Rabu, 29 Juli 2009

Faktor Resiko Yang Berkembang Selama Kehamilan

Kehamilan Resiko Tinggi

DEFINISI

Selama kehamilan, sebuah masalah bisa terjadi atau sebuah kondisi bisa terbentuk membuat kehamilan beresiko tinggi. Contohnya, wanita hamil bisa terkena sesuatu yang bisa menghasilkan kerusakan kelahiran (teratogens), seperti radiasi, kimia-kimia tertentu, obat-obatan, atau infeksi. Atau sebuah gangguan bisa terjadi. Beberapa gangguan berhubungan dengan (adalah komplikasi dari) kehamilan

Obat-obatan

Beberapa obat-obatan yang digunakan selama kehamilan menyebabkan kerusakan kelahiran. Misalnya alkohol, isotretinoin (digunakan untuk mengobati jerawat akut), beberapa antikonsulvan, litium, beberapa antibiotik (seperti streptomisin, kanamisin, dan tetrasiklin), thalidomide, warfarin, dan penghambat enzim angiotensin-converting (ACE) (digunakan selama akhir trismester kedua). Menggunakan obat-obatan yang menghambat kerja folic acid (seperti methotrexate immunosuppressant atau antibiotik trimethoprim) juga bisa menyebabkan cacat sejak lahir (kekurangan asam folat meningkatkan resiko memiliki bayi cacat sejak lahir). Menggunakan kokain bisa menyebabkan cacat sejak lahir, pelepasan plasenta yang prematur (placental abruption), dan kelahiran prematur. Merokok meningkatkan resiko memiliki seorang bayi dengan berat lahir rendah. Awal kehamilan, wanita ditanyakan apakah mereka menggunakan obat-obatan tersebut. Terutama sekali yang perlu diperhatikan adalah alkohol, kokain, dan merokok.

Gangguan Yang Terjadi Selama Kehamilan

Selama kehamilan, wanita bisa mengalami gangguan yang tidak berhubungan langsung dengan kehamilan. Beberapa gangguan meningkatkan masalah beresiko pada wanita hamil atau janin. Hal tersebut termasuk gangguan yang menyebabkan demam tinggi, infeksi, dan gangguan yang membutuhkan operasi perut. Gangguan-gangguan tertentu lebih mungkin terjadi selama kehamilan karena banyak perubahan kehamilan terjadi di dalam tubuh wanita. Misalnya penyakit thromboembolic, anemia, dan infeksi saluran kemih.

  1. Demam : sebuah gangguan yang menyebabkan suhu lebih besar dari 103º F (39.5ºC) selama trimester pertama meningkatkan resiko dari keguguran dan kerusakan otak atau spinal cord pada bayi. Demam pada akhir kehamilan meningkatkan resiko persalinan sebelum waktunya.

  2. Infeksi : beberap infeksi yang terjadi secara kebetulan selama kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir. Campak jerman (rubella) bisa menyebabkan cacat sejak lahir, terutama sekali pada jantung dan bagian dalam mata. Infeksi cytomegalovirus bisa melewati plasenta dan merusak hati dan otak janin. Infeksi virus lainnya yang bisa membahayakan janin atau menyebabkan kerusakan kelahiran termasuk herpes simplex, dan cacar air (varicella). Toksoplasma, infeksi protozoa, bisa menyebabkan keguguran, kematian janin, dan cacat sejak lahir serius. Listeriosis, infeksi bakteri, juga bisa membahayakan janin. Infeksi bakteri pada vagina (seperti bakteri vaginosis) selama kehamilan bisa menyebabkan persalinan sebelum waktunya atau membran yang berisi janin gugur sebelum waktunya. Pengobatan pada infeksi dengan antibiotik bisa mengurangi kemungkinan masalah-masalah ini.

  3. Gangguan yang membutuhkan operasi : selama kehamilan, gangguan yang membutuhkan operasi emergensi meliputi perut mungkin dijalankan. Jenis operasi ini meningkatkan resiko persalinan sebelum waktunya dan menyebabkan keguguran, khususnya pada awal kehamilan. Juga, operasi biasanya ditunda selama mungkin kecuali jika kesehatan jangka panjang si wanita kemungkinan terpengaruhi.

    Jika radang usus buntu terjadi selama kehamilan, operasi untuk mengangkat usus buntu (appendectomy) dilakukan dengan segera karena pecahnya usus buntu bisa menjadi fatal. Appendectomy tidak mungkin membahayakan janin atau menyebabkan keguguran. Meskipun begitu, radang usus buntu kemungkinan sulit untuk dikenali selama kehamilan. Rasa kram menyakitkan pada radang usus buntu menyerupai kontraksi rahim, yang mana biasa selama kehamilan. Usus buntu ditekan ke bagian atas perut sebagai proses kehamilan, sehingga letak rasa sakit pada radang usus buntu kemungkinan tidak seperti yang diharapkan.

    Jika kista ovarium terjadi selama kehamilan, operasi biasanya ditunda hingga 12 minggu kehamilan. Kista kemungkinan menghasilkan hormon yang membantu kehamilan dan seringkali hilang tanpa pengobatan. Meskipun begitu, jika kista atau massa lain membesar, operasi kemungkinan diperlukan sebelum 12 minggu. Beberapa massa kemungkinan bersifat kanker.

    Kerusakan pada usus selama kehamilan bisa jadi sangat serius. Jika kerusakan mengarah ke ganggren usus dan radang selaput perut (peradangan pada membran yang melintasi rongga perut), seorang wanita bisa keguguran dan nyawanya dalam bahaya. Operasi exploratory biasanya dilakukan dengan segera ketika wanita hamil mengalami gejala-gejala kerusakan usus, terutama jika mereka pernah menjalani operasi perut atau infeksi perut.

  4. Penyakit thromboembolic : di Amerika Serikat, penyakit thromboembolic merupakan penyebab utama kematian pada wanita hamil. Pada penyakit thromboembolic, gumpalan darah terbentuk di dalam pembuluh darah. Mengalir melalui aliran darah dan menghalangi arteri. Resiko pada pembentukan penyakit thromboembolic meningkat sekitar 6 sampai 8 minggu setelah melahirkan. Kebanyakan komplikasi menyebabkan penggumpalam darah akibat dari penyakit yang terjadi selama melahirkan. Resiko bertambah banyak setelah operasi sessar dibandingkan setelah melahirkan normal.

    Penggumpalan darah biasanya terbentuk di pembuluh luar pada kaki seperti thrombophlebitis atau di dalam darah seperti pembuluh dalam thrombosis. Gejala-gejala termasuk pembengkakan, rasa sakit di betis, dan urat. Akutnya gejala tersebut tidak ada hubungannya dengan penyakit parah. Gumpalan bisa pindah dari kaki menuju paru-paru, dimana bisa menghalangi satu atau lebih arteri pada paru-paru. Penyumbatan ini, disebut emboli paru-paru, bisa mengancam nyawa, jika gumpalan menghambat arteri yang mensuplai otak, menghasilkan stroke. Penggumpalan darah bisa juga terjadi pada pelvis.

    Wanita yang mengalami pembekuan darah pada kehamilan sebelumnya bisa diberikan heparin (sebuah antikoagulan) selama kehamilan berikutnya untuk mencegah pembentukan gumpalan darah. Jika wanita memiliki gejala yang diduga pembekuan darah, ultrasonografi Doppler kemungkinan dilakukan untuk memeriksa pembekuan. Jika pembekuan darah diketahui, heparin mulai diberikan tanpa menunda. Heparin kemungkinan disuntikkan ke dalam pembuluh (secara infus) atau di bawah kulit (subkutan). Heparin tidak melalui plasenta dan tidak membahayakan janin. Pengobatan dilanjutkan untuk 6 sampai 8 minggu setelah melahirkan, ketika resiko pembekuan darah tinggi. Setelah melahirkan, warfarin kemungkinan digunakan sebagai pengganti heparin. Warfarin bisa digunakan dengan mulut, memiliki resiko komplikasi rendah dibandingkan heparin., dan bisa digunakan oleh wanita yang menyusui.

    Jika emboli paru-paru diduga, ventilasi paru-paru dan perfusion scan kemungkinan dilakukan untuk memastikan diagnosa. Prosedur ini meliputi menyuntikkan bahan radio aktif dalam jumlah sedikit ke dalam pembuluh. Prosedur ini aman selama kehamilan karena dosis bahan radio aktif kecil. Jika diagnosa pada emboli paru-paru tetap tidak pasti, angiography paru-paru dibutuhkan.

  5. Anemia : kebanyakan wanita hamil mengalami beberapa tingkat anemia karena zat besi dibutuhkan untuk menghasilkan sel darah merah pada janin. Anemia bisa muncul selama kehamilan karena kekurangan asam folat. Anemia biasanya dapat dicegah atau diobati dengan menggunakan zat besi dan suplemen asam folat selama kehamilan. Meskipun begitu, jika anemia menjadi parah dan berlangsung lama, kapasitas darah untuk membawa oksigen menurun. Akibatnya, janin tidak bisa mendapatkan cukup oksigen, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, khususnya pada otak. Wanita hamil yang mengalami anemia berat bisa menjadi lelah berlebihan, nafas tersengal-sengal, sakit kepala berkunang-kunang. Resiko persalinan preterm meningkat. Jumlah pendarahan normal selama persalinan dan melahirkan bisa menyebabkan anemia yang sangat membahayakan pada wanita ini. Wanita dengan anemia lebih mungkin mengalami infeksi setelah melahirkan. Juga, jika asam folat berkurang, resiko memiliki bayi dengan cacat lahir pada otak dan tulang belakang, seperti spina bifida, meningkat.

  6. Infeksi saluran kemih : infeksi saluran kemih biasa selama kehamilan, kemungkinan disebabkan melebarnya rahim memperlambat aliran air seni dengan menekan pipa yang menghubungkan ginjal dengan kantung kemih (ureters). Ketika air seni mengalir lambat, bakteri tidak bisa membilas pada saluran air seni. meningkatkan resiko sebuah infeksi. Infeksi ini meningkatkan resiko persalinan preterm dan cepat luruh pada selaput yang mengandung janin. Kadangkala infeksi pada kantung kemih atau ureter menyebar ke saluran air seni dan menuju ginjal, menyebabkan. Pengobatan terdiri dari terapi antibiotik.
Komplikasi Kehamilan

Komplikasi kehamilan adalah masalah yang terjadi hanya selama kehamilan. Hal itu bisa mempengaruhi wanita tersebut, janin, atau keduanya dan bisa terjadi pada waktu berlainan selama kehamilan. Misalnya, komplikasi seperti plasenta salah tempat (plasenta previa) atau pelepasan prematur pada plasenta dari uterus (placental abruption) bisa menyebabkan pendarahan dari vagina selama 3 bulan terakhir pada kehamilan. Wanita yang berdarah pada waktunya berisiko kehilangan bayi atau pendarahan berlebihan (hemorrhaging) atau sekarat selama persalinan dan melahirkan. Meskipun begitu, kebanyakan komplikasi kehamilan bisa di obati secara efektif.

Kehamilan ectopic : kehamilan salah tempat

Secara normal, sel telur dibuahi di tuba falopi dan tertanam di rahim. Meskipun begitu, jika pipa menyempit atau tersumbat, sel telur bisa bergerak lambat atau tersangkut. Sel telur yang dibuahi bisa tidak pernah sampai ke rahim, mengakibatkan kehamilan ectopic. Kehamilan ectopic biasanya terjadi di salah satu tuba falopi (sebagai kehamilan tubal) tetapi bisa terjadi di tempat lain. Janin dalam kehamilan ectopic tidak bisa bertahan hidup.

Satu dari 100 sampai 200 kehamilan adalah kehamilan ectopic. Faktor resiko untuk kehamilan ectopic termasuk mengalami gangguan pada tuba falopi, penyakit pelvic imflammatory, kehamilan ectopic sebelumnya, janin terpapar diethylstilbestrol, atau tubal ligation (prosedur pembuahan) yang tidak berhasil atau telah dioperasi secara terbalik.

Gejala-gejalanya termasuk pendarahan vagina yang tidak diharapkan dan kejang. Janin bisa cukup bertumbuh untuk meruntuhkan struktur yang mengandung hal itu/ jika tuba falopi runtuh (biasanya setelah sekitar 6 sampai 8 minggu), seorang wanita biasanya merasakan rasa sakit hebat di bagian bawah perut dan bisa pingsan. Jika tuba kemudian runtuh (setelah sekitar 12 sampai 16 minggu), resiko kematian pada wanita meningkat, karena janin dan plasenta membesar dan kehilangan lebih banyak darah.

