Senin, 27 Juli 2009

MAKSUD DAN KEGIATAN-KEGIATAN PADA PROSES KEPERAWATAN


NO KOMPONEN DAN MAKSUD KEGIATAN

1. Pengkajian
- Untuk menyusun data dasar
· Mengumpulkan data
· Memeriksa data yg bertentangan
· Mengambil riwayat keperawatan
· Melakukan pemeriksaan fisik
· Meninjau catatan-catatan lab, dll
· Konsultasi dg anggota team kes lain
· Tinjauan literatur

2. Analisa (Diagnosa Keperawatan)
§ Validasi data
§ Koreksi dan kelompok
§ Interpretasi
§ Memberi nama kelompok data pernyataan diagnostic

3. Perencanaan
-Utk mengidentifikasi tujuan dan intervensi keperawatan yg sesuai
§ Menyusun prioritas
§ Menulis tujuan dan kriteria hasil
§ Memilih strategi keperawatan
§ Konsultasi dg tenaga kesehatan lain
§ Menulis rencana As.Kep

4. Implementasi
- Utk melaksanakan intervensi keperawatan yg direncanakan untuk membantu klien mencapai tujuan
Ø Pengkajian ulang klien
Ø Memperbaharui data dasar
Ø Meninjau & merevisi rencana asuhan
Ø Melaksanakan intervensi keperawatan yg telah di rencanakan

5. Evaluasi
- Untuk menentukan tingkat/ luasnya tujuan As.kep yg dicapai
Ø Mengumpulkan data tentang respon klien
Ø Bandingkan respon klien dg kriteria evaluasi
Ø Analisa alasan-alasan untuk hasil
Ø Modifikasi rencana asuhan

PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN UNTUK
PROSES KEPERAWATAN

KOMPONEN PENGETAHUNAN KEMAMPUAN
PENGKAJIAN
o System biopsikososial & spiritual
o Kebutuhan & perkembangn
o Sehat – sakit
o Patofisiologi
o System kel
o Kultur & nilai diri
> Observasi scr sistematis
> Komunikasi verbal dan non verbal
> Mendengar dg penuh perhatian
> Membangun kepercayaan
> Wawancara kesehatan
> Melaksanakan pengkajian fisik keperawatan

ANALISA (DIAGNOSA KEP)
· Masalah kes yg lazim
· Faktor penyebab masalah
· Tanda & karakteristik masalah
· Faktor resiko
· Standar ukuran normal
· Mekanisme penanganan individu
- Mengerti & mengevaluasi tanda
- Berfikir kritis
- Identifikasi pola
- Mengorganisasi & mengelompokan data
- Membuat kesimpulan
- Mengg. alasan deduktif dan induktif
- Membuat keputusan atau pertimbangan

PERENCANAAN
ü Kekuatan & kelemahan klienü Nilai & kepercayaan pd klien
ü Lingkup praktek keperawatn
ü Sumber-sumber yg sesuai utk strategi implementasi kep.
ü Peran tenaga As.kep lainnya
- Memecahkan masalah
- Mengambil keputusan
- Menulis tujuan
- Menulis kriteria hasil
- Memilih & membuat strategi keperawatan
- Menulis instruksi keperawatan
- Kerjasama klien & tenaga medis

IMPLEMENTASI
> Bahaya fisik & p’lindungan
> Asepsis
> Prosedur-prosedur
> Organisasi
> Pengelolaan belajar
> Teori perubahan
> Bimbingan
> Hak-hak pasien
Ø Observasi yg sistematis
Ø Komunikasi efektif
Ø Mempertahankan hubungan saling Bantu
Ø Melakukan teknik psikomotor
Ø Mengajarkan perawatan diri sendiri
Ø Melaksanakan asuhan
Ø Sebagai advocate
Ø Menasehati klien
Ø Supervise dan evaluasi
Ø Melaksanakn order medis



EVALUASI
- Tujuan ps kriteria hasil
- Respon terhadap intervensi
Ø Mendapatkan data yg relevan untuk membandingkan dg kriteria hasil
Ø Menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yg dicapai
Ø Menghubungkan tindakan kep dg kriteria hasil
Ø Kaji ulang rencana As.Kep

Askep ISPA

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT ( ISPA )
1. PENGERTIAN

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

2. JENIS – JENIS ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).

• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

3. TANDA – TANDA BAHAYA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis

• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.

• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.

• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

• hypoxemia,

• hypercapnia dan

• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing


4. PENATALAKSANAAN KASUS ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

 Upaya pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

 Pengobatan dan perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain :
• Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
• Meningkatkan makanan bergizi
• Bila demam beri kompres dan banyak minum
• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek

Pengobatan antara lain :

• Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
• Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.


DAFTAR PUSTAKA

• DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

• Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992

• Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien

• Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999


PENGKAJIAN :

I. IDENTITAS PASIEN

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Tanggal MRS :
Pengkajian :
Penanggung jawab :
Regester :
Diagnosa masuk :
Alamat :


II. RIWAYAT KESEHATAN

 Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan

 Riwayat penyakit sekarang
2 hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan
Dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

 Riwayat penyakit dahulu
Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang

 Riwayat penyakit keluarga
Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut

 Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya


III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :

 Pengkajian tanda – tanda vital dan kesadaran klien
 Inspeksi :

• Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
• Tonsil tanpak kemerahan dan edema
• Tampak batuk tidak produktif
• Tidak ada jaringna parut pada leher
• Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi


 Palpasi
• Adanya demam
• Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
• Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

 Perkusi
• Suara paru normal (resonance)

 Auskultasi
• Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru


IV. PEMERIKSAASN PENUNJANG

• Tanggal :
• HB :
• LED :
• Hematokrit :
• Trombosit :
• MCV :
• MCH :
• MCHC :
• Diff Count :
• Urien PH :
• Ureum :
• Kreatinin :
• SGOT :
• SGPT :
• Na :
• Kalium :
• Cl :
• AGD :
• PCO2 :
• Radiologi :
• ECG :





DIAGNOSA KEPERAWATAN :

I. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi

Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 5 ‘ C

INTERVENSI

1.Observasi tanda – tanda vital

2.Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) pada kepala / axial.


3.Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.

4.Atur sirkulasi udara.

5.Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.

6.Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit.
7.Kolaborasi dengan dokter :
• Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
• antipiretika

RASIONALISASI

1.Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.

2.Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara .

3.Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.

4.Penyedian udara bersih.

5.Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.

6.Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas.


7.Untuk mengontrol infeksi pernapasan
Menurunkan panas


II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia

Tujuan : * klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
* klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.




INTERVENSI

1.Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari

2.Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat

3.Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan ciptakan lingkungan beersih dan menyenamgkan.

4.Tingkatkan tirai baring.

5.Kolaborasi
• Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien

RASIONALI

1.Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.


2.Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total

3.Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.

4.Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic

5.Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.


III. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol





INTERVENSI

1.Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.

2.Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok. Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.

3.Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat

4.Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
• Steroid oral, iv, & inhalasi


• analgesik

RASIONAL

1.Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan.

