkan sekresi.
Rasional saliva mengandung enzim pencernaan yang mungkin bersifat erosif pada
jaringan yang terpajan. Karena pengalirannya konstan, pasien dapat meningkatkan
kenyamanan sendiri dan meningkatkan higiene oral.
4) Tunjukkan pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum, lidah dan geligi
dengan sering. Rasional menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan
penyembuhan jaringan dan kenyamanan.
5) Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi. Rasional mengatasi
efek kekeringan dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat erosif dari sekresi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya
selang nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik data : Ketidaknyamanan pada area bedah atau nyeri karena insisi bedah,
perilaku distraksi, gelisah, perilaku berhati-hati.
Goal : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah
ceria.
Rencana tindakan :
1) Kaji keluahan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas nyeri (o-10).

Perhatikan petunjuk verbal dan nor verbal. Rasional membantu dalam
mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk efektif analgesik.
Jumlah jaringan, otot, dan sisitem limfatik diangkat dapat dapat mempengaruhi
jumlah nyeri yang dialami. Kerusakan saraf pada regio aksilaris yang menyebabkan
kebas pada lengan atas dan regio skapula yang dapat ditoleransi daripada nyeri
pembedahan catatan : nyeri pada dinding dapat terjadidari tegangan otot,
dipengaruhi oleh panas atau dingin ekstrem, dan berlanjut selama beberapa bulan.
2) Diskusikan masih adanya sensasipayudara normal. Rasional memberikan
kenyakinan bahwa sensasi bukan imajinasi dan penghilangan dapat dilakukan
3) Batu pasien menemukan posisi yang nyaman. Rasional. Peninggian lengan, ukuran
baju, dan adanya drain mempengaruhi kemampuan pasien utuk rilwks dan
tidur/istirahat secara efektif.
4) Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek
analgesik. Rasional alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.
5) Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan
imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan
analgesik dan meningkatkan penyembuhan.
6) Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai
indikasi. Rasional derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi
pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau
menghilangkan nyeri.
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan payudara, perubahan
anatomi tubuh.
Karakteristik data :perasaan negatif tentang citra diri, perubahan dalam keterlibatan
sosial, ansietas, depresi, kurang kontak mata.
Goal : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri
sendiri.
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti
dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang
lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah
terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam
tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.
Rencana tindakan :
1) Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi
situasi atau harapan yang akan datang.Rasional alat dalam mengidentifikasi atau
mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2) Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji
pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri. Rasional dapat menunjukkan depresi atau
keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau intervensi lebih intensif.
3) Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah. Rasional pasien dapat
mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan menyangkal.
Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan
membutuhkan waktu untuk membaik.
4) Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positip yang akan membaik. Rasional penolakan dapat mengakibatkan
penurunan harga diri dan mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru.
5) Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung,
contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga. Rasional
pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi
dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang
pasien lalui dan membantu mereka dalam emosi mereka. Tujuannya adalah
memampukan mereka untuk melawan kecendrungan untuk menolak dari atau
isolasi pasien dari kontak sosial.
6. Ganguan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan massa otot/ kekuatan otot
akiabt luka bekas operasi
Karakteristik data : perasaannyeri pada saatr aktifitas, menolak untuk bergerak,
membatasi rentang gerak.
Goal : mobilisasi fisik dapat terpenuhi dan berpartisifasi aktif dalam terapi.
Kriteria hasil : menunukkan tehnik yang memampukan melakukan aktivitas, Peningkatan
kekuatan bagian dalam tubuh yang sakit.
Intervensi :
1) Tinggikan lengan yang sakit sesuaiindikasi mulai melakukan rentang gerak psif (con
: pleksi/ekstensi siku, pronasi/supinasi pergelangan, menekuk/ekstensi jari)
sesegera mungkin. Rasional. Meningkatkan aliran limfe vena, mengurngi
kemungkinan limfadema. Latihan pasca oerasi dini biasanya muaipada 24 jam
pertama untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan
gerak/mobilisasi.
2) Biarkan pasien untuk menggunakan lengan utuk kebersihan diri, contoh makan,
menyisir rambut, mencucui muka, Rasionalpeningkatan sirkulasi, membantu
meminimalkan edema dan mempertahankan kekuaatan dan fungsi lengn da tangan,
aktivitas ini menggunakan lengan tanpa abduksi yang dapat menekan jahitan pada periode pasca operasi.
3) Bantu dalam perawatan diri sesuai dengan keperlan. Rasional . menghemat energi
mencegah kelelahan.
4) Tingkatkan latihan ssesuai indikasi, contoh ekstensi aktif lengandan rotasi bahu
saat berbaring sitempat tidur, mengpakkan pendulum, memutar tali, mengangkat
lengan untuk menyentuh ujung jari dibelakang kepala. Rasional mencegah
kekakuan sendi, meningkatkan sirkulasi dan mempertahankan tonus otot bahu
dengan lengan.
5) Lanjutkan pada tangan (jari berjalan didinding) menjepit tangan dibelakang kepala,
dan latihan abduksi penuh sesgera mungkin pasien dapat melakukan Rasional
karenakelompok latihan ini dapat menyebabkan tegangan berlebihan pada insisi,
sampai terjadi proses penyembuhan lebih lanjut, latihan dihentikan.
6) Evaluasi adanya /derajat latihan sehubungan dengan nyeri dan perubahan
mobilisasi sendi, mengukur lengan atas dan lengan bawah bila terjadi
udema.rasional. mengawasi kemujuan/perbaikkan koplikasi dapat memerlukan
penundaan untuk meningkatkan adanya latihan dan menunggu sampai
penyembuhan berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd
Edition : WB Sauders.
Long, C. Barbara (1996). Essential Of Medical – Surgical Nursing A Nursing Process
Approcach. C.V Mosby Company St Louis, USA.
PPNI pertemuaan ilmiah perawat bedah Indonesia (2000) “ Pendekatan asuhan keperawtan
secara parifurna dalam penanganan kasus bedah” Surabaya
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