Jika seorang wanita tidak yakin bahwa dia hamil, tes kehamilan dilakukan. Jika dia hamil, ultrasonografi dilakukan untuk memastikan letak janin. Jika rahim kosong, dokter bisa menduga kehamilan ectopic. Jika ultrasonografi menunjukkan janin terletak di luar rahim, diagnosa dipastikan. Dokter bisa menggunakan pembuluh elastis yang disebut laparoscope, dimasukkan melalui sayatan kecil persis di bawah pusar, untuk melihat kehamilan ectopic secara langsung.

Kehamilan ectopic harus diselesaikan secepat mungkin untuk menyelamatkan nyawa si wanita. Pada kebanyakan wanita, janin dan plasenta pada kehamilan ectopic harus diangkat dengan operasi, biasanya dengan laparoscope tetapi kadangkala melalui operasi di perut (prosedur yang disebut laparotomy). Jarang, rahim rusak yang membutuhkan hysterectomy Kadangkala, obat methotrexate biasanya diberikan dalam satu kali suntikan, bisa digunakan sebagai pengganti operasi. Obat tersebut menyebabkan kehamilan ectopic menyusut dan hilang. Kadangkala, operasi dibutuhkan sebagai tambahan methotrexate.



Beberapa masalah yang terjadi dari kelainan hormon selama kehamilan hanya kejadian minor, gejala sementara pada wanita hamil. Misalnya, pengaruh hormon normal pada kehamilan bisa memperlambat pergerakan pada empedu melalui pembuluh empedu, cholestasis pada kehamilan bisa terjadi. Gejala paling jelas adalah rasa gatal di seluruh tubuh (biasanya pada beberapa bulan terakhir kehamilan). Tidak terdapat ruam. Jika rasa gatal hebat, cholestyramine bisa diberikan. Gangguan ini biasanya dipecahkan setelah melahirkan tetapi cenderung sembuh pada kehamilan berikutnya.

  1. Hyperemesis gravidarum : hyperemesis gravidarum adalah rasa mual yang luar biasa keras dan muntah berlebihan selama kehamilan. Hyperemesis gravidarum berbeda dari morning sickness biasa. Jika wanita seringkali muntah dan menderita mual berkelanjutan mereka kehilangan berat badan dan menjadi dehidrasi, mereka menderita hyperemesis gravidarum. Jika wanita kadangkala muntah tetapi bertambah berat badan dan tidak dehidrasi, mereka tidak mengalami hyperemesis gravidarum. Penyebab hyperemesis gravidarum tidak diketahui.

    Karena hyperemesis gravidarum bisa mengancam nyawa wanita hamil dan janin, wanita yang menderita harus dirawat di rumah sakit. Cairan infus dimasukkan ke dalam pembuluh untuk memberikan cairan, gula (glukosa), elektrolit, dan kadangkala vitamin. Wanita yang mengalami komplikasi tidak diijinkan untuk makan atau minum apapun untuk paling tidak 24 jam. Obat penenang, antiemetik, dan obat-obatan lain diberikan sesuai kebutuhan. Setelah wanita rehidrasi dan muntahnya reda, mereka bisa mulai makan yang sering, makanan yang dihaluskan dengan porsi sedikit. Ukuran porsi tersebut meningkat jika mereka bisa menerima banyak makanan. Biasanya, muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kambuh, pengobatan diulangi. Jarang, jika terus kehilangan berat badan dan gejala berlangsung lama meskipun diobati, wanita diberikan makan melalui pipa lurus melalui hidung dan turun ke kerongkongan menuju usus kecil selama diperlukan.

  2. Preeclampsia : sekitar 5 % wanita hamil mengalami preeclampsia (toxemia pada kehamilan). Pada komplikasi ini, peningkatan pada tekanan darah disertai dengan protein pada air kencing (proteinuria). Preeclampsia biasanya terjadi antara minggu ke 20 pada kehamilan dan akhir minggu pertama setelah melahirkan. Penyebab preeclampsia tidak diketahui. namun lebih sering pada wanita yang hamil untuk pertama kali, yang membawa dua atau lebih janin, yang memiliki preeclampsia pada kehamilan berikutnya, yang telah memiliki tekanan darah tinggi atau gangguan pembuluh darah, atau yang menderita penyakit sel sickle. Hal ini juga lebih sering terjadi pada anak gadis berusia 15 tahun atau lebih muda dan wanita berumur 35 tahun atau lebih tua.

    Berbagai macam preeclampsia akut, disebut sindrom HELLP, terjadi pada beberapa wanita. Terdiri dari hal-hal berikut di bawah ini :
    • Hemolysis (kerusakan sel darah merah)
    • Kenaikkan kadar enzim hati, mengindikasikan kerusakan hati
    • Jumlah platelet rendah, membuat darah tidak bisa menggumpal dan meningkatkan resiko pendarahan selama dan sesudah persalinan.

    1 dari 200 wanita yang menderita preeclampsia, tekanan darah menjadi cukup tinggi untuk menyebabkan kejang; kondisi ini disebut eclampsia. Seperempat kasus pada preeclampsia terjadi setelah melahirkan, biasanya pada 2 sampai 4 hari pertama. Jika tidak diobati segera, eclampsia kemungkinan fatal.

    Preeclampsia bisa menyebabkan pelepasan prematur pada plasenta dari rahim (placental abruption). Bayi pada wanita yang menderita preeclampsia 4 atau 5 kali lebih mungkin cepat mengalami masalah setelah melahirkan dibandingkan dengan bayi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi. Bayi kemungkinan kecil disebabkan kerusakan plasenta atau disebabkan lahir secara prematur.

    Jika preeclampsia ringan terjadi pada kehamilan dini, istirahat di rumah kemungkinan tercukupi, tetapi beberapa wanita harus menemui dokter sesering mungkin. Jika preeclampsia bertambah parah, wanita biasanya dirawat di rumah sakit. Di sana, mereka dirawat di tempat tidur dan diawasi ketat sampai janin cukup matang untuk dilahirkan dengan selamat. Antihipertensis kemungkinan diperlukan. Beberapa jam sebelum melahirkan, magnesium sulfate kemungkinan diberikan secara infus untuk mengurangi resiko kejang. Jika preeclampsia terjadi dekat tanggal kelahiran, persalinan biasanya diinduksi dan bayi dilahirkan.

    Jika preeclampsia parah, bayi tersebut kemungkinan dilahirkan dengan operasi sessar, yang merupakan jalan pintas, kecuali servik cukup terbuka (dilated) untuk segera melahirkan normal. Cepat melahirkan mengurangi resiko komplikasi pada wanita dan janin. Jika tekanan darah tinggi, obat-obatan untuk merendahkan tekanan darah, seperti hydralazine atau labelatol, kemungkinan diberikan secara infus sebelum melahirkan dilakukan. Pengobatan pada sindrom HELLP biasanya sama pada preeclampsia berat.

    Setelah melahirkan, wanita yang sudah menderita preeclampsia atau eclampsia dipantau dengan ketat untuk 2 sampai 4 hari karena mereka meningkatkan resiko serangan. Sebagaimana kondisi mereka terus menerus diperbaiki, mereka dianjurkan untuk berjalan. Mereka bisa menetap di rumah sakit untuk beberapa hari, tergantung pada keakutan preeclampsia tersebut dan komplikasinya. Setelah kembali ke rumah, wanita ini bisa memerlukan obat-obatan untuk merendahkan tekanan darah, secara khusus, mereka harus checkup setidaknya setiap 2 minggu untuk beberapa bulan pertama setelah melahirkan. Tekanan darah mereka bisa tetap tinggi untuk 6 sampai 8 minggu. Jika tetap tinggi, penyebabnya kemungkinan tidak berhubungan dengan preeclampsia.

  3. Diabetes selama kehamilan : sekitar 1 sampai 3% wanita hamil mengalami diabetes selama kehamilan. Gangguan ini dikenal dengan diabetes gestational. Tidak terdeteksi dan tidak terobati, diabetes gestational bisa meningkatkan resiko pada masalah kesehatan wanita hamil dan janin dan resiko kematian pada janin. Diabetes gestational paling sering terjadi pada wanita obesitas dan kelompok etnis tertentu, terutama orang asli amerika, pulau pasifik, dan wanita meksiko, Indian, dan keturunan asia.

    Kebanyakan wanita dengan diabetes gestational mengalami hal itu dikarenakan mereka tidak menghasilkan cukup insulin sebagaimana kebutuhan insulin meningkat dalam kehamilan tua. Lebih banyak insulin dibutuhkan untuk mengendalikan peningkatan kadar gula (glukosa) di dalam darah. Beberapa wanita bisa memiliki diabetes sebelum hamil, tetapi tidak diketahui sampai mereka hamil.

    Beberapa dokter secara rutin memeriksa setiap wanita hamil untuk diabetes gestational. Dokter lain memeriksa hanya wanita yang memiliki faktor resiko untuk diabetes, seperti obesitas dan latar belakang etnis tertentu. Tes darah digunakan untuk mengukur kadar gula garah dengan alat pantau gula darah rumahan.

    Pengobatan terdiri dari menghilangkan makanan bergula tinggi dari makanan, makan untuk menghindari kelebihan berat badan selama kehamilan, dan, jika kadar gula darah tinggi, diberikan insulin. Setelah melahirkan, diabetes gestational biasanya hilang. Meskipun begitu, banyak wanita menderita diabetes gestational mengalami diabetes jenis 2 sewaktu mereka menjadi tua.

  4. Ketidakcocokan Rh : ketidakcocokan Rh terjadi ketika seorang wanita hamil memiliki darah Rh-negatif dan janin memiliki darah Rh-positif, menurun dari ayah yang memiliki darah Rh-positif. Sekitar 13% pernikahan di amerika serikat, laki-laki yang memiliki darah Rh-positif dan wanita memiliki darah Rh-negatif.

    Faktor Rh adalah molekul yang terjadi pada permukaan sel darah merah pada beberapa orang. Darah ber Rh-positif jika sel darah merah memiliki faktor Rh dan Rh-negatif jika tidak memiliki. Masalah dapat terjadi jika janin memiliki darah Rh-positif memasuki aliran darah wanita tersebut. Sistem kekebalan tubuh wanita tersebut bisa mengenali sel darah janin sebagai benda asing dan menghasilkan antibodi, disebut antibody Rh, untuk menghancurkan sel darah merah janin. produksi pada antibodi ini disebut sensitization Rh.

    Selama kehamilan pertama, sensitization Rh adalah tidak mungkin, karena tidak ada jumlah signifikan pada darah janin mungkin untuk memasuki aliran darah wanita tersebut sampai melahirkan. Sehingga janin atau bayi yang baru lahir jarang mengalami masalah. Meskipun begitu, sekali wanita menjadi sensitif, masalah lebih mungkin terjadi dengan setiap kehamilan berikutnya dimana darah janin adalah Rh positif. Pada setiap kehamilan, wanita tersebut menghasilkan antibodi Rh lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak.

    Jika antibodi Rh melintasi plasenta menuju janin, mereka bisa menghancurkan beberapa sel darah merah janin. Jika sel darah merah cepat dihancurkan dibandingkan janin menghasilkan yang baru. Janin bisa mengalami anemia. beberapa kerusakan disebut penyakit hemolytic pada janin (erythroblastosis fetalis) atau bayi yang baru lahir (erythroblastosis neonatorum ). Pada kasus berat, janin bisa mati.

    Pada kunjungan pertama ke dokter selama kehamilan, wanita diskrining untuk menentukan apakah mereka memiliki darah dengan Rh-positif atau Rh-negatif. Jika mereka memiliki darah Rh-negatif, darah mereka diperiksa untuk antibodi Rh dan jenis darah ayah dipastikan. Jika sang ayah memiliki darah Rh-positif, sensitivitas Rh sebagai suatu resiko. Pada beberapa kasus, darah pada wanita hamil diperiksa untuk antibodi Rh secara bertahap selama kehamilan. Kehamilan bisa diproses sebagimana biasa selama tidak ada antibodi terdeteksi.

    Jika antibodi terdeteksi, langkah-langkah kemungkinan diambil untuk melindungi janin, bergantung pada seberapa tinggi kadar antibodi. Jika kadar menjadi terlalu tinggi, amniocentesis kemungkinan dilakukan. Pada prosedur ini, jarum dimasukkan melalui kulit untuk menarik cairan dari kantung ketuban. Kadar bilirubin (pigmen kuning dihasilkan dari penguraian sel darah merah yang normal) diukur pada contoh cairan. Jika kadar ini terlalu tinggi, janin diberikan transfusi darah. biasanya transfusi diberikan sampai janin cukup matang untuk dilahirkan dengan selamat. Kemudian persalinan diinduksi. Bayi tersebut bisa memerlukan tambahan transfusi setelah lahir. Kadangkala tidak ada transfusi yang diperlukan sampai setelah lahir.