2.Mengurangi bertambah beratnya penyakit.

3.Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.

4.Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran histamine dalam inflamadi pernapasan.

Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri



IV. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun)

Tujuan : * tidak terjadi penularan
* tidak terjadi komplikasi




INTERVENSI

1.Batasi pengunjung sesuai indikasi

2.Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas

3.Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera ketempat sampah

4.Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang

5.Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur

RASIONAL

1.Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.

2.Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.

3.Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan

4.Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi

5.Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas / atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi


Askep Kanker Hati

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
a. Tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
b. Sinonim dari hepatoma adalah carcinoma hepatoselluler.
c. Merupakan tomur ganas nomor 2 diseluruh dunia , diasia pasifik terutama Taiwan ,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tomur-tomur ganas lainnya.laki :wanita 4-6: 1.
d. Umur tergantung dari lokasi geografis. Terbanyak mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai anak-anak.

2. PATOFISIOLOGI
a. Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama / menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.
b. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
c. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
d. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.


3. PATOLOGI
a. Ada 3 type :
1. Type masif - tumor tunggal di lobus kanan.
2. Type Nodule - tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama.
3. Type difus - secara makroskpis sukar ditentukan daerah massa tumor.
b. Penyebarannya :
1. Intrahepatal.
2. Ekstrahepatal.

4. ETIOLOGI
a. Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C
b. Bahan-bahan Hepatokarsinogenik :
 Aflatoksin
 Alkohol
 Penggunaan steroid anabolic
 Penggunaan androgen yang berlebihan
 Bahan kontrasepsi oral
 Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium:
 Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein  500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium.
2. Radiologi :
 Ultrasonografi (USG), CT-Scan, Thorak foto, Arteriography.
3. Biopsi jaringan liver.




6. PENGOBATAN
Pengobatan tergantung dari saat diagnosa ditegakkan.
1. Fase dini
Dimana pembedahan adalah pilihan utama yaitu reseksi segmen atau lobus hati
2. Pemberian kemoterapi secara infus
3. Penyinaran .

7. PROGNOSA
Tumor ganas liver memiliki prognosa yang jelek dapat terjadi perdarahan dan akhirnya kematian. Dan proses ini berlangsung antara 5-6 bulan atau beberapa tahun


ASUHAN KEPERAWATAN
B. KONSEP DASAR
1. PENGKAJIAN
 GEJALA KLINIK
Fase dini : Asimtomatik.
Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan
1. Ascites
2. Ikterus
3. Hipoalbuminemia
4. Splenomegali, Spider nevi, Eritoma palmaris, Edema.
Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus kanker hati, meliputi :
1. Gangguan metabolisme
2. Perdarahan
3. Asites
4. Edema
5. Hipoproteinemia
6. Jaundice/icterus
7. Komplikasi endokrin
8. Aktivitas terganggu akibat pengobatan

II.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.tidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin di hati.

TUJUAN :

1. Mendemontrasikan BB stabil, penembahan BB progresif kearah tujuan dgn normalisasi nilai laboratorium dan batas tanda-tanda malnutrisi
2. Penanggulangan pemahaman pengaruh individual pd masukan adekuat .

INTERVENSI :
1. Pantau masukan makanan setiap hari, beri pasein buku harian tentang makanan sesuai indikasi
2. Dorong pasien utk makan deit tinggi kalori kaya protein dg masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makanan sering / lebih sedikit yg dibagi bagi selama sehari.
3. Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum / selama dan setelah pemberian agent antineoplastik yang sesuai .

RASIONAL :
1. Keefektifan penilaian diet individual dalam penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk menemukan solusi/kombinasi terbaik.
2. Kebutuhan jaringan metabolek ditingkatkan begitu juga cairan ( untuk menghilangkan produksi sisa ). Suplemen dapat memainkan peranan penting dlm mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
3. Mual/muntah paling menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan stess.

B. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites )

TUJUAN :
1. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi nyeri.
2. Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal pada AKS

INTERVENSI :
1. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10 ) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
3. kaji tingkat nyeri / kontrol nilai

RASIOANAL :
1. memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi misalnya : nyeri adalahindividual yang digabungkan baik respons fisik dan emesional
2. meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3. kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.


A. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan

TUJUAN :
1. dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh.

INTERVENSI :
1. dorong pasein untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, bangun dari kursi/ tempat tidur, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan.
2. pantau respon fisiologi terhadap aktivitas misalnya; perubahan pada TD/ frekuensi jantung / pernapasan.
3. beri oksigen sesuai indikasi

RASIONAL :
1. meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan pasein menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
2. teloransi sangat tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbnagan cairan dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
3. adanya hifoksia menurunkan kesediaan O2 untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan.

D. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema dan asites

TUJUAN :
1. Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
2. Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan penyembuhan

INTERVENSI :
1. Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau perlambatan penyembuhan .
2. Mandikan dengan air hangat dan sabun
3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari pada menggaruk.
4. Balikkan / ubah posisi dengan sering
5. Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak kecuali seijin dokter

RASIONAL :
1. Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi kering,ulserasi.
2. Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3. Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
4. Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan yang tidak perlu.
5. Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.



ASKEP PADA KLIEN DENGAN INFERTILITAS

I. Pengkajian

1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
A. Pada wanita
a) Riwayat kesehatan dahulu
o Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
o Riwayat infeksi genitourinaria
o Hypertiroidisme dan hypotiroid
o Infeksi bakteri dan virus, exs : toksoplasma
o Tumor hipofisis atau prolaktinoma
o Riwayat penyakit menular seksual
o Riwayat kista





b) Riwayat kesehatan sekarang
o Endometriasis dan endometritis
o Vaginismus (kejang pada otot vagina)
o Gangguan ovulasi
o Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan serviks
o Autoimun

c) Riwayat kesehatan keluarga
o Memiliki riwayat saudara / keluarga dengan aberasi genetik

d) Riwayat obstetric
o Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
o Mengalami aborsi berulang
o Sudah pernah melahirkan tetapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

B. Pada pria
a) Riwayat kesehatan dahulu
o Riwayat terpajan benda – benda yang membahayakan reproduksi (panas, radarasi, rokok, narkkotik, alkohol, infeksi)
o Status gizi dan nutrisi terutama protein dan vitamin tertentu
o Riwayat infeksi genitourianaria
o Hipertiroidisme dan hipotiroid
o Tumor hipofisis atau prolaktinoma
o Trauma, kecelakaan sehingga testis rusak
o Konsumsi obat – obatan yang mengganggu spermatogenesis
o Pernah mengalami operasi yang berefek mengganggu organ reproduksi, exs : operasi prostat, operasi tumor saluaran kemih
o Riwayat vasektomi


b) Riwayat kesehatan sekarang
o Disfungsi ereksi berat
o Ejakulasi retrograt
o Hypospadia / epispadia
o Mikropenis
o Andesensus testis (testis masuk dalam perut / lipatan paha)
o Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk, dan mortilitas sperma)
o Saluran sperma yang tersumbat
o Hernia scrotalis
o Varikhokel (varises pembuluh darah balik testis)
o Abnormalitas cairan semen

c) Riwayat kesehatan keluarga
o Memiliki riwayat saudara / keluarga dengan aberasi genetik