ASKEP CA. MAMMAE

Pengertian
Carsinoma Mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas yang bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mamae yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase.
Penyakit kanker payudara/mammae adalah penyakit keganasan yang berasal dari struktur parenchim payudara. Paling banyak berasal dari efitel duktus laktiferus (70 %), efitel lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit payudara, kanker payudara/mammae tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang beberapa waktu menyebar melalui saluran limfe (penyebaran sisitemik) keorgan vital lain seperti paru-paru, tulang, hati, otak dan kulit.

Etiologi
Karsinoma mammae secara pasti tidak diketahui penyebabnya tapi pencetus yang sering disebabkan olah estorogen yang lebih dikenal sebagai estorogen dependent mengandung eseptor yang mengikat estradiol, suatu tife esterogen yang pertumbuhnya diangsang oleh esterogen, karena reseptor ini tidak muncul pada jaringan payudara yang normal.

KONTRASEPSI IMFLAN/AKBK, IUD/AKDR, KONTAP

I. GAMBARAN UMUM.
A. Pengertian Kontrasepsi.
Kontrasepsi berasal dari kata ; kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah; pertemuan antara sel telur ( sel wanita ) yang matang dan sel
sperma ( sel pria ) yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi adalah; menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.
B. Cara kerja kontrasepsi
1. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
2. Melumpuhkan sel sperma
3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma
C. Pembagian Cara kerja kontrasepsi.
Pada umumnya cara atau metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi:
1. Metode sederhana
a) Tanpa alat atau tanpa obat.
· Senggama terputus.
· Pantang berkala.
b) Dengan alat atau dengan obat
· Kondom
· Diafragma atau cap
· Cream, yelly dan cairan berbusa.
· Tablet berbusa ( Vagina tablet )
2. Metode efektif
· Pil KB
· AKDR ( alat kontrasepsi dalam rahim )
· Suntikan KB
· Susuk KB / Imflan ( AKBR)