    Sebagai tindakan pencegahan, wanita yang memiliki darah Rh-negatif diberikan suntikan antibodi Rh pada 28 minggu kehamilan dan dalam 72 jam setelah melahirkan bayi yang memiliki darah Rh-positif, bahkan setelah keguguran atau aborsi. Antibodi yang diberikan disebut Rh0, D) immune globulin. Pengobatan ini menghancurkan setiap sel darah merah dari bayi yang telah memasuki aliran darah wanita tersebut. dengan demikian, tidak terdapat sel darah merah dari bayi untuk memicu produksi antibodiy oleh wanita ini, dan kehamilan berikutnya biasanya tidak membahayakan.

  5. Lemak hati pada kehamilan : gangguan langka ini terjadi ke arah kehamilan tua. Penyebab tersebut tidak diketahui. gejala-gejala termasuk mual, muntah, perut tidak nyaman, dan penyakit kuning. Gangguan tersebut bisa segera memburuk, dan gagal hati bisa terbentuk. Diagnosa didasarkan pada tes fungsi hati dan kemungkinan dipastikan dengan biopsi hati. Dokter bisa menyarankan untuk segera menghentikan kehamilan. Resiko kematian untuk wanita dan janin adalah tinggi, tetapi mereka yang bertahan sepenuhnya sembuh. Biasanya, gangguan tersebut tidak berulang pada kehamilan berikutnya.

  6. Peripartum cardiomyopathy : dinding jantung kemungkinan rusak pada kehamilan tua atau setelah melahirkan, menyebabkan peripartum cardiomyopathy. Penyebab tersebut tidak diketahui. peripartum cardiomyopathy cenderung terjadi pada wanita yang telah beberapa kali hamil, yang lebih tua, yang kandungannya kembar, atau yang mengalami preeklamsia. Pada beberapa wanita, fungsi jantung tidak kembali normal setelah kehamilan. Mereka bisa mengalami peripartum cardiomyopathy pada kehamilan berikut. Wanita ini harusnya tidak hamil kembali. Peripartum cardiomyopathy bisa terjadi pada gagal jantung yang diobati.

    Masalah-masalah dengan cairan ketuban : terlalu banyak cairan ketuban (polyhydramnios) pada selaput yang mengandung janin (kantung ketuban) meregangkan rahim dan memberi tekanan pada diafragma wanita hamil. Komplikasi ini bisa menyebabkan masalah-masalah pernafasan berat untuk wanita atau persalinan sebelum waktunya.

    Terlalu banyak cairan cenderung menumpuk ketika wanita hamil mengalami diabetes, mengandung lebih dari satu janin (kehamilan ganda), atau menghasilkan antibodi Rh menuju darah janin. Penyebab lain adalah kerusakan lahir pada janin, khususnya penyumbatan kerongkongan atau kerusakan pada otak dan tulang belakang (seperti spina bifida). Sekitar separuh waktu, penyebab tersebut tidak diketahui.

    Cairan ketuban yang terlalu sedikit (oligohydramnios) bisa juga menyebabkan masalah-masalah. Jika jumlah cairan sangat berkurang, paru-paru janin kemungkinan tidak matang dan janin kemungkinan tertekan, mengakibatkan kelainan bentuk; kombinasi pada kondisi ini disebut sindrom Potter.

    Cairan ketuban yang terlalu sedikit cenderung terbentuk ketika janin mengalami kerusakan pada saluran kemih, tidak berkembang seperti yang diharapkan, atau meninggal. Penyebab lain termasuk penggunaan penghambat enzim angiotensin-converting (ACE), seperti enalapril atau captopril, pada trisemester ke-2 dan ke-3. Obat-obatan ini diberikan selama kehamilan hanya ketika mereka harus digunakan untuk mengobati gagal jantung berat atau tekanan darah tinggi. Menggunakan obat-obatan nonsteroidal antiimflammatory (NSAIDs) di akhir kehamilan bisa juga mengurangi jumlah cairan ketuban.

  7. Plasenta previa : plasenta previa adalah penanaman pada plasenta sepanjang atau di dekat servik, lebih rendah pada bagian atas rahim. Plasenta bisa seluruhnya atau sebagian menutupi pembukaan servik. Plasenta previa terjadi dalam 1 dari 200 kelahiran, biasanya pada wanita yang mengalami lebih dari sekali kehamilan atau yang mengalami kelainan struktur pada rahim, seperti fibroid.

    Plasenta previa dapat menyebabkan pendarahan tanpa nyeri dari vagina yang secara tiba-tiba terjadi pada kehamilan tua. Darah kemungkinan merah menyala. Pendarahan bisa menjadi besar, membahayakan nyawa pada wanita dan janin.

    Ultasonografi membantu dokter mengindentifikasi plasenta previa dan membedakannya dari suatu pelepasan plasenta secara prematur (placenta abruption)

    Ketika mengalami pendarahan parah, wanita dirumah sakitkan sampai melahirkan, khususnya jika plasenta terletek di sepanjang servik. Wanita yang mengalami pendarahan parah memerlukan transfusi darah berulang. Ketika pendarahan ringan dan melahirkan tidak segera terjadi, dokter biasanya menganjurkan istirahat total di rumah sakit. Jika pendarahan berhenti, wanita biasanya dianjurkan untuk berjalan. Jika pendarahan tidak terjadi, mereka biasanya dipulangkan ke rumah, disiapkan dimana mereka bisa kembali dengan mudah ke rumah sakit. Operasi sessar hampir selalu dilakukan sebelum persalinan dimulai. Jika wanita dengan plasenta previa akan bersalin, plasenta cenderung menjadi lepas sangat cepat, menghentikan suplai oksigen bayi. Kebocoran oksigen bisa mengakibatkan kerusakan otak atau masalah-masalah lain pada bayi.

  8. Placental abruption (abruptio placentae) : placental abruption adalah pelepasan prematur dari plasenta dengan posisi normal dari dinding rahim. Plasenta bisa lepas tidak lengkap (kadangkala hanya 10 sampai 20%) atau secara utuh. Penyebabnya tidak diketahui. pelepasan plasenta terjadi dalam 0.4 sampai 3.5% pada seluruh kelahiran. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada wanita yang mengalami tekanan darah tinggi (termasuk preeklampsia) dan pada wanita yang menggunakan kokain.

    Rahim berdarah dari tempat dimana plasenta menempel. Darah bisa melewati servik dan keluar dari vagina sebagai pendarahan luar, atau kemungkinan terjebak di belakang plasenta sebagai pendarahan concealed. Gejala-gejala tergantung pada tingkat pelepasan dan jumlah darah yang hilang (yang kemungkinan banyak). Gejalanya bisa termasuk nyeri perut tiba-tiba berlanjut atau kram, lunak ketika perut ditekan, dan membal. Pelepasan prematur pada plasenta bisa menyebabkan penyebarluasan penggumpalan di samping pembuluh darah (disseminated intravascular coagulation), gagal ginjal, dan pendarahan ke dalam dinding rahim, khususnya pada wanita hamil yang juga mengalami preeklampsia. Ketika plasenta lepas, suplai oksigen dan nutrisi untuk janin kemungkinan berkurang.

Para dokter menduga pelepasan plasenta prematur pada gejala-gejala dasar. Ultrasonografi bisa memastikan diagnosa.

Masalah-masalah dengan plasenta
Secara normal, plasenta terletak di bagian bawah rahim, dengan kuat menempel pada dinding uterin sampai setelah melahirkan bayi. Pada placental abruption (abruptio placentae), plasenta lepas dari dinding uterin secara prematur, menyebabkan rahim berdarah dan mengurangi suplai oksigen dan nutrisi janin. Wanita yang mengalami komplikasi ini dirumahsakitkan, dan bayi kemungkinan segera dilahirkan. Pada placenta previa, plasenta terletak di sepanjang atau di dekat servik, di bagian bawah rahim. Itu bisa menyebabkan pendarahan tanpa rasa sakit yang secara tiba-tiba dimulai pada kehamilan tua. Pendarahan bisa menjadi parah, bayi biasanya dilahirkan dengan operasi sessar.


Wanita dengan pelepasan plasenta prematur dirawat di rumah sakit. Pengobatan yang umum adalah istirahat total. Jika gejala-gejala berkurang, wanita dianjurkan untuk berjalan dan kemungkinan dikeluarkan dari rumah sakit. Jika pendarahan berlanjut atau memburuk (diduga janin tersebut tidak mendapat cukup oksigen) atau jika kehamilan mendekati masanya, melahirkan dini seringkali terbaik untuk wanita dan bayi tersebut. Jika tidak mungkin melahirkan dengan normal, operasi sessar dilakukan.

Faktor Resiko yang Ada Sebelum Kehamilan

Kehamilan Resiko Tinggi

DEFINISI

Beberapa faktor resiko ada sebelum wanita menjadi hamil. Faktor resiko ini termasuk karakter fisik dan sosial tertentu pada wanita, masalah yang terjadi pada kehamilan sebelumnya, dan gangguan tertentu yang telah dimiliki.

Karakter Fisik

Usia, berat badan, dan tinggi pada wanita mempengaruhi resiko selama kehamilan. Anak gadis berusia 15 dan lebih muda beresiko tinggi mengalami preeclampsia (sebuah jenis tekanan darah yang terjadi selama kehamilan). Perempuan muda juga beresiko tinggi mengalami kekurangan berat badan (terlalu kecil untuk usia hamil) atau bayi kekurangan gizi. Wanita berusia 35 dan lebih tua beresiko tinggi mengalami masalah seperti tekanan darah tinggi, diabetes selama hamil (diabetes yang terjadi selama kehamilan), dan komplikasi selama persalinan.

Wanita yang berat badan kurang dari 100 pon sebelum menjadi hamil lebih mungkin memiliki bayi kecil, berat badan kurang. Wanita obesitas lebih mungkin memiliki bayi yang sangat besar, yang kemungkinan sulit untuk dilahirkan. Juga, wanita obesitas lebih mungkin mengalami diabetes gestational dan preeklampsia.

Wanita yang lebih pendek dari 5 kaki lebih mungkin mengalami panggul kecil, yang bisa membuat gerakan janin melalui panggul dan vagina (saluran lahir) kesulitan selama persalinan. Misal, bahu janin lebih mungkin menetap berlawanan dengan tulang pubis. Komplikasi ini disebut bahu dystocia. Juga, wanita yang pendek lebih mungkin mengalami persalinan preterm dan bayi tidak cukup berkembang seperti yang diharapkan.

Kelainan struktur pada organ reproduksi meningkatkan resiko keguguran. Misal rahim ganda atau servik lemah (incompetent) yang cenderung untuk membuka (melebar) sebagaimana pertumbuhan janin.

Karakter Sosial

Menjadi tidak menikah atau dalam kelompok sosial ekonomi yang rendah meningkatkan masalah selama kehamilan. Alasannya sifat ini meningkatkan resiko tidak jelas tetapi kemungkinan berhubungan dengan sifat lain yang lebih umum pada wanita ini. Misal, wanita ini lebih mungkin untuk merokok dan sedikit untuk mengkonsumsi makanan kesehatan untuk memperoleh perawatan medis yang tepat.

Masalah Pada Kehamilan Sebelumnya

Ketika wanita mengalami masalah pada kehamilan pertama, mereka lebih mungkin mengalami masalah, seringkali hal yang sama, pada kehamilan berikutnya. Beberapa masalah termasuk memiliki bayi prematur, bayi yang berat badannya kurang, bayi yang beratnya lebih dari 10 pon, bayi dengan kelahiran cacat, keguguran sebelumnya, melahirkan terlambat (postterm)(setelah 42 minggu pada kehamilan), ketidakcocokan Rh yang membutuhkan transfusi darah ke janin, atau melahirkan yang membutuhkan operasi sessar. Jika wanita memiliki bayi yang meninggal segera setelah dilahirkan, mereka juga lebih mungkin mengalami masalah pada kehamilan berikutnya.

Wanita bisa mengalami kondisi yang cenderung untuk membuat masalah berulang yang sama. Misal, wanita dengan diabetes lebih mungkin untuk memiliki bayi yang berat badannya lebih dari 10 pon ketika lahir.

Wanita yang memiliki anak dengan gangguan genetik atau cacat lahir lebih mungkin memiliki bayi lain dengan masalah serupa. Tes genetik pada bayi, bahkan jika baru dilahirkan, dan kedua orangtua kemungkinan tepat sebelum kehamilan lain diupayakan. Jika wanita ini menjadi hamil kembali. Beberapa tes seperti ultrasonografi, chorionic villus sampling, dan amniocentesis bisa membantu memastikan apakah janin memiliki gangguan genetik atau cacat lahir.