II. Pemerikasaan fisik
berbagai kelainan pada organ genital, pria atau wanita

III. Pemeriksaan penunjang
A. Pada wanita
a) Deteksi ovulasi
o Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature)
o Uji lender serviks metode berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan serviks ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma

b) Analisa hormone
o Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hyphotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi

c) Sitologi vagina
o Pemeriksaan usao forniks vagina untuk mengetahui keadaan epitel vagina

d) Uji pasca senggama
o Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6 jam pasca coital)

e) Histerosalpinografi
o Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebalikanya dilakukan 2 – 3 hari sebelum haid

f) Laparoskopi
o Standar untuk mengetahui kelainan tuba dan peritonium
g) Pemeriksaan pelvis ultrasound
o Untuk memvisualisasikan jaringan pelvis, misalnya untuk mengidentifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri

B. Pada pria
a) Analisa semen
b) Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hypotalamus, hipofisis. Jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuan untuk menilai kadar hormone testosteron
c) USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminaris, atau saluaran ejakulasi
d) Biopsy testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sempel jaringan testis memakai metode invasive untuk mengidentifikasi adanya kelainan patolaogi
e) Uji penetrasi sperma
f) Uji hemizona

IV. Diagnosa dan intervensi keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
TUJUAN : Mengurangi ansietas / rasa takut

INTERVENSI
RASIONAL

Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah. Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi yang normal Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah
Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat startegi koping adekuat

Kriteria evalausi :
 Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
 Klien memperlihatkan adanya peningkatan control diri terhadap diagnose infertile
 Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
 Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
 Mengidentifikasi aspek positif diri

2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
TUJUAN : Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran
Diri

INTERVENSI
RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil
Menunjukan keopan santunan / penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya
Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien

Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan maslah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif

Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya Membantupasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup

Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi
Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau kemudian

3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
TUJUAN : Memfasilitasi proses berduka

INTERVENSI
RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realitas kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaan

Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : penyangkalan, marah, tawar – menawar, depresi, penerimaan Kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu induvidu menghadapi rasa berduka dalam berbagai cara yang berbeda

Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan yang lain

Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon – respon fisik, misalnya makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek – aspek fisik dari rasa berduka
Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk Identifikasi dari masalah – masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi induvidual

Kolaborasi : rujuk sumber – sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi sesuai petunjuk Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa berduka, membuat rencana, dan menghadapi masa depan

Kriteria evaluasi, pasien akan:
 Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa depan
 Fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan

4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
TUJUAN : nyeri dapat teratasi

INTERVENSI

RASIONAL
Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Perhatikan tanda nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap karakteristik nyeri
Memberikan kesemapatn untuk pemberian analgesik sesuai waktu
Berikan tindakan relaksasi, contoh pijatan, lingkungan istirahat
Menurunkan tegangan otot dan meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas efektif, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik
Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot

5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang control terhadap prognosis

TUJUAN : mengembalikan kemandirian pasien

INTERVENSI

RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat kekeurangan untuk melaukan kebutuhan sehari – hari Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara induvidual

Hindari melaukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan Pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermamfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri

Sadari prilaku / aktivitas impulsive karena gangguan dalam mengambil keputusan
Dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatakan keamanan pasien

Pertahan kan dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten

Kriteria evalausi :
 Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawtan diri
 Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
 Mengidentifikasi sumber pribadi / komunitas memberikan bantuan sesuai kebutuhan


6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas

TUJUAN : Mendorong kemampuan koping yang efektif dari pasien / keluarga

INTERVENSI

RASIONAL
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseoarang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari – hari
Bantu klien untuk mengidentifikasi sterssor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimal dalam rencana pengobatan Keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti “ apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”
Focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang apa yang di inginkan
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, dibanding membatalkan tujuan dari / keluarga.
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya

Kriteria evalausi :
 Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi
 Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan masalah
 Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber – sumber
 Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang diambil.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : EGC
Lion, Elizabeth M. 1982.Human sexuality in Nursing Prosess.New York ; Wiley medical

ASKEP PADA BAYI DENGAN RDS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS

I.DEFINISI
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue lebih 60 x/mnt, retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark 1986).

II.PATOFISIOLOGI
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid 75% dan protein 10%. Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun metabolisme anerobik dengan penimbunan asam
laktat asam organic asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris transudasi kedalam
alveoli terbentuk fibrinfibrin dan jaringan epitel yang nekrotik krlapisan
membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.

GAMBARAN KLINIS
RDS mungkin terjadi pada bayi premature dengan berat badan 1000
Tanda-tanda gangguan pernafasan berupa :
-Dispnue/hipernue.
-Sianosis.
-Retraksi suprasternal / epigastrik / intercostals Grunting expirasi
Didapatkan gejala lain seperti :
-Bradikardi.
-Hipotensi.
-Kardiomegali
-Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki
-Hipotermi
-Tonus otot yang menurun
Gambaran radiology : bercak-bercak difus berupa infiltrate retikulogranular disertai dengan air bronkogram.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inefektif pola nafas b.d adanya penumpukan lendir pada jalan nafas.
2. Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi keotak
3. Defisit volume cairan b.d meningkatnya metabolisme
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat
5. Resiko terjadinya infeksi pada tali pusat b.d invasi kuman patogen kedalam
tubuh
6. Kecemasan ortu b.d kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi.

Diagnosa Keperawatan
1. Inefektif pola nafas b.d akumulasi secret.

TUJUAN
Pola nafas efektif Kriteria hasil :
-RR 30-60 x/mnt
-Sianosis tidak ada
-Sesak tidak ada
-Ronchi tidak ada
-Whezing tidak ada

PERENCANAAN
-Observasi pola nafas
-Observasi frekuensi bunyi nafas
-Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
-Observasi adanya sianoIsis.
-Lakukan suction.
-Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
-Beri O2 sesuai program.
-Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
-Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
-Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.

INTERVENSI KEPERAWATAN
-Mengobservasi pola nafas
-Mengbservasi frekuensi bunyi nafas
-Menempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
-Mengobservasi adanya sianosis.
-MeLakukan suction.
-MeMonitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
-Menberi O2 sesuai program.
-MengAtur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
-MengObservasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya

2. Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi ke otak.

TUJUAN
Gangguan perfusi jaringan teratasi Kriteria hasil :
-RR 30-60 x/mnt.
-Nadi 120-140 x/mnt.
-Suhu 36,5-37 C
-Sianosis tidak ada
-Ekstremitas hangat


PERENCANAAN
-Observasi frekwensi dan bunyi jantung.
-Observasi adanya sianosis.
-Beri oksigen sesuai kebutuhan
-Kaji kesadaran bayi
-Observasi TTV
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.