3. Metode Kontap dengan cara operasi ( kontrasepsi Mantap)
· Tubektomi ( pada wanita)
· Vasektomi ( pada Pria )
Cara kerja kontrasepsi tersebut mempunyai tingkat efektifitas yang berbedabeda
dalam memberikan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kehamilan. Namun perlu diingat ada 3 aksioma ( azas ) kontrasepsi yaitu :
1. Cara apapun yang dipakai adalah lebih baik dari pada tidak memakai sama
sekali.
2. Cara yang terbaik hasilnya (efektif ) adalah cara yang digunakan oleh
pasangan dengan teguh secara terus menerus.
3. Penerimaan terhadap suatu cara adalah unsur yang penting untuk
menghasilkan suatu cara kontrasepsi.
II. JENIS –JENIS KONTRASEPSI.
Pada kesempatan kali ini kelompok 10 cuma menyajikan alat kontrasepsi inflan
atau AKBK, IUD atau AKDR dan KONTAP atau kontrasepsi mantap, sesuai
dengan tugas yang diberikan dosen pembimbing, pada teman –teman untuk lebih
jelas mengenai jenis kontrasepsi yang lain dipersilakkan merujuk pada pedoman
atau buku mengenai alat kontrasepsi.
1. IMFLAN ATAU AKBK
A. Pengertian
Adalah alat kontrasepsi berupa kapsul kecil karet terbuat dari silikon, berisi
levonorgesrel, terdiri atas 6 ( enam ) kapsul kecil dangan panjang 3 cm
sebesar batang korek api yang dipasang dibawah kulit lengan atas wanita


B. Cara kerja imflan atau AKBK
1. Cara tetap melepaskan sejumlah hormon levonorgestrel.
2. Mencegah pematangan sel telur sehingga tidak terjadi ovulasi.
C. Keuntungan pemakaian imflan atau AKBK
1. sangat efektif dan tidak mempengaruhi ASI karena tidak mengandung
estrogen.
2. Praktis dapat dipakai selama 5 tahun.
3. tidak mengganggu hubungan seksual
4. Setelah pemasangan, tidak memerlukan perawatan lanjutan.
5. Tepat bagi ibu yang tidak ingin mempunyai anak lagi, tetapi belum siap
untuk menggunakan kontrasepsi mantap.
6. Mudah diangkat jika di inginkan.
D. Indikasi pemakaian imflan atau AKBK.
· Ibu yang sehat dan tidak ingin hamil selama 5 tahun.
E. Kontra indikasi pemakaian imflan atau AKDK.
1. Hamil atau diperkirakan hamil.
2. Diabetes melitus / penyakit endokrin lainnya.
3. Penyakit kardiovaskuler.
4. Tomur / keganasan.
5. Psikosis, neurosis.
6. perdarahan ginekologik yang tidak diketahui sebelumnya .
7. Ada riwayat mola hidatidosa.
8. Variesis berat.

F. Waktu pemesangan Imflan atau AKBK yang tepat.
· Pada saat menstruasi atau 1-2 hari setelah menstruasi.
G. Efek sambing pemakaian imflan atau AKBK.
1. Amenorrhoe.
2. Spotting.
3. Berat badan menurun / meningkat
4. Depresi, mual.
5. Migraine.
6. Libido menurun.
7. Timbul jerawat.
H. Cara menanggulangan efek samping Imflan atau AKBK.
1. Jika terjadi amenorrhoe berikan penyuluhan.
2. Jika terjadi spotting berikan pil KB kombinasi 2 tablet per hari selama 2-
5 hari, atau ganti pil dengan dosis rendah.
3. Jika berat badan menurun, berikan obat / vitamin penambah nafsu
makan.
4. Bila terjadi infeksi pada bekas luka pemasangan Inflan atau AKBK,
rawat luka bila belum berhasil ==> di rujuk.
5. Bila terjadi depresi, mual, berikan vitamin B6 50 mg 3 x 1 tablet per hari
6. Bila terjadi migraine ==> rujuk.
7. Bila libido menurun, anjurkan kontrasepsi non hormonal, rujuk.
8. Bila timbul jerawat, anjurkan kontrasepsi non hormonal, rujuk.
I. Alat-alat yang dipergunakan untuk pemasangan imflan/ AKBK
1. Bak steril berisi :
a. Spuit dan jarum
b. Bistouri bayonet no 11 atau 15.
c. Inflan/AKBK 1 set
d. Trocar no 10.
e. Pinset
f. Duk lobang
g. Sarung tangan
h. Lidi kapas.
2. bethadin
3. Nierbekken.
4. lodocain ==> anestesi lokal.
5. verban.
J. Cara pemasangan.
1. Suci hamakan daerah pemasangan ± 3 jari diatas lipatan siku kanan
untuk yang kidal, lipatan siku kiri untuk yang umum ( tidak kidal )
2. Pasang duk berlobang.
3. Lakukan anestesi lokal menyeluruh di daerah yang akan dipasang
Implan / AKBK.
4. Dengan bistori, lakukan sayatan hingga dibawah kulit ( jangan terlalu
dalam dan jangan terlalu dangkal ), selebar 1 cm.
5. dengan crocar, masukkan Implan/ AKBK dibawah kulit. Mula-mula
pasang yang tengah, selanjutnya pasanglah yang lain sepertu bentuk
kipas.
6. Sucihamakan lagi, kemudian tutup dengan plestar dan kasa steril serta
dibalut. Balutan jangan dibuka dan jangan sampai basah selama 2 hari.
7. Kontrol dilakukan bila ada keluhan-keluahan.
K. Melepas Implan / AKBK
1. Tentukan posisi implan dengan palpasi, lalu lakukan tindakan aseptik
dan antiseptik setelah itu lakukan anastesi lokal pada tempat insersi
dengan bentuk seperti kipas.
2. Lakukan sayatan 2-3 mm, agar luka tidak perlu dijahit dan mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi.
3. Tekan implan dengan jari kearah sayatan, setelah ujung inplan tampak
jepit dengan pean dan tarik.
4. bersihkan implant dari jaringan yang menutupi ujungnya dengan
menggunakan scalpel.
5. Jepit ujung implan yang telah dibersihkan dengan pean yang lain, tarik
implan perlahan – lahan sampai terlepas seluruhnya.
6. Lakukan hal yang sama sampai semua implan ( 6 batang) dikeluarkan,
rapatkan luka, tutup dengan plestar, kasa steril dan balut dengan verban