Telah mengalami 6 atau lebih kehamilan meningkatkan resiko pada persalinan yang sangat cepat dan pendarahan berlebihan setelah melahirkan. Hal itu juga meningkatkan resiko pada plasenta yang salah letak (placenta previa).

Gangguan Yang Hadir Sebelum Kehamilan.

Sebelum menjadi hamil, wanita bisa mengalami gangguan yang meningkatkan resiko pada masalah selama kehamilan. Wanita ini harus berbicara dengan dokter dan berusaha mendapatkan kondisi fisik terbaik mungkin sebelum menjadi hamil. Setelah mereka menjadi hamil, mereka bisa memerlukan perawatan khusus, seringkali yang berasal dari tim interdisciplinary. Tim tersebut bisa termasuk dokter kandungan (yang bisa juga menjadi spesialis pada gangguan), spesialis gangguan, dan praktisi kesehatan lainnya (seperti ahli gizi)

  1. Penyakit jantung : kebanyakan wanita yang menderita penyakit jantung-termasuk gangguan klep jantung (seperti mitral valve prolapse) dan beberapa cacat lahir pada jantung-bisa melahirkan anak sehat dengan selamat, tanpa sakit permanen apapun yang berakibat pada fungsi jantung atau jangka hidup. Meskipun begitu, wanita yang mengalami gagal jantung sebelum hamil sangat beresiko pada masalah.

    Kehamilan memerlukan kerja jantung yang lebih berat. Konsekwensinya, kehamilan bisa memperburuk penyakit jantung atau menyebabkan penyakit jantung untuk menghasilkan gejala-gejala untuk pertama kali. Biasanya, masalah-masalah serius, termasuk kematian pada wanita atau janin tersebut, terjadi hanya ketika penyakit jantung adalah berat sebelum wanita tersebut menjadi hamil. Sekitar 1% wanita yang mengalami penyakit jantung berat sebelum hamil menjadi meninggal sebagai akibat dari kehamilan, biasanya karena gagal jantung.

    Resiko pada masalah meningkat sepanjang kehamilan sebanding dengan perkembangan masalah jantung. Wanita hamil dengan penyakit jantung bisa menjadi lelah yang tak biasa dan bisa membatasi kegiatan mereka. Jarang, wanita dengan penyakit jantung berat dianjurkan untuk melakukan aborsi dini pada kehamilan. Resiko juga meningkat selama persalinan dan melahirkan. Setelah melahirkan, wanita dengan penyakit jantung berat tidak bisa keluar dari bahaya setidaknya 6 bulan, tergantung pada jenis penyakit jantung.

    Penyakit jantung pada wanita hamil bisa mempengaruhi janin. Janin kemungkinan dilahirkan prematur. Wanita dengan cacat lahir pada jantung lebih mungkin memiliki anak dengan cacat lahir serupa. Ultrasonografi bisa mendeteksi beberapa kerusakan ini sebelum janin dilahirkan. Jika penyakit jantung berat pada wanita hamil tiba-tiba memburuk, janin bisa mati.

    Selama persalinan, wanita yang mengalami penyakit jantung berat kemungkinan diberikan obat bius epidural, yang menghambat sensasi pada tulang belakang bagian bawah dan mencegah wanita dari mendorong. Mendorong selama persalinan menegangkan jantung, karena meningkatkan jumlah darah yang kembali menuju jantung. Karena mendorong tidak mungkin, bayi harus dilahirkan dengan forcep.

    Untuk wanita dengan beberapa jenis penyakit jantung, kehamilan tidak dianjurkan karena meningkatkan resiko mereka pada kematian. Hipertensi paru-paru primer dan sindron eisenmenger adalah contohnya. Jika wanita mengalami salah satu gangguan ini bisa hamil, dokter menganjurkan mereka untuk mengakhiri kehamilan sedini mungkin.

  2. Tekanan darah tinggi : wanita yang mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi kronis) sebelum hamil lebih mungkin mengalami masalah serius yang berpotensi selama kehamilan. Masalah-masalah ini termasuk preeklampsia (sebuah jenis tekanan darah tinggi yang terjadi selama kehamilan), tekanan darah tinggi yang memburuk, janin yang tidak berkembang sebanyak yang diharapkan, pelepasan plasenta yang premature dari rahim (placental abruption), dan kematian waktu lahir.

    Untuk kebanyakan wanita dengan tekanan darah ringan (140/90 sampai 150/100 mm per merkuri (mm Hg)), pengobatan dengan obat-obatan antihipertensi tidak dianjurkan. Beberapa pengobatan tidak tampak untuk mengurangi resiko pada preeklampsia, pelepasan prematur pada plasenta, atau kematian waktu lahir maupun untuk memperbaiki pertumbuhan janin. Meskipun begitu, beberapa wanita diobati untuk mencegah kehamilan karena epidode tekanan darah yang lebih tinggi (yang memerlukan perawatan di rumah sakit).

    Untuk wanita yang tekanan darahnya lebih tinggi dari 150/100 mm Hg, pengobatan dengan obat-obatan antihipertensi dianjurkan. Pengobatan bisa mengurangi resiko stroke dan komplikasi lain yang disebabkan tekanan darah yang sangat tinggi. Pengobatan juga dianjurkan untuk wanita yang mengalami tekanan darah tinggi dan gangguan ginjal karena jika tekanan darah tidak dikendalikan dengan baik, ginjal tersebut kemungkinan lebih lanjut rusak.

    Kebanyakan obat-obatan antihipertensi digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi bisa digunakan dengan aman selama kehamilan. Meskipun begitu, penghambat enzim angiotensin-converting (ACE) dihentikan selama kehamilan, terutama selama dua semester terakhir. Obat-obatan ini bisa menyebabkan kerusakan ginjal pada janin. Akibatnya, bayi tersebut bisa mati setelah dilahirkan.

    Selama kehamilan, wanita dengan tekanan darah tinggi dipantau ketat untuk memastikan tekanan darah dikendalikan dengan baik, ginjal berfungsi dengan normal, dan janin berkembang dengan normal. Meskipun begitu, pelepasan plasenta yang prematur tidak dapat dicegah atau diantisipasi. Seringkali, bayi harus segera dilahirkan untuk dicegah atau diantisipasi. Seringkali, bayi harus segera dilahirkan untuk mencegah kematian waktu lahir atau komplikasi yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi (seperti stroke) pada wanita.

  3. Anemia : mengalami anemia menurun, seperti penyakit sel arit, penyakit hemoglobin S-C, dan beberapa talasemia, peningkatan resiko pada masalah selama kehamilan. Sebelum dilahirkan, tes darah dilakukan secara rutin untuk memeriksa kelainan hemoglobin pada wanita yang mengalami peningkatan resiko mengalami kelainan ini karena ras, latar belakang etnis, atau riwayat keluarga. Contoh chorionic villus atau amniocentesis kemungkinan dilakukan untuk memeriksa kelainan hemoglobin pada janin.

    Wanita yang mengalami penyakit sel arit terutama sekali beresiko mengalami infeksi selama kehamilan. Pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi pada rahim adalah yang paling umum. Sekitar sepertiga wanita hamil mengalami penyakit sel arit mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan. Serangan nyeri berat mendadak, disebut siklus krisis sel arit, bisa terjadi selama kehamilan sebagaimana setiap waktu yang lain. Gagal jantung dan penyumbatan pada arteri paru-paru bisa menggumpalkan darah (emboli paru-paru), yang kemungkinan mengancam nyawa, bisa juga terjadi. Pendarahan selama persalinan atau setelah melahirkan kemungkinan lebih berat. Janin bisa lambat bertumbuh atau tidak bertumbuh sebanyak yang diharapkan. Janin bahkan bisa meninggal. Penyakit sel arit yang lebih berat sebelum kehamilan, resiko yang lebih berat pada masalah kesehatan untuk wanita hamil dan janin dan resiko kematian pada janin yang lebih tinggi selama kehamilan. Dengan transfusi darah teratur, wanita sedikit mungkin mengalami siklus krisis sel arit tetapi lebih mungkin mengalami penolakan darah yang ditransfusi. Keadaan ini, disebut alloimmunization, bisa mengancam nyawa. Juga, transfusi untuk wanita hamil tidak mengurangi resiko untuk janin.

  4. Gangguan ginjal : wanita dengan gangguan ginjal berat sebelum hamil lebih mungkin mengalami masalah selama kehamilan. Fungsi ginjal bisa cepat memburuk selama kehamilan. Tekanan darah tinggi, yang seringkali disertai gangguan ginjal, bisa juga memburuk, dan preeklampsia (jenis tekanan darah tinggi selama kehamilan) bisa terbentuk. Janin tidak bisa bertumbuh seperti yang diharapkan, fungsi ginjal dan tekanan darah dipantau dengan ketat sebagaimana perkembangan janin. Seringkali, bayi harus segera dilahirkan.

    Wanita yang mengalami cangkok ginjal yang telah diletakkan untuk 2 tahun lebih biasanya bisa melahirkan anak dengan aman jika ginjal mereka berfungsi secara normal, jika mereka tidak mengalami peristiwa penolakan, dan jika tekanan darah mereka adalah normal. Kebanyakan wanita yang mengalami gangguan ginjal dan yang mengalami hemodialisa teratur bisa juga melahirkan bayi yang sehat.

  5. Seizure Disorder (kejang) : untuk kebanyakan wanita yang menggunakan antikonsulvan untuk mengobati seizure disorder, frekwensi kejang tidak berubah selama kehamilan. Meskipun begitu, kadangkala dosis antikonsulvan harus ditingkatkan.

    Penggunaan antikonsulvan meningkatkan resiko cacat lahir. Wanita yang menggunakan antikonsulvan harus mendiskusikan resiko cacat lahir dengan ahli di bidangnya, lebih baik sebelum mereka hamil. Beberapa wanita kemungkinan menghentikan antikonsulvan selama kehamilan dengan aman, tetapi kebanyakan wanita harus melanjutkan penggunaan obat-obatan tersebut. Resiko dihasilkan dari tidak menggunakan obat-obatan tersebut (menghasilkan frekwensi serangan yang lebih, yang bisa membahayakan janin dan wanita tersebut) biasanya lebih banyak resiko dihasilkan dari panggunaan obat-obatan selama kehamilan.

  6. Penyakit kelamin menular : wanita yang mengalami penyakit kelamin menular bisa mengalami masalah selama kehamilan. Infeksi chlamydial bisa menyebabkan persalinan preterm dan selaput yang mengandung janin pecah secara prematur. Hal itu bisa juga menyebabkan conjunctivitis pada bayi yang baru lahir, sama seperti gonorhoe. Sifilis pada wanita hamil kemungkinan ditularkan kepada janin melalui plasenta. Sifilis bisa menyebabkan beberapa kerusakan lahir.

    Sekitar seperempat wanita hamil yang memiliki infeksi virus immunodeficiency manusia (HIV) yang tidak diobati, yang menyebabkan AIDS, menularkannya kepada bayi mereka. Para ahli menganjurkan bahwa wanita dengan infeksi HIV menggunakan obat-obatan antiretroviral selama kehamilan. Ketika wanita hamil menggunakan obat-obatan ini, resiko penularan HIV kepada bayi mereka berkurang lebih sedikit dibandingkan 2%. Untuk beberapa wanita dengan infeksi HIV, melahirkan dengan operasi sessar, direncanakan kemudian, bisa mengurangi resiko penularan HIV kepada bayi lebih lanjut. Kehamilan tidak tampak mempercepat kemajuan infeksi HIV pada wanita.

    Herpes kelamin bisa ditularkan kepada bayi selama melahirkan normal. Bayi yang tidak terinfeksi dengan herpes bisa mengalami infeksi otak yang mengancam nyawa disebut herpes encephalitis. Jika herpes menghasilkan luka pada daerah kelamin di akhir kehamilan, wanita biasanya dianjurkan untuk melahirkan dengan operasi sessar, sehingga virus tersebut tidak ditularkan kepada bayi. Jika luka hadir, resiko penularan sangat rendah.

  7. Diabetes : untuk wanita yang mengalami diabetes sebelum mereka hamil, resiko komplikasi selama kehamilan bergantung pada seberapa diabetes telah hadir dan apakah ada komplikasi pada diabetes, seperti tekanan darah tinggi dan kerusakan ginjal, telah ada. (Pada beberapa wanita, diabetes terjadi selama kehamilan, gangguan ini disebut gestational diabetes).

    Resiko komplikasi selama kehamilan bisa dikurangi dengan mengendalikan kadar gula (glukosa) di dalam darah. Kadar tersebut harus dijaga senormal mungkin sepanjang kehamilan. Cara untuk mengukur kadar gula darah (seperti makanan, olahraga, dan insulin) harus dimulai sebelum kehamilan. Kebanyakan wanita hamil diminta untuk mengukur kadar gula mereka beberapa kali sehari di rumah. Mengendalikan diabetes terutama sekali diakhir kehamilan sangat penting. Kemudian, kadar gula darah cenderung meningkat karena tubuh menjadi sedikit responsif terhadap insulin. Dosis yang lebih tinggi pada insulin biasanya diperlukan.