-MengObservasi frekwensi dan bunyi jantung.
-MengObservasi adanya sianosis.
-MengBeri oksigen sesuai kebutuhan
-MengKaji kesadaran bayi
-MengObservasi TTV
-MengKolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.

3.Resiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake yang tidak adekuat.

TUJUAN
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
-Tidak terjadi penurunan BB lebih 15 %.
-Muntah tidak ada
-Bayi dapat minum dengan baik

PERENCANAAN
-Observasi intake dan output.
-Observasi reflek menghisap dan menelan bayi.
-Kaji adanya sianosis pada saat bayi minum.
-Pasang NGT bila diperlukan
-Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi.
-Timbang BB tiap hari.
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
-Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit bayi

4. Kecemasan Ortu b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya.
TUJUAN
Kecemasan berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
-Orang tua mengerti tujuan yang dilakukan dalam pengobatan therapy.
-Orang tua tampak tenang.
-Orang tua berpartisipasi dalam pengobatan.

PERENCANAAN
-Jelaskan tentang kondisi bayi.
-Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan penjelasan tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyakit yang diderita bayi.
-Libatkan orang tua dalam perawatan bayi.
-Berikan support mental.
-Berikan reinforcement atas pengertian orang tua.

5. Resiko infeksi tali pusat b.d invasi kuman patogen.
TUJUAN
-Infeksi tali pusat tidak terjadi.
-Kriteria hasil :
-Suhu 36-37 C
-Tali pusat kering dan tidak berbau.
-Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat.

PERENCANAAN
-Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic pada saat memotong tali pusat.
-Jaga kebersihan daerah tali pusat dan sekitarnya.
-Mandikan bayi dengan air bersih dan hangat.
-Observasi adanya perdarahan pada tali pusat.
-Cuci tali pusat dengan sabun dan segera keringkan bila tali pusat kotor atau terkena feses.
-Observasi suhu bayi.

6. Devisit volume cairan b.d metabolisme yang meningkat.
TUJUAN
Volume cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
-Suhu 36-37 C
-Nadi 120-140 x/mnt
-Turgor kulit baik.

PERENCANAAN
-Observasi suhu dan nadi.
-Berikan cairan sesuai kebutuhan.
-Observasi tetesan infus.
-Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi atau overhidrasi.
-Kolaborasi pemberian therapy.

ASKEP HERNIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HERNIA

PENGERTIAN
Keluarnya isi rongga tubuh atau abdomen lewat suatu celah pada dinding yang mengelilinginya
TIPE HERNIA
-Hernia Redusible :
Jaringan yang keluar mudah dikembalikan kedalam rongga abdomen.
-Hernia Iredusible :
Jaringan yang keluar tidak mudah dikembalikan kedalam rongga abdomen karena adanya plengketan pada kantong tsb.
-Hernia Stranggulata :
Leher kantong sebagai torniquet menyumbat aliran darah shg lumen usus dan usus menjadi kematian jaringan beberapa jam.

MACAM HERNIA
-H. Diafragmatika
-H. Inguinalis/Scrotalis
-H. Femoralis
-H. Umbilikalis
-H. Insisional
-H. Epigastrika

ETIOLOGI
-Kongenital
-Kegemukan
-Kehamilan
-Batuk kronis
-Mengangkat benda berat

PATOFISIOLOGI
-Defek dinding otot mungkin kongenital karena kelemahan jaringan atau ruang luas pada ligamen inguinal atau karena trauma.
-Tekanan intraabdominal meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan, mengangkat berat, batuk dan cedera traumatik tekanan tumpul.
-Bila kedua faktor ini bersama dengan kelemahan otot, maka mengalami hernia.

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
-Pemberian penyokong atau bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk.
-Insisi untuk membuang kantung hernia dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Pada insufisiensi massa otot digunakan graft mata jala tembaga (steel mesh) utk menguatkan area herniasi.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri (saat mengejan) bd kondisi hernia atau intervensi pembedahan
Tujuan :
Nyeri menurun dalam 1 jam intervensi, ditandai penururunan skala nyeri, tidak meringis.

Intervensi Keperawatan :
-Kaji dan catat keadaa nyeri ; jenis, lokasi, durasi, pencetus, yang menurunkan nyeri.
-Beri tahu untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat berat. Anjurkan menekan insisi dengan tangan atau bantal selama batuk.
-Ajarkan tentang pemasangan penyokong skrotal tau kompres es untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
-Gunakan tindakan distraksi, interaksi verbal, gosokan punggung dan latihan relaksasi.
-Berikan analgesik sesuai program.

2. Retensi kemih bd nyeri, trauma dan penggunaan anestesi selama pembedahan abdomen bawah.
Tujuan :
Pasien berkemih tanpa kesulitan, ditandai haluaran 100 ml setiap berkemih dan 1000-1500 ml lebih dalam 24 jam.

Intervensi Keperawatan :
-Kaji dan catat distensi suprapubik atau tidak bisa berkemih
-Pntau haluaran urine.
-Permudah berkemih dengan posisi.

3. Kurang pengetahuan ; komplikasi GI bd adanya hernia dan tindakan untuk mencegah kekambuhan.
Tujuan :
-Pengetahuan meningkat, ditandai pasien mengungkapkan tanda dan gejala komplikasi GI.

Intervensi Keperawatan :
-Ajarkan untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, mual dan muntah, demam, distensi abdomen yang memperberat serangan inkarserata atau strangulasi usus.
-Anjurkan diet atau suplemen tinggi serat dan masukkan cairan 2-3 liter perhari.
-Ajarkan mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.





PEMERINTAH DIMINTA PRODUKSI VAKSIN MENINGITIS

Majelis Ulama Indonesia (MUI ) mendorong pemerintah untuk dapat membuat vaksin Maningitis sendiri. Hal ini dilakukan agar musim haji tahun depan jemaah haji Indonesia tidak lagi menggunakan vaksin yang bercampur enzim babi.

"Kita sudah mendorong pemerintah," ujar Ketua Majelis Fatwa MUI KH Ma'ruf Amin saat berbincang dengan okezone melalui telepon, Jumat (24/7/2009).

Mengenai masih digunakannya vaksin maningitis yang jelas-jelas mengandung unsur babi bagi jamaah haji tahun ini, Ma'ruf mengaku menyerahkan semuanya kepada yang maha kuasa.

"Soal diterima atau tidak itu urusan allah, karena enzim babi memang haram," imbuhnya.

Sebelumnya, MUI memperbolehkan vaksin meningitis digunakan oleh jamaah haji dan umrah dengan catatan mereka adalah jamaah haji wajib, yang baru pertama kali melakukan haji. Bagi yang tidak, terpaksa harus menunda perjalanan hajinya.(ded)

K. Yudha Wirakusuma - Okezone

TIPS CARA MEMPERBESAR PENIS

Artikel ini saya ambil dari postingan blogdokter dan mungkin bermanfaat...