L. Catatan;
1. Kalau perlu dapat diberi analgetik.
2. Pemeriksaan ulang :
a. satu minggu setelah pemasangan
b. satu bulan setelah pemasangan
c. bila ada keluhan.
2. KONTRASEPSI DALAM RAHIM
A. Pengertian.
Alat kontrasepsi yang terbuat dari polythylen ( plastik) yang halus
,dipasang didalam rahim.
B. Macam alat kontrasepsi AKDR ;
· Lippes Loop yang terbuat dari plastik dan berbentuk spiral.
· Multi load Cu 250, berbentuk jangkar dan dililiti logam tembaga.
· Copper T 200 B, yang terbuat dari plastik halus berbentuk T dililiti
logam tembaga.
· Copper 7, yang berbentuk angka 7 terbuat dari plastik yang batangnya
dililiti dengan logam tembaga.

C. Cara kerja AKDR
Mengurangi kemungkinan terjadinya nidasi karena AKDR merupakan
benda asing didalam uterus yang merangsang terjadinya kontraksi.
D. Keuntungan menggunakan AKDR
1. Efektifitasnya tinggi dan kegagalan kira-kira 2 %.
2. Dapat dipakai untuk jangka waktu yang relatif lama.
3. Ekonomis
4. Praktis.
5. Mudah diangkat jika diinginkan.
E. Indikasi penggunaan AKDR
Wanita yang sudah pernah melahirkan.
F. Kontra Indikasi pemakaian AKDR
1. Adanya tanda-tanda kehamilan.
2. Infeksi panggul bagian dalam.
3. Erosi pada cervix uteri.
4. Diperkirakan adanya tumor, tumor rahim, myoma uteri cavum uteri
kurang dari 5 cm.
5. Adanya perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya,
perdarahan pada saluran kencing/ infeksi panggul.
6. Perdarahan haid yang hebat.
7. Alergi terhadap logam / tembaga.
8. Adanya kelainan bentuk rahim.
9. Adanya keganasan kanker.
G. Waktu pemasangan AKDR yang tepat.
1. Waktu haid mulai hari ke 3
2. Dua sampai empat hari setelah persalinan atau setelah abortus komplit.
3. Empat puluh satu hari setelah melahirkan

H. Efek samping penggunaan AKDR
1. Perdarahan
a. Waktu menstruasi relatif lebih banyak
b. Sedikit-sedikit ( spoting ) di luar masa haid.
c. Diluar haid yang banyak.
2. Eksplusi.
3. Nyeri.
4. Keluhan suami.
I. Cara penanggulangan akibat efek samping AKDR
1. Bila terjadi akibat samping seperti pada butir 1a, 1bdan 1c ==> rujuk.
2. Reinsersi AKDR yang cocok ukurannya.
3. Pemberian analgesik sesuai ketentuan.
4. Bila disebabkan gangguan benang yang yang menusuk dapat didorong
kebagian samping atas mulut rahim ( fornix) atau benang dipendekkan
seperlunya
J. Alat-alat untuk pemasangan AKDR.
1. Bak steril berisi :
a. Duk.
b. Sarung tangan
c. Kapas basah lysol / sublimat
d. Spekulum
e. Tenakulum
f. AKDR dan inserter
g. Gunting
h. Lidi berkapas
i. Pinset panjang
j. Sonde rahim
k. Kateter.
2. Neerbekken
3. Bethaden
4. Lampu kepala ( head lamp)