    Jika diabetes kurang dikontrol awal sekali pada kehamilan, resiko keguguran dini dan kerusakan lahir bertambah secara signifikan. Ketika diabetes kurang dikontrol dan telat pada kehamilan, janin besar dan resiko kamatian ketika melahirkan meningkat. Janin besar mengurangi janin untuk lewat dengan mudah melalui vagina dan lebih mungkin untuk terluka selama melahirkan normal. Konsekwensinya, melahirkan dengan operasi sessar seringkali diperlukan. Resiko preeklampsia (jenis tekanan darah tinggi yang terjadi selama kehamilan) juga meningkat untuk wanita dengan diabetes.

    Paru-paru janin cenderung matang dengan lambat. Jika melahirkan dini dipertimbangkan (misalnya, karena janin besar), dokter bisa mengangkat dan meneliti contoh cairan yang mengelilingi janin (cairan ketuban). Prosedur ini, disebut amniocentesis, membantu dokter untuk memastikan apakah paru-paru janin cukup matang untuk dilahirkan untuk bernafas.

    Bayi yang baru lahir pada wanita yang mengalami diabetes meningkatkan resiko mengalami kadar gula yang rendah, kalsium rendah, dan kadar bilirubin yang rendah di dalam darah. Staff rumah sakit mengukur kadar zat-zat ini dan meneliti bayi yang baru lahir untuk gejala-gejala kelainan ini.

    Untuk wanita dengan diabetes, kebutuhan untuk insulin segara turun secara dramatis setelah melahirkan. Tetapi kebutuhan tersebut biasanya kembali seperti semula sebelum kehamilan dalam waktu sekitar 1 minggu.

  8. Gangguan Hati dan kantung empedu : wanita yang mengalami hepatitis karena virus yang kronis atau sirosis (luka parut pada hati) lebih meungkin untuk gugur atau melahirkan secara prematur. Sirosis bisa menyebabkan pembuluh varicose untuk terbentuk di sekitar kerongkongan (varises kerongkongan). Kehamilan sedikit meningkatkan resiko pendarahan besar-besaran dari pembuluh ini, khususnya selama 3 bulan terakhir pada kehamilan.

    Wanita hamil yang mempunyai batu empedu dipantau secara ketat. Jika batu empedu menghambat kantung empedu atau menyebabkan infeksi, operasi kemungkinan diperlukan. Operasi ini biasanya aman untuk wanita dan janin.

  9. Asma : pada sekitar separuh wanita yang mengalami asma dan hamil, frekwensi atau tingkat keparahan serangan asma tidak berubah selama kehamilan. Kira-kira seperempat wanita bertambah baik selama kehamilan, dan sekitar seperempat menjadi buruk. Jika wanita hamil dengan asma berat diobati dengan prednison, resiko dimana janin tidak berkembang seperti yang diharapkan atau akan dilahirkan secara prematur menjadi meningkat.

    Karena asma bisa berubah sepanjang kehamilan, dokter bisa meminta wanita dengan asma untuk menggunakan peak flow meter untuk memantau pernafasan mereka lebih sering. Wanita hamil dengan asma harus mengunjungi dokter secara teratur sehingga pengobatan bisa disesuaikan sesuai kebutuhan. Mengontrol dengan baik asma adalah penting. Pengobatan yang tidak cukup bisa mengakibatkan masalah serius. Cromolyn, bronkodilator (seperti albuterol), dan kortikosteroid (seperti beclometason) bisa digunakan selama kehamilan. Inhalasi adalah cara yang lebih disukai untuk menggunakan obat-obatan ini. Ketika dihirup, obat tersebut mempengaruhi sebagian besar paru-paru dan mempengaruhi seluruh tubuh dan sedikit janin. Aminophylline (digunakan dengan mulut atau infus) dan teofilin (digunakan dengan mulut) kadangkala digunakan selama kehamilan. Kortikosteroid digunakan dengan mulut hanya ketika pengobatan lain tidak efektif. Divaksinasi untuk melawan virus influenza (flu) selama musim influenza sangat penting untuk wanita hamil dengan asma.

  10. Gangguan autoimmune : kelainan antibodi dihasilkan pada gangguan autoimmune bisa menyeberang ke plasenta dan menyebabkan masalah pada janin. Kehamilan mempengaruhi gangguan autoimmune pada cara yang berbeda

  11. Systemic lupus erythematosus (lupus) bisa muncul untuk pertama kali, memburuk, atau agak berat selama kehamilan. Bagaimana kehamilan mempengaruhi jalan lupus tidak dapat diduga, tetapi waktu yang paling sering untuk tercetus segera setelah melahirkan.

    Wanita yang mengalami lupus seringkali mengalami riwayat keguguran berulang, janin yang tidak berkembang seperti yang diharapkan, dan persalinan preterm. Jika wanita mengalami komplikasi disebabkan lupus (seperti kerusakan ginjal atau tekanan darah tinggi), resiko kematian untuk janin atau bayi yang baru lahir meningkat.

    Pada wanita hamil, antibodi lupus bisa menyeberangi plasenta menuju janin. Akibatnya, janin bisa mengalami detak jantung yang sangat lambat, anemia, jumlah platelet yang rendah, atau jumlah sel darah putih yang rendah. Meskipun begitu, antibodi ini hilang secara bertahap lebih dari beberapa minggu setelah bayi dilahirkan, dan masalah yang mereka sebabkan terselesaikan kecuali untuk detak jantung yang lambat.

  12. Pada penyakit Grave, antibodi merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan. Antibodi ini bisa menyeberangi palsenta dan merangsang kelenjar tiroid pada janin. Akibatnya, janin bisa mengalami detak jantung yang cepat dan tidak bisa bertumbuh seperti yang diharapkan. Kelenjar tiroid bayi bisa membesar, membentuk gondok. Sangat jarang, gondok kemungkinan membesar yang berhubungan dengan melahirkan melalui vagina.

    Biasanya, wanita dengan penyakit grave menggunakan dosis efektif serendah mungkin propylthiouracil, yang memperlambat aktifitas kelenjar tiroid. Penelitian fisik dan pengukuran kadar hormon tiroid dilakukan secara teratur karena propylthiouracil melintasi plasenta dan mencegah janin untuk menghasilkan hormon tiroid yang cukup. Seringkali, penyakit grave menjadi sedikit berat selama trisemester ketiga, sehingga dosis propylthiouracil bisa dikurangi atau dihentikan. Jika diperlukan, kelenjar tiroid pada wanita hamil kemungkinan diangkat pada trisemester kedua. Wanita ini harus mulai menggunakan hormon tiroid 24 jam setelah operasi. Menggunakan hormon ini tidak menyebabkan masalah pada janin.

  13. Myasthenia gravis, yang menyebabkan kelemahan otot, biasanya tidak menyebabkan komplikasi serius dan permanen selama kehamilan. Meskipun begitu, sangat jarang terjadi selama persalinan, wanita yang mengalami myasthenia gravis bisa memerlukan pertolongan ketika bernafas (assisted ventilation). Antibodi yang menyebabkan gangguan ini bisa melalui plasenta. Sehingga kira-kira satu dari lima bayi dilahirkan untuk wanita dengan myasthenia gravis dilahirkan dengan gangguan tersebut. Meskipun begitu, mengakibatkan kelemahan otot pada bayi biasanya sementara, karena antibodi dari ibu hilang secara bertahap dan bayi tidak menghasilkan antibodi pada jenis ini.

  14. Idiopathic thrombocytopenic purpura bisa menyebabkan masalah pendarahan pada wanita hamil dan bayi mereka. Jika tidak diobati selama kehamilan, gangguan tersebut cenderung lebih berat. Kortikosteroid, biasanya diberikan prednison melalui mulut, bisa meningkatkan jumlah platelet dan memperbaiki penggumpalan darah pada wanita hamil dengan gangguan ini. Meskipun begitu, prednison meningkatkan resiko dimana janin tidak akan berkembang seperti yang diharapkan atau akan dilahirkan dengan prematur. Gamma globulin dosis tinggi kemungkinan diberikan secara infus segera setelah melahirkan. Akibatnya, persalinan bisa diproses dengan aman, dan wanita bisa menjalani melahirkan normal tanpa pendarahan yang tak terkendali. Wanita hamil diberikan transfusi platelet hanya ketika melahirkan dengan operasi sessar diperlukan atau ketika jumlah platelet sangat rendah dimana pendarahan berat bisa terjadi. Jarang terjadi, ketika jumlah platelet tetap rendah membahayakan meskipun diobati, limpa, yang normalnya menjebak dan menghancurkan sel darah tua dan platelet, diangkat. Waktu yang terbaik untuk operasi ini adalah selama trisemester kedua.

    Antibodi yang menyebabkan gangguan ini bisa menyeberangi plasenta menuju janin, jarang terjadi mengakibatkan jumlah platelet rendah yang berbahaya sebelum dan segera setelah lahir. Bayi kemudian kemungkinan berdarah selama persalinan dan melahirkan dan bisa mengakibatkan terluka atau mati, khususnya jika pendarahan terjadi di dalam otak. Antibodi hilang dalam beberapa minggu, dan darah bayi kemudian menggumpal secara normal.

  15. Rheumatoid arthritis tidak mempengaruhi janin, tetapi melahirkan kemungkinan sulit untuk wanita jika arthritis telah merusak persendian paha mereka atau bagian bawah tulang belakang (lumbar). Gejala rheumatoid arthritis bisa berkurang selama kehamilan, tetapi biasanya kembali ke kadar awal mereka setelah kehamilan.

  16. Fibroid : fibroid di dalam rahim, relatif sering terjadi tumor yang bukan kanker, bisa meningkatkan resiko persalinan preterm, melahirkan janin abnormal, plasenta yang tidak pada tempatnya (placenta previa), dan keguguran berulang. Jarang, fibroid berhubungan dengan gerakan janin melalui persalinan normal.

  17. Kanker : karena kanker cenderung mengancam nyawa dan karena menunda pengobatan bisa mengurangi kemungkinan pengobatan yang berhasil, kanker biasanya diobati dengan cara yang sama apakah wanita hamil atau tidak. Beberapa pengobatan yang umum (operasi, obat-obatan kemoterapi, dan terapi radiasi) bisa membahayakan janin. Dengan demikian, beberapa wanita bisa mempertimbangkan aborsi. Meskipun begitu, pengobatan bisa kadangkala diatur waktunya sehingga resiko terhadap janin berkurang.

Keguguran

Kehamilan Resiko Tinggi

DEFINISI

Keguguran (aborsi spontan) adalah kehilangan pada janin yang berhubungan dengan kasus alami pada kehamilan sebelum 24 minggu.

PENYEBAB

Keguguran sering terjadi pada kehamilan beresiko tinggi. Keguguran terjadi sekitar 15% pada kehamilan yang diketahui. Lebih banyak keguguran tidak diketahui karena terjadi sebelum wanita tahu bahwa mereka hamil. Sekitar 85% keguguran terjadi selama 12 minggu pertama kehamilan. Kebanyakan kehamilan yang terjadi selama waktu ini dipikirkan untuk terjadi karena sesuatu hal salah pada janin seperti kelahiran cacat atau gangguan genetik.

Sisanya 15% pada keguguran terjadi selama minggu 13 sampai 24. Untuk sekitar sepertiga keguguran ini, penyebabnya tidak dikenali. Dua pertiga lainnya dihasilkan dari masalah wanita. Keguguran bisa terjadi karena wanita memiliki kelainan struktur pada organ reproduksi, seperti rahim ganda atau servik yang tidak mampu, yang cenderung terbuka (membesar) seperti pembesaran rahim. Keguguran bisa juga terjadi jika wanita menggunakan kokain. Atau terluka, atau mengalami gangguan tertentu. Gangguan ini termasuk kelenjar tiroid yang tidak aktif (hyperthyroidism), diabetes, infeksi (seperti infeksi cytomegalovirus atau rubella), dan gangguan jaringan penghubung (seperti lupus). Ketidakmampuan Rh (ketika wanita hamil memiliki darah Rh negatif dan janin memiliki darah Rh positif) juga meningkatkan resiko. Gangguan emosi pada wanita tidak berhubungan dengan keguguran.

