Sabtu, 25 Juli 2009

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THYPOID FEVER


I. Pengertian
Thypoid fever/demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut
pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan
I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi.


II. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thposa/Eberthela Thyposa
yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali
pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu
700C dan antiseptik. Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu Antigen
O=Ohne Hauch=somatik antigen (tidak menyebar) ada dalam dinding sel kuman,
Antigen H=Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan
Antigen V1=kapsul ; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O
antigen terhadap fagositosis. Ketiga jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan
tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.


III. Penatalaksanaan.
1. Tirah baring atau bed rest.

2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan),
kecuali komplikasi pada intestinal.

3. Obat-obat :
a. Antimikroba :
- Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
- Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
- Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet =
sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv,
dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
- Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv,
dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
b. Antipiretik seperlunya
c. Vitamin B kompleks dan vitamin C

4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.


IV. Asuhan Keperawatan.
A. Pengkajian.

1. Identitas.
Menurut T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz diperkirakan insiden demam tifoid
pada tahun 1985 di Indonesia adalah sebagai berikut umur 0-4 tahun 25,32 %, umur
5-9 tahun 35,59 % dan umur 10-14 tahun 39,09%. Namun menegakkan diagnosis
demam tifoid pada anak merupakan hal yang tidak mudah mengingat tanda dan
gejala klinis yang tidak khas terutama pada penderita di bawah usia 5 tahun.
Insiden penyakit ini tidak berbeda antara anak laki dan anak perempuan, tergantung
pada status gizi dan status imunologis penderita.

2. Riwayat Keperawatan.

a. Keluhan utama.
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai somnolen, dan
gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada
perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa
lendir, anoreksia dan muntah.

b. Riwayat penyakit sekarang.
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau
terkontaminasi dengan minuman.

c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

d. Riwayat kesehatan keluarga.
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam
tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya bersifat fatal.

e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang berkembang
dengan kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. Pengaruh cuaca terutama pada musim hujan
sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama pada musim panas.

f. Imunisasi.
Pada tifoid kongenital dapat lahir hidup sampai beberapa hari dengan gejala
tidak khas serta menyerupai sepsis neonatorium.

g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

h. Nutrisi.
Gizi buruk atau meteorismus

3. Pemeriksaan fisik.
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, hipotensi dan shock jika perdarahan, infeksi sekunder atau
septikemia.

b. Sistem pernapasan.
Batuk nonproduktif, sesak napas.

c. Sistem pencernaan.
Umumnya konstipasi daripada diare, perut tegang, pembesaran limpa dan hati,
nyeri perut pada perabaan, bising usus melemah atau hilang, muntah, lidah
tifoid dengan ujung dan tepi kemerahan dan tremor, mulut bau, bibir kering dan
pecah-pecah.

d. Sistem genitourinarius.
Distensi kandung kemih, retensi urine.

e. Sistem saraf.
Demam, nyeri kepala, kesadaran menurun : delirium hingga stupor, gangguan
kepribadian, katatonia, aphasia, kejang.

f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Nyeri sendi

g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.

h. Sistem integumen.
Rose spot dimana hilang dengan tekanan, ditemukan pada dada dan perut,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering.

i. Sistem pendengaran.
Tuli ringan atau otitis media.

j. Sistem penciuman.

4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
a. Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis.

b. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fosfat alkali meningkat.

c. Minggu pertama biakan darah S. Typhi positif, dalam minggu berikutnya
menurun.

d. Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.

e. Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang memastikan
diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H meningkat sejak minggu
kedua. Titer reaksi widal diatas 1 : 200 menyokong diagnosis.


B. Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah).


C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen
endogen.

2. Diare berhubungan dengan infeksi pada saluran intestinal

3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.

4. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan adanya
salmonella pada tinja dan urine.

5. Konstipasi berhubungan dengan invasi salmonella pada mukosa intestinal.


D. Perencanaan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen endogen.
Intervensi
· Monitor tanda vital tiap 2 jam
· Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya
· Berikan suhu lingkungan yang nyaman bagi pasien. Kenakan pakaian tipis pada
pasien.
· Monitor komplikasi neurologis akibat demam
· Atur cairan iv sesuai order atau anjurkan intake cairan yang adekuat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diare berhubungan dengan infeksi pada saluran intestinal
Intervensi
· Ukur output
· Kompres hangat pada abodmen
· Kumpulkan tinja untuk pemeriksaan kultur.
· Cuci dan bersihkan kulit di sekitar daerah anal yang terbuka sesering mungkin

3. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan adanya salmonella pada
tinja dan urine.
Intervensi
· Kumpulkan darah, urine dan feses untuk pemeriksaan sesuai aturan.
· Atur pemberian agen antiinfeksi sesuai order.
· Pertahankan enteric precaution sampai 3 kali pemeriksaan feses negatif
terhadap S. Thypi
· Cegah pasien terpapar dengan pengunjung yang terinfeksi atau petugas, batasi
pengunjung
· Terlibat dalam perawatan lanjutan pasien
· Ajarkan pasien mencuci tangan, kebersihan diri, kebutuhan makanan dan
minuman
· Mencuci tangan setelah BAB atau memegang feses.

4. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
Intervensi
· Kaji tanda-tanda dehidrasi
· Berikan minuman per oral sesuai toleransi
· Atur pemberian cairan per infus sesuai order.
· Ukur semua cairan output (muntah, diare, urine. Ukur semua intake cairan.

5. Diagnosa Keperawatan
Konstipasi berhubungan dengan invasi salmonella pada mukosa intestinal.
Intervensi
· Observasi feses
· Monitor tanda-tanda perforasi dan perdarahan
· Cek dan cegah terjadinya distensi abdominal
· Atur pemberian enema rendah atau glliserin sesuai order, jangan beri laksatif.



DAFTAR PUSTAKA

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book,
Toronto.
Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto, cetakan III,
EGC, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC,
Jakarta.

Tidak ada komentar:

Penyakit - Diseases

Diabetes
suatu penyakit yang terjadi karena tubuh kekurangan insulin, bisa karena pankreas tidak cukup atau hanya menghasilkan sedikit insulin, atau bisa juga karena sel tubuh melawan insulin yang dihasilkan – tidak bisa dicegah.

Diabetes
an illness that occurs when the body lacks insulin, either because the pancreas does not produce any or only a very small amount, or because the cells in the body are resistant towards the insulin it produces – is preventable.

Penyakit Malarian
adalah salah satu penyakit yang sering menyerang masyarakat Aceh melalui infeksi darah oleh parasit plasmodium.

Malarian Ailment
is one of the common diseases that is found in Aceh. It is a blood infection caused by a parasite called plasmodium.

Tuberkulosis
biasanya ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit paruparu dan terdapat bakteria di dahak mereka.Dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, tidak enak badan, berkeringat tanpa ada kegiatan, demam lebih dari satu malam.

Tuberculosis
is usually transmitted from infectious people coughing. People are usually infectious when they have pulmonary disease and thus they have bacteria in their sputum.Sputum mixed with blood, bleeding cough, shortwinded and painful in breathing, weaken body, loss of appetite, loss of weight, nausea, sweating without any activities, fever overnights.

Sahrul Jam


clock-desktop.com

Jika Perasaannya Was2 Jangan Dimainkan Videonya By Sahrul Cau