K. Pemeriksaan sebelum pemasangan AKDR
1. Pemeriksaan perut.( pemeriksaan luar )
2. Pemeriksaan dalam ( Bimanual ), pemeriksaan melalui Vagina
L. Langkah-langkah pemasangan AKDR
1. Lippes loop
a. Calon akseptor diberi penjelasan agar siap mental.
b. Kandung kemih ibu terlebih dahulu dikosongkan.
c. Siapkan semua peralatan yang diperlukan.
d. Calon akseptor berbaring dengan posisi dorsal racumbant, duk
dipasang dibawah pantat atas perut.
e. Diadakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan
posisi uterus.
f. Spekulum dipasang, vagina dan servix dibersihkan dengan kapas
lembab.
g. Mulut rahim didesinfeksi.
h. Kalau perlu, jepit servix dengan tenakulum pada posisi jam 10.00
dan 2.00.
i. Sonde rahim dipasang untuk menentukan ukuran, posisi, dan
bentuk rahim.
j. Inserter yang telah berisi AKDR didorong perlahan-lahan kedalam
rongga rahim melalui canalis cervicalis sesuai dengan posisi
rahim,kemudian inserter dikeluarkan.
k. Jika perlu, dapat menggunakan tenakulum untuk memegang
muluit rahim
l. Apabila benang AKDR lebih panjang dari 5 cm, gunting.
m. Spekulum dilepas dan benag AKDR didorong ke samping mulut
rahim.
n. Alat-alat dbereskan
o. Sebelum akseptor pulang, beri penjelasan mengenai gejal-gejala
yang mungkin dialami setelah pemasangan dan cara mengatasinya
serta beritahu untuk pemeriksaan ulang pada akhir bulan ke 1, 2, 3
dan 12 atau apabila ada keluhan.