Keguguran lebih mungkin terjadi untuk wanita yang mengalami keguguran atau persalinan preterm pada kehamilan sebelumnya. Untuk wanita yang mengalami keguguran tiga kali berturut-turut selama trismester pertama, kemungkinan untuk mengalami keguguran lain sekitar 1 banding 4. Sebelum mencoba untuk menjadi hamil kembali, wanita yang telah mengalami keguguran berulang sebaiknya diperiksa untuk kelainan genetik atau struktur dan untuk gangguan lain yang meningkatkan resiko keguguran. Prosedur imaging (seperti hysterescopy, hysterosalpingography, atau ultrasonografi) kemungkinan dilakukan untuk melihat kelainan struktur. Jika penyebabnya pada kehamilan sebelumnya dikenali, pengobatan bisa memperbaiki masalah tersebut.

GEJALA

Keguguran biasanya didahului oleh bercak atau pendarahan yang lebih jelas dan pengeluaran dari vagina. Kontraksi rahim, menyebabkan kram. Sekitar 20 sampai 30% wanita hamil mengalami beberapa pendarahan atau kram setidaknya selama pada kehamilan20 minggu pertama. Sekitar separuh pada masa ini mengalami keguguran.

Di awal kehamilan, satu-satunya tanda keguguran kemungkinan sedikit pendarahan vagina. Pada kehamilan lanjut, keguguran bisa menyebabkan pendarahan yang banyak, dan darah berisi cairan atau lendir atau gumpalan. Kram menjadi lebih parah sampai kadang-kadang, kontraksi rahim cukup untuk mengeluarkan janin dan plasenta.

Kadangkala janin meninggal tetapi tidak terjadi keguguran. Pada beberapa kasus, rahim tidak membesar. Jarang, jarimgan mati pada rahim menjadi terinfeksi sebeluma, selama, atau setelah keguguran. Beberapa infeksi kemungkinan serius, menyebabkan demam, menggigil, dan detak jantung yang cepat. Wanita yang terkena bisa menjadi mengigau, dan tekanan darah bisa turun.

DIAGNOSA

Jika wanita hamil mengalami pendarahan dan kram selama 20 minggu pertama pada kehamilan, seorang dokter meneliti dia untuk memastikan apakah keguguran terjadi. Dokter meneliti servik untuk memastikan apakah melebar. Jika tidak, kehamilan kemungkinan dilanjutkan. Jika melebar, keguguran lebih mungkin terjadi.

Ultrasonografi biasanya juga dilakukan. Ini kemungkinan digunakan untuk memastikan apakah keguguran telah siap terjadi atau, jika tidak, apakah janin masih hidup. Jika keguguran telah terjadi, ultrasonografi bisa menunjukkan apakah janin dan plasenta telah dikeluarkan.

Jika janin hidup dan keguguran kemungkinan terjadi, istirahat total dianjurkan untuk menolong mengurangi pendarahan dan kram. Jika mungkin, wanita tersebut harus tidak bekerja tetapi harus tetap di rumah. Menahan diri dari hubungan seksual dianjurkan, meskipun hubungan tidak pasti berhubungan dengan keguguran.

Jika keguguran telah terjadi dan janin dan plasenta telah keluar, tidak memerlukan pengobatan. Jika beberapa jaringan ini tinggal di dalam rahim, kuret dengan diisap dilakukan untuk mengangkatnya.

Jika janin meninggal tetapi tetap tinggal di rahim, kuret dengan cara penghisapan biasanya digunakan untuk mengangkat janin dan plasenta. Jika janin meninggal di akhir kehamilan , obat yang bisa menginduksi persalinan (seperti oxytocin) kemungkinan diberikan melalui infus. Oxytocin merangsang rahim untuk kontraksi dan mengeluarkan rahim. Setelah itu, kuret kemungkinan diperlukan untuk mengangkat potongan plasenta.

Setelah keguguran, wanita mungkin merasakan dukacita, kesedihan, kemarahan, perasaan bersalah, atau kegelisahan mengenai kehamilan berikutnya. Dukacita untuk kehilangan adalah reaksi alami dan sebaiknya tidak menekan atau disangkal. Berbicara tentang perasaan mereka dengan orang lain mungkin menolong wanita menangani perasaan merasa dan memperoleh perspektif. Wanita yang sudah mengalami keguguran bisa memerlukan untuk berbicara dengan dokter mereka tentang kemungkinan keguguran di kehamilan berikut. Walaupun mengalami keguguran meningkatkan risiko mengalaminya lagi, kebanyakan wanita yang mengalami keguguran tidak mempunyai masalah di kehamilan berikutnya.

Pemahaman bahasa aborsi

Dokter bisa menggunakan masa aborsi yang merujuk pada keguguran (aborsi spontan) yang terjadi sebelum 24 minggu kehamilan seperti penghentian medis pada kehamilan (aborsi induksi). Setelah 24 minggu kehamilan, melahirkan janin yang telah meninggal disebut masih lahir. Masa lain termasuk berikut dibawah ini :

  • Therapeutic (induksi) aborsi: aborsi yang dihasilkan oleh alat kedokteran (obat atau pembedahan)
  • Aborsi mengancam : pendarahan atau kram selama 24 minggu pertama pada kehamilan, mengindikasi bahwa janin kemungkinan hilang.
  • Aborsi Inevitable: Rasa Sakit atau pendarahan dengan membuka (dilation) tengkuk, menunjukkan bahwa janin akan hilang.
  • Aborsi lengkap: Pengusiran seluruh janin dan plasenta di uterus.
  • Aborsi yang tak benar-benar: Pengusiran hanya sebagian isi uterus.
  • Aborsi biasa: Tiga atau lebih aborsi spontan yang berurutan (keguguran).
  • Aborsi kehilangan : Memiliki janin meninggal di rahim selama 4 minggu atau lebih lama.
  • Aborsi terinfeksi: Infeksi isi rahim terlebih dahulu, selama, atau setelah aborsi.

Komplikasi Kehamilan

Kehamilan Resiko Tinggi

DEFINISI
KEGUGURAN & KELAHIRAN MATI

Keguguran (Aborsi Spontan) adalah kehilangan janin karena penyebab alami sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu.
Kelahiran Mati (Stillbirth) adalah kehilangan janin karena penyebab alami pada saat usia kehamilan mencapai lebih dari 20 minggu.

Seorang bayi yang lahir pada usia kehamilan berapapun dan langsung bernafas atau jantungnya berdenyut spontan, dikatakan lahir hidup. Jika kemudian bayi tersebut meninggal, maka dikatakan sebagai kematian bayi baru lahir (kematian neonatus).

Sekitar 20-30% wanita hamil mengalami perdarahan atau kram minimal 1 kali selama 20 minggu pertama kehamilan. Sekitar separuhnya menyebabkan keguguran.

Sekitar 85% keguguran terjadi pada trimester pertama dan biasanya disebabkan oleh kelainan pada janin.
15% sisanya, terjadi pada minggu ke 13-20; duapertiganya terjadi akibat kelainan pada ibu dan sepertiganya penyebabnya tidak diketahui.

Sebelum terjadinya keguguran, wanita hamil biasanya mengalami spotting (bercak perdarahan) atau perdarahan dan keputihan dari vagina. Rahimnya berkontraksi, menyebabkan kram. Jika terjadi keguguran, maka perdarahan, keputihan dan kram menjadi lebih berat. Pada akhirnya, sebagian atau seluruh isi rahim akan keluar.

Pada keguguran stadium awal, dengan USG bisa diketahui apakah bayi masih hidup.
Setelah keguguran, USG dan pemeriksaan lainnya digunakan untuk melihat apakah semua isi rahim telah keluar.

Jika seluruh isi rahim telah keluar, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Jika hanya sebagian isi rahim yang keluar, maka dilakukan kuretase untuk membersihkan rahim.

Jika janin telah mati tetapi tetap berada dalam rahim (missed abortion), maka janin dan plasenta harus dikeluarkan melalui kuretase.
Untuk missed abortion stadium lanjut, bisa digunakan obat yang menyebabkan kontraksi rahim sehingga rahim mengeluarkan isinya (misalnya oksitosin).

Jika perdarahan dan kram terjadi pada kehamilan 20 minggu (ancaman aborsi), maka dianjurkan untuk menjalani tirah baring. Wanita tersebut tidak boleh bekerja dan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
Tidak diberikan hormon karena hampir selalu tidak efektif dan bisa menyebabkan cacat bawaan, terutama pada jantung atau organ reproduksi.

Ancaman aborsi bisa terjadi jika leher rahim (serviks) membuka terlalu dini akibat kelemahan pada jaringan fibrosa. Kadang pembukaan servikal ini bisa ditutup melalui pembedahan dengan menjahitnya, yang nanti akan dibukan sesaat sebelum persalinan.

Aborsi septik adalah infeksi yang sangat serius. Isi rahim harus segera dikeluarkan dan infeksi harus diatasi dengan antibiotik dosis tinggi.


KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan Ektopik (Kehamilan Diluar Kandungan) adalah suatu kehamilan dimana janin berkembang diluar rahim, yaitu di dalam tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (saluran leher rahim), rongga panggul maupun rongga perut.

Dalam keadaan normal, sebuah sel telur dilepaskan dari salah satu ovarium (indung telur) dan masuk ke dalam tuba falopii. Di dalam tuba, dengan dorongan dari rambut getar yang melapisi tuba, dalam waktu beberapa hari, sel telur akan mencapai rahim. Biasanya sel telur dibuahi di dalam tuba falopii tetapi tertanam di dalam rahim.
Jika tuba tersumbat (misalnya karena infeksi), maka sel telur akan bergerak secara lambat atau tertahan. Sel telur yang telah dibuahi tidak pernah sampai ke rahim dan terjadilah kehamilan ektopik.

Resiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat pada: - Kelainan tuba falopii
- Sebelumnya pernah mengalami kehamilan ektopik
- Pemakaian DES (dietilstilbestrol)
- Kegagalan ligasi tuba (prosedur sterilisasi, dimana dilakukan pengikatan atau pemotongan tuba).

Kehamilan ektopik biasanya terjadi pada salah satu tuba falopii (kehamilan tuba).
Kehamilan ektopik bisa berakibat fatal dan harus segera diatasi.

Gejala dari kehamilan ektopik adalah spotting dan kram. Gejala ini timbul karena ketika janin mati, lapisan rahim dilepaskan seperti yang terjadi pada menstruasi yang normal.

Jika janin mati pada stadium awal, maka tidak terjadi kerusakan tuba falopii. Jika janin terus tumbuh, bisa menyebabkan robekan pada dinding tuba sehingga terjadi perdarahan.
Jika perdarahan terjadi secara bertahap, bisa menimbulkan nyeri dan kadang menimbulkan penekanan pada perut bagian bawah akibat penimbunan darah.
Biasanya setelah sekitar 6-8 minggu, penderita tiba-tiba merasakan nyeri yang hebat di perut bagian bawah, lalu pingsan. Gejala ini biasanya menunjukkan bahwa tuba telah robek dan menyebabkan perdarahan hebat ke dalam perut.

Kadang kehamilan ektopik sebagian terjadi di dalam tubah dan sebagian di dalam rahim. Keadaan ini menyebabkan kram dan spotting.
Janin memiliki ruang untuk tumbuh, sehingga kehamilan ektopik biasanya baru pecah di kemudian hari, biasanya pada minggu ke 12-16.

Jika hasil pemeriksaan darah dan air kemih menunjukkan positif hamil tetapi rahim tidak membesar, maka diduga telah terjadi kehamilan ektopik. Pada USG rahim tampak kosong dan di dalam rongga panggul atau rongga perut terlihat darah.
Laparoskopi digunakan untuk melihat kehamilan ektopik secara langsung.
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan kuldosentesis, yaitu pengambilan contoh darah yang tertimbun akibat kehamilan ektopik melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat dinding vagina ke dalam rongga panggul. Berbeda dengan darah vena atau arteri, darah ini tidak membeku.

Biasanya harus dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan kehamilan ektopik.
Pada kehamilan tuba, biasanya dibuat sayatan ke dalam tuba dan janin serta plasenta diangkat. Tuba dibiarkan terbuka agar penyembuhan terjadi tanpa pembentukan jaringan parut karena jaringan parut bisa menyebabkan penderita sulit untuk hamil lagi. Prosedur ini kadang dilakukan melalui suatu laparoskopi.
Jika terjadi kerusakan berat pada tuba dan tidak dapat diperbaiki, maka tuba harus diangkat.

Jika tidak terdengar denyut jantung janin, pada kehamilan tuba stadium awal bisa diberikan obat metotreksat.


ANEMIA

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal.

Selama hamil, volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin yang sifatnya menengah adalah normal.

Selama hamil, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebuhan janin dan dirinya sendiri.
Jenis anemia yang paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, yang biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya jumlah zat besi di dalam makanan.
Anemia juga bisa terjadi akibat kekurangan asam folat (sejenis vitamin B yang diperlukan untuk pembuatan sel darah merah).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang menentukan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan kadar zat besi dalam darah.