Sering kita baca di majalah atau koran iklan yang katanya mampu untuk memperbesar alat kelamin pria. Dengan tanpa operasi mereka bisa membuat burung anda beberapa kali lipat lebih besar dari sebelumnya. Maestro di bidang ini pun bermunculan, salah satu yang paling terkenal adalah alm. Mak Erot.

Memang di kalangan pria ada anggapan bahwa mereka belum menjadi seorang pria bila burungnya kecil. Kejantanan seorang pria diukur salah satunya dari panjang dan besarnya penis. Para laki laki juga menganggap bahwa perempuan tidak menyukai laki laki yang burungnya kecil. Oleh karena itu mereka berusaha untuk melakukan segala upaya agar alat kejantannya besar dan panjang.

Sayangnya tidak sedikit yang kemudian menyesal akibat kesalahan memilih metode memperbesar penis. Bukannya tambah berkicau, sang burung malah ogah untuk bangun. Yang lebih parah lagi, burungnya tidak hanya ogah berdiri tetapi harus diamputasi akibat dari kerusakan yang susah diperbaiki.

Berikut beberapa tips yang bisa anda pegang sebelum memutuskan untuk memperbesar burung anda :

Pilihlah metode yang tidak menganggu kehidupan seksual anda. Anda bisa saja mendapatkan burung yang besar sekali tapi tidak akan ada gunanya bila pasangan anda ketakutan melihat burung itu dan kehidupan seksual anda menjadi terganggu. Tanamkan dalam diri anda bahwa upaya anda memperbesar alat kelamin memang bertujuan untuk melakukan hubungan seksual dan bukan untuk sekedar dipamerkan.

Hati hati terhadap penipuan yang marak terjadi belakangan ini. Pilihlah metode yang hasilnya sesuai dengan duit yang anda keluarkan. Tidak ada salahnya anda mendengarkan testimoni teman teman anda terkait dengan metode yang mau anda pilih. Ingat bahwa metode pembesaran penis memerlukan biaya yang besar sehingga anda harus bijak menentukannya.

Pilihlah metode yang lebih banyak melatih otot otot penis bila dibandingkan dengan metode instan dengan memasang alat pada penis atau dengan obat obatan. Ingat membesarkan penis butuh waktu dan hal ini sangat menuntut kesabaran anda.

Bergabunglah dengan forum forum yang memiliki interes yang sama dengan anda sehingga anda bisa membaca testimoni atau pengalaman dari mereka yang sudah mencoba beberapa metode.

Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jagalah kesehatan penis anda dengan cara menjaga kebersihannya sehingga walaupun nantinya anda gagal melakukan pembesaran penis tetapi anda masih memiliki penis yang sehat.





Tips Mengatasi Susah Tidur

Insomnia dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang mana seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau tidak dapat tidur dengan nyenyak. Rata rata setiap orang pernah mengalami insomnia sekali dalam hidupnya. Bahkan ada yang lebih ekstrim menyebutkan 30 – 50% populasi mengalami insomnia.

Insomnia dapat menyerang semua golongan usia. Meskipun demikian, angka kejadian insomnia akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini mungkin disebabkan oleh stress yang sering menghinggapi orang yang berusia lebih tua. Disamping itu, perempuan dikatakan lebih sering menderita insomnia bila dibandingkan laki laki.

Berikut beberapa tips yang bisa anda lakukan untuk mengurangi serangan insomnia.

1. Berolah raga teratur. Beberapa penelitian menyebutkan berolah raga yang teratur dapat membantu orang yang mengalami masalah dengan tidur. Olah raga sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan bukan beberapa menit menjelang tidur. Dengan berolah raga, kesehatan anda menjadi lebih optimal sehingga tubuh dapat melawan stress yang muncul dengan lebih baik.
2. Hindari makan dan minum terlalu banyak menjelang tidur. Makanan yang terlalu banyak akan menyebabkan perut menjadi tidak nyaman, sementara minum yang terlalu banyak akan menyebabkan anda sering ke belakang untuk buang air kecil. Sudah tentu kedua keadaan ini akan menganggu kenyenyakan tidur anda.
3. Tidurlah dalam lingkungan yang nyaman. Saat tidur, matikan lampu, matikan hal hal yang menimbulan suara, pastikan anda nyaman dengan suhu ruangan tidur anda. Jauhkan jam meja dari pandangan anda karena benda itu dapat membuat anda cemas karena belum dapat terlelap sementara jarum jam kian larut.
4. Kurangi mengkonsumsi minuman yang bersifat stimulan atau yang membuat anda terjaga seperti teh, kopi. alkohol dan rokok. Minuman ini akan menyebabkan anda terjaga yang tentu saja tidak anda perlukan bila anda ingin tidur.
5. Makananlah makanan ringan yang mengandung sedikit karbohidrat menjelang tidur, bila tersedia, tambahkan dengan segelas susu hangat.
6. Mandilah dengan air hangat 30 menit atau sejam sebelum tidur. Mandi air hangat akan menyebabkan efek sedasi atau merangsang tidur. Selain itu, mandi air hangat juga mengurangi ketengangan tubuh.
7. Hentikan menonton TV, membaca buku, setidaknya sejam sebelum tidur.
8. Gunakanlah tempat tidur anda khusus untuk tidur. Hal ini akan membantu tubuh anda menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tidur. Saat anda berbaring di tempat tidur, maka akan timbul rangsangan untuk tidur.
9. Lakukan aktivitas relaksasi secara rutin. Mendengarkan musik, melatih pernafasan, meditasi dan lain lain akan membantu memperlambat proses yang terjadi dalam tubuh sehingga tubuh anda menjadi lebih santai. Keadaan ini akan mempemudah anda untuk tidur.
10. Jernihkan pikiran anda. Enyahkan segala kekhawatiran yang menghinggapi pikiran anda. Salah satu cara untuk ini adalah menuliskan semua pikiran anda lewat media blog.
11. Tidur dan bangunlah dalam periode waktu yang teratur setiap hari. Waktu tidur yang kacau akan mengacaukan waktu tidur anda selanjutnya.

Demikianlah tips mengurangi masalah tidur anda. Selalulah ingat bahwa tidur merupakan kebutuhan pokok tubuh untuk pertumbuhan dan memperbaiki fungsi organ yang terganggu. Insomnia bukan merupakan penyakit bawaan dan dengan demikian tentu akan mudah disembuhkan.

Jika dengan langkah diatas anda masih merasa gagal mengatasi masalah tidur, segeralah berkonsultasi ke dokter untuk mencari jalan keluar.

Sumber:
http://www.blogdokter.net/2008/07/23/tips-mengatasi-susah-tidur-insomnia

FLU BABI


Flu babi (swine flu) merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini sebenarnya jamak menyerang ternak babi, namun kini telah mengalami perubahan yang drastis dan mampu untuk menginfeksi manusia. Gejala yang timbul pada manusia pun mirip dengan apa yang terjadi pada babi.