Catatan:
· Bila pada waktu pemasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa
( hentikan ) ==> rujuk.
· Bila sonde masuk kedalam uterus dan bila fundus uteri tidak
terasa, kemungkinan terjadi perforasi. Keluarkan sonde ==> rujuk
segera.
· Panjang rongga uterus 6 -7 cm jika kurang dari 5 cm AKDR
jangan dipasang.
· Lippes loop tidak boleh lebih dari 2 menit di dalam inserter.
· Apabila ada indikasi untuk melepas AKDR, dapat dilaksanakan
dengan menarik benangnya perlahan-lahan menggunakan klem
dibawah perlindungan spekulum
2. Copper T
a. Bukalah bungkus copper T, cukup separuh saja dimulai dari ujung
dan jagalah agar AKDR tertutup dengan bungkus plastiknya.
Lihat gambar berikut :
b. Masukkanlah pendorong ( plunger ) kedalam lobang pemasang
c. Ukur alat pemasang sampai batas biru ( untuk batas servix ),
sesuai dengan panjang rahim ( uterus ) sewaktu melakukan
pengukuram rahim dengan sonde.
d. emasukan cooper T kedalam alat pemasang sesuai batas pada alat
pemasang .
Lihat gambar berikut ;
e. Dengan memakai sarung tangan karet kecil ,bukalah seluruh
bungkus plastic dan lipatlah sisi-sisi sayap T dan masukkan
kedalam alat pemasang sampai 0,6 cm.
f. Hati-hati dan yakinkan agar sayap T didalam alat pemasang dalam
kedudukan bidang horizontal yang sama dengan batas biru ( untuk
servix )
Lihat gambar berikut ;
g. Peganglah tenakulum dengan tangan kiri dan tarik baik-baik
kebawah dan keluar,agar rongga rahim , saluran indoservix dan
saluran liang senggama menjadi lurus.
h. Doronglah alat pemasang copper T masuk kedalam rahim sampai
batas biru ( gambar 19 a )
i. Jangan lupa agar batas biru ada pada bidang hirozontal
j. Peganglah ujung bawah dari alat pemasang dengan tangan kiri dan
cincin pendorong dengan tangan kanan, bersamaan dengan tarikan
yang tetap pada tenakulum, dorong AKDR tidak boleh bergerak
peganglah terus pada tempatnya. (lihat gambar 19 b)
k. Tarik alat pemasang berlahan-lahan ,dengan demikian akan
meninggalkan Copper T dengan letak yang diinginkan ( lihat
gambar 19 c )
3. Multi Load (ML ) cu 250
a. Setelah pemeriksaan dalam, untuk menentukan bentuk, besar dan
kedudukan rahim.
b. Masukkan spekulum, bersihkan liang senggama dengan larutan
antiseptik, olesi portio dengan jodium 1 %.
c. Kait bibir depan atau bibir belakang portio dengan cunam peluru,
masukkan sonde dan tentukan posisi rahim sekaligus ukuran
dalam rongga rahim( jarak antara mulut luar leher uterus dan
fundus).
d. Jika perlu dilakukan dilatasi dengan hegar nomor 4.
e. Cincin pada alat pemasangsesuaikan dengan ukuran dalam rongga
rahim.
f. Perlahan-lahan masukkan alat pemasang sammpai ML Cu 250
menyentuh fundus uteri .,lihat gambar berikut;
g. Keluarkan alat pemasang dengan perlahan-lahan dan gunting tali
jika terlalu panjang , lihat gambar berikut ;
M. Cara mengeluarkan AKDR
Siapkan alat-alat seperti pada pemasangan , beritahukan pada akseptor
bahwa hal ini tidak akan menimbulkan rasa sakit.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih.
b. Pasang sarung tangan steril.
c. Ambillah korentang dari tempatnya yang steril, kemudian bersihkan
vulva dengan kapas yang telah direndam dengan lysol.
d. Pasanglah spekulum steril kedalam vagina dan carilah letak benangnya.
e. Apabila kelihatan, peganglah benang tersebut dengan korentang dan
tariklah perlahan-lahan.
3. KONTRASEPSI MANTAP ( KONTAP )
A. Pengertian
Adalah merupakan suatu kontrasepsi dengan cara memotong atau mengikat
kedua saluran telur pada wanita ( tubektomi ) atau disebut medis operatif
wanita (MOW) dan pemotong atau mengikat kedua saluran sperma pria
(Vasektomi ) atau disebut juga Medis Operatif Pria (MOP)
B. Cara kerja Kontrasepsi mantap
Mediadakan pertemuan ovum dengan spermatozoa dengan cara memotong
kedua tuba fallopi pada wanita atau kedua saluran sperma ( Vasdeferens )
pada Pria.
C. Keuntungan Kontrasepsi Mantap
1. paling efektif dibandingkan dengan semua metode, karena jika sekali
sudah dilakukan kontrasepsi mantap berarti selamanya mengakhiri
kesuburan ( tidak dapat dihubungkan kembali ).
2. Tidak mempengaruhi vitalitas.
3. Meningkatkan libido terutama pada wanita.
D. Indikasi penggunaan Kontrasepsi Mantap.
1. Sudah mempunyai anak sesuai dengan keinginan.
2. Kesehatan ibu tidak memungkinkan untuk hamil lagi.
3. Tidak adak metode kontrasepsi yang cocok.