Anemia karena kekurangan zat besi diobati dengan tablet besi. Pemberian tablet besi tidak berbahaya bagi janin tetapi biasa menyebabkan gangguan lambung dan sembelit pada ibu, terutama jika dosisnya tingggi.
Wanita hamil dianjurkan untuk minum tablet besi meskipun jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobinnya normal, agar yakin bahwa mereka memiliki zat besi yang cukup untuk janin dan dirinya sendiri.

Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan tablet folat.
Untuk wanita hamil yang menderita anemia sel sabit, pengobatannya masih bersifat kontroversial; kadang perlu dilakukan transfusi darah.


INKOMPATIBILITAS Rh

Inkompatibilitas Rh adalah suatu ketidaksesuaian Rh di dalam darah ibu hamil dan darah bayinya.

Sebagai akibat dari inkompatibilitas Rh, tubuh ibu akan membentuk antibodi terhadap sel-sel darah merah bayi. Antibodi menyebabkan beberapa sel darah merah pecah dan kadang menyebabkan penyakit hemolitik (sejenis anemia) pada bayi.

Golongan darah ditentukan berdasarkan kepada adanya molekul-molekul pada permukaan sel darah merah. Golongan darah Rh terdiri dari beberapa molekul tersebut.
Salah satu dari molekul tersebut adalah Rh-nol-D, yang biasanya menyebabkan inkompatibilitas Rh. Jika sel darah merah memiliki molekul Rh-nol-D, maka dikatakan Rh-positif; jika tidak memiliki molekul Rh-nol-D, dikatakan Rh-negatif.

Inkompatibilitas Rh terjadi jika ibu memiliki darah dengan Rh-negatif dan janin memiliki Rh-positif yang berasal dari ayahnya. Darah janin bisa bercampur dengan darah ibu melalui plasenta (ari-ari), terutama pada akhir kehamilan dan selama persalinan.
Sel darah janin dianggap sebagai benda asing oleh tubuh ibunya, sehingga ibu menghasilkan antibodi untuk menghancurkannya. Kadar antibodi pada tubuh ibu terus bertambah selama kehamilan dan antibodi ini bisa melewati plasenta lalu masuk ke tubuh janin dan menghancurkan sebagian sel darah merah janin.
Akibatnya bisa terjadi penyakit hemolitik pada janin (eritroblastosis fetalis) atau pada bayi baru lahir (eritroblastosis neonatorum).
Tetap pada kehamilan pertama, anak yang dilahirkan jarang mengalami kelainan ini karena biasanya tidak terjadi kontak yang berarti antara darah janin dan darah ibu. Pada setiap kehamilan berikutnya, ibu menjadi lebih sensitif terhadap darah Rh-positif dan menghasilkan antibodi lebih dini.

Penghancuran sel darah merah pada tubuh janin bisa menyebabkan anemia dan peningkatan kadar bilirubin (limbah hasil penghancuran sel darah merah). Jika kadar bilirubin ini sangat tinggi, bisa terjadi kerusakan otak.

Pada pemeriksaan kehamilan biasanya dilakukan penyaringan untuk menentukan golongan darah ibu. Jika ibu memiliki Rh-negatif, dilakukan pemeriksaan golongan darah ayah. Jika ayah memiliki Rh-positif, dilakukan pengukuran kadar antibodi Rh pada ibu.

Darah ibu dan darah bayi bisa mengadakan kontak selama persalinan sehingga tubuh ibu membentuk antibodi. Karena itu sebagai tindakan pencegahan, diberikan suntikan immunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu yang darahnya memiliki Rh-negatif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif (bahkan juga setelah mengalami keguguran atau aborsi).
Pemberian suntikan ini menyebabkan hancurnya sel-sel dari bayi yang mungkin mensensitisasi ibu, sehingga biasanya kehamilan berikutnya tidak berbahaya.
Tetapi sekitar 1-2% ibu yang mendapatkan suntikan ini tetap mengalami sensitisasi, kemungkinan karena sensitisasi terjadi lebih dini. Untuk mencegah terjadinya sensitisasi dini, suntikan bisa diberikan pada kehamilan 28 minggu dan setelah persalinan.

Dengan mengukur kadar antibodi Rh pada ibu secara periodik, bisa diambil tindakan untuk mengantisipasi gangguan pada janin.
Jika kadar antibodi Rh terlalu tinggi, dilakukan amniosentesis (pengambilan contoh cairan ketuban untuk dianalisa). Kadar bilirubin pada contoh cairan ketuban diukur. Jika kadarnya terlalu tinggi, dilakukan transfusi darah pada janin.
Transfusi tambahan biasanya diberikan setiap 10-14 hari sampai kehamilan 32-34 minggu. Setelah lahir, biasanya diberikan 1 atau beberapa kali transfusi.
Pada kasus yang tidak terlalu berat, transfusi biasanya baru dilakukan setelah bayi lahir.


ABRUPSIO PLASENTA

Abrupsio Plasenta adalah pelepasan plasenta yang berada dalam posisi normal pada dinding rahim sebelum waktunya, yang terjadi pada saat kehamilan bukan pada saat persalinan.

Plasenta mungkin tidak menempel seluruhnya (kadang hanya 10-20%) atau menempel seluruhnya. Penyebabnya tidak diketahui.
Abrupsio lebih sering ditemukan pada wanita yang menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes atau penyakit rematik dan wanita pemakai kokain.

Terjadi perdarahan rahim yang berasal dari sisi tempat menempelnya plasenta. Perdarahan eksternal terjadi jika darah keluar melalui vagina, tetapi jika darah terperangkap di belakang plasenta, akan terjadi perdarahan tersembunyi.
Gejala yang timbul tergantung kepada luasnya pelepasan plasenta dan banyaknya darah yang hilang.
Gejalanya berupa:
- perdarahan vagina
- nyeri perut yang timbul secara tiba-tiba
- nyeri kram perut
- nyeri jika perut ditekan.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan USG.

Abrupsio plasenta menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen dan zat gizi untuk janin dan bisa menyebabkan kematian janin.
Sedangkan ibu bisa mengalami perdarahan yang serus, DIC (disseminated intravascular coagulation, bekuan darah di dalam pembuluh darah), gagal ginjal dan perdarahan ke dalam dinding rahim. Keadaan ini lebih sering terjadi pada wanita hamil yang mengalami pre-eklamsi) dan bisa merupakan petunjuk bahwa janin berada dalam keadaan gawat atau telah meninggal.

Penderita segera dirawat dan menjalani tirah baring.
Jika gejalanya berkurang, penderita mulai latihan berjalan dan mungkin boleh pulang.
Jika gejalanya semakin memburuk, dilakukan persalinan dini untuk menyelamatkan ibu dan bayi.


PLASENTA PREVIA

Plasenta Previa adalah plasenta yang tertanam di atas atau di dekat serviks (leher rahim), pada rahim bagian bawah.

Di dalam rahim, plasenta bisa menutupi lubang serviks secara keseluruhan atau hanya sebagian.
Plasenta previa biasanya terajdi pada wanita yang telah hamil lebih dari 1 kali atau wanita yang memiliki kelainan rahim (misalnya fibroid).

Pada akhir kehamilan, tiba-tiba terjadi perdarahan yang jumlahnya bisa semakin banyak. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang.
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan USG.

Jika perdarahannya hebat, dilakukan transfusi darah berulang.
Jika perdarahannya ringan dan persailinan masih lama, bisanya dianjurkan untuk menjalani tirah baring.
Hampir selalu dilakukan operasi sesar karena cenderung terjadi pelepasan plasenta sebelum waktunya, bayi bisa mengalami kekurangan oksigen dan ibu bisa mengalami perdarahan hebat.


HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil, tidak seperti morning sickness yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi dan kelaparan.

Penyebabnya tidak diketahui.
Faktor psikis bisa memicu atau memperburuk muntah.

Berat badann pendertia menurun dan terjadi dehidrasi.
Dehidrasi bisa menyebabkan perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam.

Jika muntah terus terjadi, bisa terjadi kerusakan hati.
Komplikasi lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah.

Penderita dirawat dan mendapatkan cairan, glukosa, elektrolit serta vitamin melalui infus. Penderita berpuasa selama 24 jam. Jika perlu, bisa diberikan obat anti-mual dan obat penenang.
Jika dehidrasi telah berhasil diatasi, penderita boleh mulai makan makanan lunak dalam porsi kecil.
Biasanya muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kembali kambuh, maka pengobatan diulang kembali.


PRE-EKLAMSI & EKLAMSI

Pre-eklamsi (Toksemia Gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
Eklamsi adalah bentuk pre-eklamsi yang lebih berat, yang menyebabkan terjadinya kejang atau koma.

Pre-eklamsi terjadi pada 5% kehamilan dan lebih sering ditemukan pada kehamilan petama dan pada wanita yang sebelumnya menderita tekanan darah tinggi atau penyakit pembuluh darah.
Eklamsi terjadi pada 1 dari 200 wanita yang menderita pre-eklamsi dan jika tidak diobati secara tepat biasanya bisa berakibat fatal.

Penyebab dari pre-eklamsi dan eklamsi tidak diketahui.
Resiko utama terjadinya pre-eklamsi adalah abrupsio plasenta.

Gejala-gejala dari pre-eklamsi adalah:
- tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mm Hg
- wajah atau tangan membengkak
- kadar protein yang tinggi dalam air kemih.
Seorang wanita yang pada saat hamil tekanan darahnya meningkat secara berarti tetapi tetap dibawah 140/90 mm Hg, juga dikatakan menderita pre-eklamsi.

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita pre-eklamsi, 4-5 kali lebih rentan terhadap kelainan yang timbul segera setelah lahir. Bayi yang dilahirkan juga mungkin kecil karena adanya kelainan fungsi plasenta atau karena lahir prematur.

Pre-eklamsi dan eklamsi tidak memberikan respon terhadap diuretik (obat untuk membuang kelebihan cairan) dan diet rendah garam.
Penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi garam dalam jumlah normal dan minum air lebih banyak. Sangat penting untuk menjalani tirah baring.
Penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.

Untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kejang, bisa diberikan magnesium sulfat intravena (melalui pembuluh darah).

Jika pre-eklamsinya bersifat ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari.
Jika perbaikan tidak segera terjadi, biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut, maka persalinan dilakukan sesegera mungkin.

Penderita pre-eklamsi berat dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring.
Cairan dan magnesium sulfat diberikan melalui infus.
Dalam waktu 4-6 jam, biasanya tekanan darah kembali normal dan bayi dapat dilahirkan dengan selamat.
Jika tekanan darah tetap tinggi, sebelum persalinan dimulai, diberikan obat tambahan.

Komplikasi utama dari pre-eklamsi dan eklamsi adalah sindroma HELLP, yang terdiri dari:
  • Hemolisis (penghancuran sel darah merah)
  • Peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya kerusakan hati)
  • Penurunan jumlah trombosit (yang menunjukkan adanya gangguan kemampuan pembekuan darah).
    Sindroma HELLP cenderung terjadi jika pengobatan pre-eklamsi tertunda.
    Jika terjadi sindroma HELLP, bayi segera dilahirkan melalui operasi sesar.

    Setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklamsi. 25% kasus eklamsi terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2-4 hari pertama setelah persalinan.
    Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6-8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklamsi.


    HERPES GESTASIONAL

    Herpes Gestasional adalah lepuhan berisi cairan yang sangat gatal, yang terjadi selama kehamilan.

    Penggunaan istilah herpes sebenarnya tidak tepat karena ruam yang terjadi tidak disebabkan oleh virus herpes maupun virus lainnya.
    Herpes gestasional diduga disebabkan oleh antibodi abnormal yang beraksi terhadap jaringan tubuh sendiri (reaksi autoimun).
    Ruam ini bisa timbul kapanpun setelah kehamilan 12 minggu atau segera setelah persalinan.

    Ruam biasanya terdiri dari vesikel (lepuhan kecil/besar yang berisi cairan) atau bula (pembengkakan yang bentuknya tidak beraturan dan berisi carian).
    Ruam ini seringkali berawal di perut lalu menyebar.
    Segera setelah persalinan, ruam akan semakin memburuk dan menghilang dalam beberapa minggu atau bulan kemudaian.

    Ruam seringkali muncul lagi pada kehamilan berikutnya atau jika penderita menggunakan pil KB.
    Bayi yang dilahirkan mungkin memiliki ruam yang serupa, tetapi biasanya akan menghilang dalam beberapa minggu, tanpa pengobatan.

    Untuk memperkuat diagnosis, diambil kerokan kulit yang terkena dan diperiksa di laboratorium untuk mengetahui adanya antibodi.