Flu babi pertama kali diisolasi dari seekor babi yang terinfeksi pada tahun 1930 di Amerika Serikat. Pada perkembangannya, penyakit ini dapat berpindah ke manusia terutama menyerang mereka yang kontak dekat dengan babi. Lama tidak terdengar lagi kabarnya ternyata virus ini mengalami serangkaian mutasi sehingga muncul varian baru yang pertama kali menyerang manusia di Meksiko pada awal tahun 2009. Varian baru ini dikenal dengan nama virus H1N1 yang merupakan singkatan dari dua antigen utama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1.

Apa saja gejala flu babi?

Gejala utama flu babi mirip dengan gejala influenza pada umumnya seperti : demam, batuk, pilek, letih dan sakit kepala. Beberapa pasien dapat mengalami mual, muntah dan diare.

Penyakit ini dapat jatuh ke arah yang lebih buruk sehingga pasien mengalami kesulitan untuk bernafas dan memerlukan alat bantu nafas (ventilator). Bila ada bakteri yang ikut ikutan menginfeksi paru paru maka pasien dapat mengalami radang paru paru atau pneumonia. Beberapa diantaranya dapat mengalami gejala kejang kejang. Kematian umumnya terjadi karena adanya infeksi sekunder bakteri pada paru paru sehingga diperlukan antibiotika yang pas untuk mengatasi infeksi tersebut.

Bagaimana mendiagnosa flu babi?

Diagnosa flu babi ditegakan berdasarkan gejala klinis pasien dan riwayat kontak dengan mereka meraka yang memiliki gejala seperti diatas. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lendir atau dahak yang berasal dari tenggorokan pasien. Pemeriksaan ini gunanya untuk membedakan apakah virus yang menginfeksi penderita tersebut termasuk virus tipe A atau B. Bila ternyata hasilnya adalah virus tipe B maka dapat dipastikan bahwa pasien tersebut bukan terinfeksi flu babi. Namun bila ternyata hasilnya adalah virus tipe A maka ada kemungkinan penderita tersebut menderita flu babi atau terinfeksi virus H1N1. Sampel ini selanjutnya dikirim ke laboratorium yang lebih lengkap untuk memastikan adanya antigen virus flu babi sehingga diagnosa flu babi dapat ditegakan dengan pasti.

Seberapa lama masa penularan virus flu babi?

Orang yang menderita flu babi A (H1N1) menurut para ahli akan tetap menularkan penyakitnya sampai hari ketujuh. Jika sampai hari ketujuh ternyata penyakitnya belum membaik maka dianggap orang tersebut masih dapat menularkan penyakitnya sampai gejala flu benar benar hilang. Anak anak khususnya balita memiliki potensi waktu penularan yang lebih panjang.

Periode penularan penyakit flu babi masih terggantung lagi pada jenis atau strain dari virus H1N1. Jika pasien di rawat di rumah maka dianjurkan untuk tidak keluar rumah dahulu sampai penyakit yang diderita benar benar sembuh kecuali yang bersangkutan segera ke dokter atau ke rumah sakit.

Bagaimana mengobati flu babi?

Meskipun telah lama ditemukan vaksin untuk mencegah penularan virus influenza, namun vaksin untuk virus flu babi (H1N1) sampai saat ini belum ada. Saat ini beberapa laboratorium pemerintah yang dibiayai oleh WHO sedang mengembangkan penelitian untuk menemukan vaksin virus flu babi.

Dua obat anti virus yang dipercaya mampu mencegah bertambah parahnya flu babi adalah zanamivir (Relenza) dan oseltamivir (Tamiflu). Penggunaan obat ini tidak boleh sembarangan karena ditakutkan akan terjadi resistensi virus terhadap kedua obat tersebut. Obat ini juga tidak direkomendasikan untuk gejala flu yang telah muncul lebih dari 48 jam. Pada keadaan yang berat, pasien mungkin membutuhkan penanganan intensif lebih lanjut di rumah sakit.

Bagaimana cara mencegah penularan flu babi?

Cara paling ampuh untuk mencegah penularan virus flu babi pada prinsipnya sama dengan cara mencegah penularan virus influenza yang lain yaitu vaksinasi. Sayangnya vaksin untuk flu babi sampai saat ini belum ditemukan.

Cara lain untuk mencegah penularan virus ini adalah dengan meminimalisir kontak dengan virus seperti mencuci tangan sesering mungkin, jangan menyentuh wajah anda terutama hidung dan mulut serta menghindari kontak dekat dengan orang yang sedang menderita flu.

Pencegahan penularan juga bisa dilakukan oleh mereka yang telah terinfeksi dengan cara : menghindari keramaian dan selalu tinggal di rumah. Jangan bekerja dan bersekolah dahulu sampai keadaan membaik. Hindari bersin, batuk dan berbicara terlalu dekat dengan orang lain.

Sumber:
http://www.blogdokter.net/2009/06/27/flu-babi-swine-flu/

UPAYA KESEHATAN REMAJA DI PUSKESMAS

A. Tujuan

1. Umum
Meningkatnya kemampuan hidup remaja guna membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan peran aktifnya dalam pembangunan nasional.

2. Khusus.
a. Meningkatnya kemampuan anak untuk menolong dirinya sendiri melalui :
1. Penajaman kepekaan terhadap masalah kesehatan pada dirinya, keluargamya dan lingkungannya.
2. Peningkatan kemampuan berpikir yang berorientasi kepada pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
3. Peningkatan kemampuan untuk mengendalikan diri, sehingga mampu mengatur dirinya untuk berperilaku hidup sehat.

b. Meningkatkan kemampuan anggota keluarga, khususnya ibu, dalam melaksanakan pengasuhan yang mendorong terbentuknya perilaku hidup sehat dari remaja keluarga tersebut.

B. sasaran
Sasaran pembinaan anak remaja dibagi menjadi :
1. Sasaran langsung.
a. Remaja.
b. Orang tua dari anak remaja.
2. Sasaran penunjang
a. Unsur diluar lingkungan keluarga yang mempunyai nilai strategik dalam upaya pembinaan anak remaja, diantaranya guru, kader pembangunan bidang kesehatan, pemuka masyarakat dan tokoh agama, pembina organisasi pemuda.
b. Kelompok khusus dimasyarakat yang tergabung didalam Lembaga Swadaya Masyarakat.

C. Kebijakan Operasional

Pembinaan kesehatan remaja didasarkan atas kebijaksanaan operasional berikut ini :
1. pembinaan diselenggarakan dengan paket program yang disesuaikan dengan kebutuhan tahapan proses tumbuh kembangnya.
2. Pembinaan peran serta ibu dan unsur potensial diluar lingkungan keluarga melalui Komunikasi Informasi dan Motivasi ( KIM ) maupun pendekatan edukatif dalam rangka kelola dan alih tehnologi.
3. Untuk mencapai sasaran upaya pembinaan kesehatan remaja dikembangkan empat daerah tangkapan ( Catchment areas) :
a. Dirumah.
b. Disekolah atau institusi pendidikan formal dan diinstitusi pendidikan non formal.
c. Dimasyarakat, melalui kelompok khusus seperti paguyuban sepuluh keluarga, organisasi wanita, organisasi pemuda, serta bentuk lain lembaga swadaya masyarakat.
d. Disasaran pelayanan kesehatan profesional.
4. Mutu penyelenggaraan upaya pembinaan kesehatan remaja secara bertahap dikembangkan melalui pembinaan dan pengembangan teknologitepat guna.