E. Kontra indikasi kontrasepsi Mantap
1. Calon akseptor menderita tumor atau kanker genitalia.
2. Adanya peradangan kulit, hernia, hydrocele testis, tanda-tanda orchitis.
3. Gangguan sistem pembuluh darah
4. Diabetis melitus
5. Gangguan kehidupan perkawinan ( impotensi, homoseks ).
6. Salah satu pasangan tidak setuju.
F. Efek samping penggunaan Kontrasepsi Mantap
1. Haematoma/ perdarahan pada luka bekas operasi.
2. Timbulnya radang setempat
3. Pengaruh psikologis ( pusing, cepat marah, dll )
G. Cara penanggulangan efik samping Kontap
1. Efek samping ringan umumnya akan hilang sendiri.
2. Perdarahan yang banyak, peradangan ==> Rujuk.
3. Bimbingan dan penyuluhan
H. Alat yang digunakan untuk pelaksanaan Kontap.
1. Tubektomi ( Minilap)
Satu bak steril berisi :
a. Duk berlobang
b. Tiga baju operasi
c. Tiga handuk kecil
d. Empat klem penjepit kain
e. Kasa didalam mangkok secukupnya
f. Larutan detol ditempatnya
g. Dua tampon tang penjepit kasa.
h. Dua klem alis
i. Satu tenakulum.
j. Satu kanula hulka.
k. Satu semprit 10 cc dengan xylocaine 1 %
l. Satu skalpel dan pisau yang runcing ( No 11 )
m. Satu jarum verres
n. Satu trocar dan selubungnya dengan diameter 10-12 mm.
o. Satu laparoskope.
p. Satu klem bila menggunakan cauter atau aplikator falope Ring bila
menggunakan cibcin falope.
q. Satu pemegang jarum, jarum kecil, catgut.
r. Satu gunting.
s. Dua pinset operasi
t. Satu pinset anatomis.
u. Satu elektroda dan kabelnya.
v. Penutup luka.
Alat dan obat lainnya :
a. Satu kabel penyalur cahaya.
b. Satu tabung gas CO2 dan pipa penyalur gas CO2.
c. Satu alat yang berisi sumber cahaya, alat insuflator, alat
elektrokoagulasi.
d. Bethadin.
e. Tempat alat yang kotor.
2. Vasectomi
Bak steril berisi :
a. Dua buah dukklem untuk memegang vasdeferens.
b. Satu buah pinset anatomi kecil.
c. Satu buah pinset chirurgi kecil.
d. Satu buah naldvolder.
e. Dua buah arteriklem lengkung.
f. Dua buah arteriklem lurus.
g. Dua buah gunting kecil lengkung sedang.
h. Satu bauah bistouri.
i. Dua pasang sarung tangan.
j. Catgut
k. Satu helai duk berlobang.
l. Jarum jahit.
m. Dua helai barak schort.
n. Dua buah masker.
o. Gas secukupnya.
p. Deppers secukupnya.
Alat dan obat lainnya :
a. Tensoplast
b. Spuit 2 1/2 cc
c. Bethaden / alkohol.
d. Lidocain 2 %
e. Kapas suntik.
f. Neirbekken / tempat alat yang kotor.
3. Persiapan fisisk calon akseptor.
1. Pada jam 22.00 sebelum operasi diharuskan minum obat pencahar
ringan setelah makan malam dan puasa sampai sat operasi.
2. Calon akseptor tidak dibenarkan memakai cat kuku.
3. Rambut kemaluan harus dicukur serta daerah perut dan kemaluan
dicuci dengan sabun.
4. Tindakan operasi dilaksanakan oleh dokter kandungan


DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman KB IBI, Pengurus pusat Ikatan Bidan indonesia, Jakarta 1992.
2. Buku Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan KB, Departeman Kesehatan RI,
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan
Keluarga , Jakarta 1993

Penyakit - Diseases

Diabetes
suatu penyakit yang terjadi karena tubuh kekurangan insulin, bisa karena pankreas tidak cukup atau hanya menghasilkan sedikit insulin, atau bisa juga karena sel tubuh melawan insulin yang dihasilkan – tidak bisa dicegah.

Diabetes
an illness that occurs when the body lacks insulin, either because the pancreas does not produce any or only a very small amount, or because the cells in the body are resistant towards the insulin it produces – is preventable.

Penyakit Malarian
adalah salah satu penyakit yang sering menyerang masyarakat Aceh melalui infeksi darah oleh parasit plasmodium.

Malarian Ailment
is one of the common diseases that is found in Aceh. It is a blood infection caused by a parasite called plasmodium.

Tuberkulosis
biasanya ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit paruparu dan terdapat bakteria di dahak mereka.Dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, tidak enak badan, berkeringat tanpa ada kegiatan, demam lebih dari satu malam.

Tuberculosis
is usually transmitted from infectious people coughing. People are usually infectious when they have pulmonary disease and thus they have bacteria in their sputum.Sputum mixed with blood, bleeding cough, shortwinded and painful in breathing, weaken body, loss of appetite, loss of weight, nausea, sweating without any activities, fever overnights.

Sahrul Jam


clock-desktop.com

Jika Perasaannya Was2 Jangan Dimainkan Videonya By Sahrul Cau