    Tujuan pengobatan adalah untuk meringankan gatal-gatal dan mencegah terbentuknya lepuhan yang baru.
    Untuk ruam yang ringan, diberikan krim kortikosteroid yang dioleskan langsung ke kulit yang terkena sesering mungkin.
    Untuk ruam yang lebih luas, diberikan kortikosteroid per-oral (melalui mulut). Mengkonsumsi kortikosteroid pada akhir kehamilan tidak akan membahayakan bayi.
    Jika setelah persalinan gatal-gatal semakin hebat atau ruam semakin menyebar, mungkin perlu diberikan kortikosteroid dengan dosis yang lebih tinggi.


    URTIKARIA GESTASIONAL

    Urtikaria Gestasional adalah kaligat yang terjadi pada saat hamil.

    Penyebabnya tidak diketahui.
    Kaligata biasanya timbul di perut, dan bisa menyebar ke paha, bokong, kadang sampai ke lengan.

    Ruam kaligata biasanya muncul pada 2-3 minggu menjelang persalinan. Tetapi mungkin saja timbul setelah kehamilan mencapai 24 minggu.
    Rasa gatal sering menyebabkan penderita tidak dapat tidur di malam hari.
    Setelah persalinan, kaligata biasanya menghilang dan tidak kambuh pada kehamilan berikutnya.

    Untuk mengatasi gatal-gatal dan meredakan ruam kaligata, diberikan krim kortikosteroid yang dioleskan sesering mungkin.
    Jika ruamnya lebih berat, diberikan kortikosteroid per-oral.
  • Kehamilan Resiko Tinggi

    Kehamilan Resiko Tinggi

    DEFINISI
    Kehamilan Resiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan.

    Untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko).
    Faktor resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.


    FAKTOR RESIKO SEBELUM KEHAMILAN

    Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan.
    Selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.

    Karakteristik ibu

    Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan.
    Anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
    Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma Down) semakin meningkat. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.

    Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat sampai 30%.
    Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.

    Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin memiliki panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.

    Peristiwa pada kehamilan yang lalu

    Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi.
    Keguguran juga lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur.
    Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran menjalani pemeriksaan untuk:
    - kelainan kromosom atau hormon
    - kelainan struktur rahim atau leher rahim
    - penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
    - reksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).
    Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan pengobatan.

    Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
    - Kelainan kromosom pada bayi
    - Diabetes
    - Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
    - Tekanan darah tinggi
    - Penyalahgunaan obat
    - Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).

    Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
    Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.

    Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 5 kg, mungkin dia menderita diabetes.
    Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka resiko terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu maupun bayinya meningkat.
    Pemeriksaan kadar gula darah dilakuka pada wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu.

    Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami:
    - kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)
    - perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
    - persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina yang berat
    - plasenta previa (plasenta letak rendah).

    Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit hemolitik, maka bayi berikutnya memiliki resiko menderita penyakit yang sama.
    Penyakit ini terjadi jika darah ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin.
    Pada kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan ayah. Jika ayah memiliki 2 gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki Rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk memiliki Rh-positif adalah sebesar 50%.
    Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi. Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya.
    Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu yang memiliki Rh-negatif diberikan immunoglobulin Rh-nol-D, yang akan menghancurkan antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang terjadi.

    Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia menderita tekanan darah tinggi menahun.

    Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.

    Kelainan struktur

    Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran.
    Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen.

    Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya:
    - kelahiran prematur
    - gangguan selama persalinan
    - kelainan letak janin
    - kelainan letak plasenta
    - keguguran berulang.

    Keadaan kesehatan

    Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
    Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
    - Tekanan darah tinggi menahun
    - Penyakit ginjal
    - Diabetes
    - Penyakit jantung yang berat
    - Penyakit sel sabit
    - Penyakit tiroid
    - Lupus
    - Kelainan pembekuan darah.

    Riwayat keluarga

    Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung. Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.


    FAKTOR RESIKO SELAMA KEHAMILAN

    Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu perubahan yang menyebabkan bertambahnya resiko yang dimilikinya.
    Dia mungkin terpapar oleh teratogen (bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau dia bias mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.

    Obat-obatan atau infeksi

    Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum selama hamil adalah:
    - Alkohol
    - Phenitoin
    - Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau trimethoprim)
    - Lithium
    - Streptomycin
    - Tetracyclin
    - Talidomide
    - Warfarin.

    Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:
    - Herpes simpleks
    - Hepatitis virus
    - Influenza
    - Gondongan
    - Campak Jerman (rubella)
    - Cacar air (varisela)
    - Sifilis
    - Listeriosis
    - Toksoplasmosis
    - Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus.

    Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20% wanita yang berhenti merokok selama hamil.
    Efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami:
    - komplikasi plasenta
    - ketubah pecah sebelum waktunya
    - persalinan prematur
    - infeksi rahim.
    Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari orang lain karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya.

    Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang ibunya merokok.
    Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya sindroma kematian bayi mendadak.
    Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami kekurangan yang sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke plasenta dan rahim).

    Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan.
    Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama hamil. Sindroma ini ditandai dengan:
    - keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
    - kelainan wajah
    - mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan otak yang dibawah normal
    - kelainan perkembangan perilaku.
    Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental.
    Selain itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang memperhatikan).

    Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat.
    Berat badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.

    Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi, bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil.
    Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:
    - Anemia
    - Bakteremia
    - Endokarditis
    - Abses kulit
    - Hepatitis
    - Flebitis
    - Pneumonia
    - Tetanus
    - Penyakit menular seksual (termasuk AIDS).
    Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau pramuria. Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir prematur.

    Kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
    Berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ dan biasanya menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.

    Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
    - seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
    - terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
    - terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
    31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya.
    Jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama, maka resiko persalinan prematur dan pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal.

    Keadaan kesehatan

    Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain.
    Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus segera diobati.

    Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung kemih, maka dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya.

    Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan antibiotik.

    Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4? Celsius) pada trimester pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan sistem saraf pada bayi.
    Demam pada trimester terakhir menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan prematur.

    Komplikasi kehamilan
    1. Inkompatibilitas Rh

      Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai. Yang paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
      Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi untuk melawan darah janin.
      Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin setiap 2 bulan.

      Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:
      - setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
      - setelah pemeriksaan amniosentesis
      - dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
      Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.

    2. Perdarahan

      Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
      - Kelainan letak plasenta
      - Pelepasan plasenta sebelum waktunya
      - Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).
      Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan.
      Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan Pap smear.

    3. Kelainan pada cairan ketuban

      Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu atau terjadinya persalinan prematur.
      Air ketuban yang terlalu banyak cenerung terjadi pada:
      - ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
      - kehamilan ganda
      - inkompatibilitas Rh
      - bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan sistem saraf).

      Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:
      - bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih
      - bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
      - bayi yang meninggal di dalam kandungan.

    4. Persalinan prematur

      Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
      - ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
      - perdarahan
      - stress fisik atau mental
      - kehamilan ganda
      - ibu pernah menjalani pembedahan rahim.

      Persalinan prematur seringkali terjadi jika:
      - bayi berada dalam posisi sungsang
      - plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
      - ibu menderita tekanan darah tinggi
      - air ketuban terlalu banyak
      - ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis.

    5. Kehamilan ganda

      Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.

    6. Kehamilan lewat waktu

      Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.

    Penilaian kehamilan resiko tinggi
    Nilai 10 atau lebih menunjukkan resiko tinggi.
    Faktor Resiko Skor
    SEBELUM KEHAMILAN
    Karakteristik ibu
    Usia 35 tahun atau lebih atau 15 tahun atau kurang 5
    Berat badan kurang dari 50 kg atau lebih dari 100 kg 5
    Peristiwa pada kehamilan yg lalu
    Kematian dalam kandungan 10
    Kematian bayi baru lahir 10
    Bayi prematur 10
    Kecil untuk masa kehamilan 10
    Transfusi darah janin untuk penyakit hemolitik 10
    Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu) 10
    Keguguran berulang 5
    Bayi besar (lebih dari 5 kg) 5
    Hamil sebanyak 6 kali atau lebih 5
    Riwayat eklamsi 5
    Operasi sesar 5
    Epilepsi atau kelumpuhan serebral pada ibu 5
    Riwayat pre-eklamsi 1
    Cacat bawaan pada bayi sebelumnya 1
    Kelainan struktur
    Rahim ganda 10
    Kelemahan pada leher rahim 10
    Panggul sempit 5
    Keadaan medis
    Tekanan darah tinggi menahun 10
    Penyakit ginjal sedang sampai berat 10
    Penyakit jantung berat 10
    Diabetes yg tergantung kepada insulin 10
    Penyakit sel sabit 10
    Hasil Pap smear yg abnormal 10
    Penyakit jantung sedang 5
    Penyakit tiroid 5
    Riwayat tuberkulosis 5
    Penyakit paru-paru (misalnya asma) 5
    Hasil pemeriksaan darah yg positif untuk sifilis atau HIV 5
    Riwayat infeksi kandung kemih 1
    Riwayat keluarga yg menderita diabetes 1
    SELAMA KEHAMILAN
    Obat-obatan & infeksi
    Pemakaian obat atau alkohol 5
    Penyakit virus (misalnya campak Jerman) 5
    Influenza berat 5
    Merokok 1
    Komplikasi medis
    Pre-eklamsi sedang sampai berat 10
    Pre-eklamsi ringan 5
    Infeksi ginjal 5
    Diabetes gestsional 5
    Anemia berat 10
    Infeksi kandung kemih 1
    Anemia ringan 1
    Komplikasi kehamilan pada ibu
    Plasenta previa 10
    Pelepasan plasenta prematur 10
    Cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak 10
    Infeksi plasenta 10
    Robekan pada rahim 10
    Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu atau terlambat lebih dari 2 minggu) 10
    Sensitisasi Rh pada darah janin 5
    Bercak perdarahan 5
    Persalinan prematur 5
    Ketuban pecah lebih dari 12 jam sebelum persalinan 5
    Leher rahim berhenti melebar 5
    Persalinan berlangsung lebih dari 20 jam 5
    Mengedan lebih dari 2 jam 5
    Persalinan cepat (kurang dari 3 jam) 5
    Operasi sesar 5
    Induksi persalinan karena alasan medis 5
    Induksi persalinan 1
    Komplikasi kehamilan pada bayi
    Mekonium dalam cairan ketuban (hijau tua) 10
    Letak bayi abnormal (misalnya letak bokong) 10
    Persalinan letak bokong, dibantu seluruhnya 10
    Kehamilan ganda (terutama 3 atau lebih) 10
    Denyut jantung lambat atau sangat cepat 10
    Prolapsus tali pusat 10
    Berat badan kurang dari 2,75 kg 10
    Mekonium dalam cairan ketuban (hijau muda) 5
    Persalinan dengan bantuan forseps atau ekstraksi vakum 5
    Persalinan letak bokong, tidak dibantu atau dibantu sebagian 5
    Pembiusan total pada ibu selama persalinan 5

    Bayi kecil
  • Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu
  • Bayi lahir dengan berat badan rendah adalah bayi yang pada saat dilahirkan memiliki berat badan 2,75 kg atau kurang
  • Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang berat badannya lebih kecil jika dibandingkan dengan usia kehamilan
  • Bayi yang pertumbuhannya terhambat adalah bayi yang pertumbuhannya (berat dan tinggi badan) di dalam rahim terhambat.
  • Penyakit - Diseases

    Diabetes
    suatu penyakit yang terjadi karena tubuh kekurangan insulin, bisa karena pankreas tidak cukup atau hanya menghasilkan sedikit insulin, atau bisa juga karena sel tubuh melawan insulin yang dihasilkan – tidak bisa dicegah.

    Diabetes
    an illness that occurs when the body lacks insulin, either because the pancreas does not produce any or only a very small amount, or because the cells in the body are resistant towards the insulin it produces – is preventable.

    Penyakit Malarian
    adalah salah satu penyakit yang sering menyerang masyarakat Aceh melalui infeksi darah oleh parasit plasmodium.

    Malarian Ailment
    is one of the common diseases that is found in Aceh. It is a blood infection caused by a parasite called plasmodium.

    Tuberkulosis
    biasanya ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit paruparu dan terdapat bakteria di dahak mereka.Dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, tidak enak badan, berkeringat tanpa ada kegiatan, demam lebih dari satu malam.

    Tuberculosis
    is usually transmitted from infectious people coughing. People are usually infectious when they have pulmonary disease and thus they have bacteria in their sputum.Sputum mixed with blood, bleeding cough, shortwinded and painful in breathing, weaken body, loss of appetite, loss of weight, nausea, sweating without any activities, fever overnights.

    Sahrul Jam


    clock-desktop.com

    Jika Perasaannya Was2 Jangan Dimainkan Videonya By Sahrul Cau