D. Strategi.

Strategi yang dilakukan dalam pembinaan kesehatan remaja adalah sebagai berikut :
1. meningkatkan kemampuan setiap Puskesmas dalam pembinaan ketrampilan kesehatan remaja dengan menggunakan berbagai jalur, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat serta organisasi remaja seperti OSIS, Karang Taruna, Pramuka, Palang Merah Remaja dan lain sebagainya.
2. Menyelenggarakan pertolongan dan pengayoman bagi remaja terhadap gangguan kesehatan spesifik antara lain gangguan kesehatan fisik, gangguan kesehatan reproduksi, gangguan kesehatan mental dan penyalahgunaan obat/ zat adiktif
3. Meningkatkan peran serta aktif remaja untuk memecahkan masalah kesehatan diri dan lingkungannya.
4. Melaksanakan fungsi rujukan dalam menanggulangi masalah kesehatan remaja mulai dari tingkat keluarga, kelompok perpuluhan ( masyarakat ), kader, puskesmas, Rumah sakit.

Sesuai strategi yang ditentukan tersebut, langkah dalam pembinaan kesehatan remaja adalah :
1. Mengupayakan dukungan politis baik pemerintah maupun dari instansi terkait dengan pembinaan kesehatan remaja mulai dari tingkat Kecamatan sampai ke pedesaan.
2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja bagi para pengelola program, petugas pelayanan, masyarakat umum dan remaja pada khususnya.
3. Menciptakan standarisasi pelayanan kesehatan remaja mulai dari tingkat Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar yang ditunjang Rumah sakit sebagai tempat rujukannya.
4. Menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai disiplin ilmu didalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan remaja.
5. Meningkatkan peran serta generasi muda, keluarga dan masyarakat dalam berbagai kegiatan yang menunjang upaya pembinaan kesehatan remaja.

E. Kegiatan.

1. Dukungan Politis.
Dukungan politis ini diperlukan agar supaya pembinaan kesehatan remaja dapat dilaksanakan secara berkesinambungan mulai dari tingkat pusat sampai kedaerah serta terkordinasi dengan baik antara berbagai instansi pemerintah atau swasta yang melaksanakan pembinaan remaja.
Perlu pula diterbitkannya peraturan-peraturan yang diperlukan yang menunjang pelaksanaan kegiatan berbagai disiplin yang didukung oleh semua pihak seperti halnya upaya pemerintah yang dituangkan dalam Surat KeputusanMenteri dalam Negeri No. 27 tahun 1983 yang ditujukan kepada para pejabat Pemerintah di daerah yang menganjurkan agar perkawinan dapat dilaksanakan pada usia sedikitnya 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria.

2. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan ketrampilan dilaksanakan kegiatan :
a. Komunikasi, Informasi dan Edukasi ( KIE)
Kegiatan ini diarahkan kepada para petugas kesehatan maupun masyakarakat umum termasuk para remaja dan bertujuan untuk memberikan informasi yang benar tentang masalah kesehatan remaja dari berbagai aspek, baik medis maupun non medis yang terkait dengan kesehatan.

Aspek medis meliputi penyuluhan tentang :
- Penyakit / gangguan kesehatan fisik secara umum dan khusus seperti masalah kesehatan reproduksi, penyakit karena hubungan seksual, akibat penggunaan obat/zat adiktif.
- Masalah kesegaran/kebugaran jasmani beserta faktor-faktor yang mempengaruhi.
- Masalah kesehatan jiwa remaja serta faktor-faktor yang mungkin timbul akibat perkembangan jiwa remaja.

Aspek non medis meliputi penyuluhan tentang :
- Masalah psikososial seperti masalah penyalahgunaan seks, kenakalan/perkelahian antar remaja.
- Masalah agama sebagai salah satu upaya pencegahan terjadinya kelainan kesehatan remaja dan mengembangkan minat, bakat serta kreativitas remaja/ generasi muda dalam bidang agama.

Informasi ataupun penyuluhan ini dapat diberikan baik secara perorangan maupun kelompok/organisasi dengan memanfaatkan semua media komunikasi yang ada antara lain media cetak, media elektonika, penunjukan tradisional dan lain sebagainya.

b. Pendidikan dan latihan.

Kegiatan ini dilaksanakan secara berkesinambungan agar tenaga profesional semakin terampil dan dapat meningkatkan mutu pelayanan, kegiatan ini ditujukan pula pada masyarakat, keluarga dan kepada remaja itu sendiri agar mereka dapat mencegah masalah kesehatan dan lingkungan secara mandiri.

3. Pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan bagi remaja dapat dilaksanakan dalam beberapa jenis antara lain :
- Konseling ramaja.
- Pelayanan kesehatan yang meliputi upaya pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi.
- Rujukan yang berjenjang.

Pelayanan konseling bagi remaja diperl;ukan karena remaja dapat diberi kesempatan untuk mengungkapkan masalah secara terbuka yang akan mengarah pada tindakan pengobatan yang tepat. Dalam kegiatan ini diperlukan persyaratan yang tertentu antara lain ;

- Petugas dapat dipercaya oleh remaja menganai kerahasian.
- Petugas cukup berwibawa.
- Adanya suatu “ privacy”

Pelayanan kesehatan bagi remaja dapat dilaksanakan dipuskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar yang mencakup upaya peningkatan pencegahan, pengobatan dan pemulihan yang dilaksanakan secara terpadu dan ditunjang dengan pelayanan di Rumah Sakit sebagai tempat rujukan. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan bagi remaja merupakan suatu standar pelayanan kesehatan dasar disetiap Puskesmas.

Pelayanan di Rumah sakit meliputi pelayanan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayan tersebut dilaksanakan dengan melakukan pendekatan secara holistik dan juga mencakup keluarga dan masyarakat sehingga dapat dicapai taraf kesehatan remaja yang optimal.

4. Kerja Sama Lintas Sektoral.

Telah diketahui bahwa pembinaan kesehatan remaja ini telah banyak diselenggarakan oleh berbagai instansi sesuai dengan bidang masing-masing. Kemajuan upaya pembinaan kesehatan remaja dipengaruhi pula oleh kemajuan upaya pembinaan yang dilaksanakan sektor lain. Oleh karena itu yang menyelenggarakan pembinaan kesehatan remaja merupakan hal mutlak diperlukan dan harus diatur dengan sebaik-baiknya . Kegiatan ini dapat dicapai dengan berbagai cara antara lain menyelengarakan pertemuan berkala antara semua sektor baik dilingkungan kesehatan yang mempunyai program pembinaan remaja dengan tujuan agar dapat terjadi suatu kerjasama yang terpadu dan dapat mencapai hasil yang optimal.

5. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat memainkan peranan penting untuk keberhasilan pelbagai upaya pembangunan kesehatan. Salahsatu tuijuan pembangunan kesehatan telah ditegaskan dalam sistem kesehatan nasional yaitu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat setiap penduduk.

Peran serta masyarakat termasuk swasta mempunyai peranan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang dapat dicerminkan dalam beberapa bentuk :
- Ikut seta dalam penelaahan masalah.
- Ikut serta dalam menyusun perencanaan pelaksanaan.
- Turut serta menjalankan perilaku hidup sehat.

Berdasarkan hal ini peran pemerintah dimasa yang akan datang menjadi berkurang dalam hal pelayanan kesehatan. Apabila masyarakat khususnya dalam kegiatan pembinaan kesehatan remaja telah mempunyai bekal pengetahuan yang minimal mengenai permasalahan, penanggulangan masalah kesehatan remaja, diharapkan bahwa nantinya akan terbentuk kelompok masyarakat yang akan menangani sendiri masalah kesehatan remaja sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat.

6. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dalam pelaksanaan program pembinaan kesehatan remaja perlu dilaksanakan dalam rangka penyesuaian program dengan perkembangan situasi remaja yang sangat dinamis.

Hasil evaluasi penelitian dapat dijadikan dasar untuk pengembangan kegiatan selanjutnya, peningkatan mutu pelayanan termasuk sistem rujukan sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.

F. Indikator Keberhasilan.

Untuk mengetahui sampai berapa jauh keberhasilan program pembinaan kesehatan remaja dilaksanakan, ada beberapa patokan yang dapat dipantau dengan melalui sistem pencatatan dan pelaporan yang dapat meliput dan memberikan masukan dalam upaya penilaian keberhasilan program.
Indikator keberhasilan kegiatan kesehatan remaja antara lain adalah :
a. Menurunnya angka kehamilan wanita pada usia remaja.
b. Menurunnya angka kematian bayi dan ibu sebagai akibat kehamilan pada usia remaja muda.
c. Meningkatnya status kesehatan remaja dengan menurunnya gangguan kesehatan reproduksi, gangguan kesehatan mental dan penyalahgunaan obat/ zat adiktif.
d. Meningkatnya pelayanan kesehatan remaja mulai dari tingkat keluarga sampai ketingkat profesional baik oleh pemerintah maupun swasta dan masyarakat.
e. Meningkatnya peran serta masyarakat secara aktif dan para remaja upaya memecahkan masalah kesehatan dirinya maupun lingkungannya.

G. penutup.

Pembinaan kesehatan remaja akan berdaya ungkit terhadap kesehatan kelompok dewasa muda maupun pada kelompok dewasa usia lanjut. Karena itu pembinaan kesehatan remaja mempunyai nilai strategis dalam pembinaan bangsa.

Keberhasilan pembinaan kesehatan remaja sangat ditentukan oleh berbagai faktor dan perilaku, didukung oleh kerja sama lintas program dan lintas sektoral yang baik dan berkesinambungan serta ditunjang leh peran serta masyarakat yang aktif dalam berbagai kegiatan pembinaan.

Perlu dilakukan upaya-upaya pengembangan program dengan melakukan penelitian-penelitian untuk memahami lebih lanjut mengenai dunia remaja, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan remaja yang optimal yang juga akan meningkatkan derajat kesehatan keluarga menuju keluarga sehat sejahtera.


Daftar kepustakaan :

• SKN
• Pola Pembinaan Kesehatan Keluarga





UPAYA KESEHATAN USIA LANJUT DI PUSKESMAS

Pengertian

Upaya kesehatan usia lanjut dipuskesmas adalah upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan usia lanjut, yang dilaksanakan ditingkat puskesmas serta diselenggarakan secara khusus maupun umum yang terintegrasi dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya.

Upaya tersebut dilaksanakan oleh petugas kesehatan puskesmas dengan dukungan peran serta masyarakat baik didalam gedung maupun diluar gedung puskesmas. Sasarannya ditujukan pada kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi tanpa mengabaikan kelompok lainnya, dengan menggunakan tehnologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.

Yang termasuk pasien geriatri adalah :
- pasien dengan usia 55-70 tahun yang mengalami lebih dari satu kondisi patologik.
- Pasien dengan usia lebih dari 70 tahun walaupun dengan hanya satu kondisi.

Uapaya kesehatan paripurna dasar dibidang kesehatanusia lanjut adalah suatu upaya yang menyeluruh pada usia lanjut meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
Kegiatan upaya kesehatan usia lanjut ditingkat puskesmas secara khusus ialah penyuluhan, deteksi dan diagnosa dini usia lanjut, diagnosa kelainan usia lanjut, proteksi dan tindakan khusus pada usia lanjut dan pemulihan. Sedangkan secara umum dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya yang terkait.
Teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut ialah : teknologi yang mengacu pada masalah usia lanjut setempat, didukung sumber daya yang tersedia dimasyarakat, terjangkau oleh masyarakat, diterima oleh masyarakat, sesuai dengan azas manfaat.
Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut ialah peran serta masyarakat baik sebagai pemberi pelayanan maupun penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya, dalam pemecahan masalah usia lanjut, dalam bentuk : pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan uapay kesehatan usia lanjut.

TUJUAN DAN SASARAN

a. Tujuan :

1) Tujuan umum :

Meningkatnya derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalm kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal.

2) Tujuan khusus

a. Meningkatnya kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.
b. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat dalam menghayati dan mengatasi masalah kesehatan usia lanjut secara optimal.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut.
d. Meningfkatnya jenis dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

b. sasaran

1) sasaran langsung.

a. Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45-54 tahun ) atau dalam masa virilitas, didalam keluarga maupun masyarakat luas dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan fisik, gizi agar dapat mempersiapkan diri mengahadapi masa tua.
b. Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55- 64 tahun ) dalm keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat pada umumnya, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan agar dapat mempertahankan kondisi kesehatannya dan tetap produktif.
c. Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( > 65 tahun ) dan usia lanjut dan resiko tinggi ( > dari 70 tahun ), hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat, cacad dan lain-lain, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan agar dapat selama mungkin mempertahankan kemandiriannya.

2) Sasaran tidak langsung.

a. Keluarga dimana usia lanjut berada.
b. Organisasi sosial yang berkaitan dengan pembinaan usia lanjut.
c. Institusi pelayanan kesehatan dan non kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan pelayanan rujukan.
d. Masyarakat luas.

KEGIATAN USIA LANJUT

a. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut.

1) Upaya Peningkatan.

Yaitu upaya menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Upaya peningkatan dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang :

a) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri.
b) Makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
c) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
d) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang maha esa.
e) Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran sesuai dengan kemampuan.
f) Meningkatkan kegiatan sosial dimasyarakat.

2) Upaya Pencegahan

yaitu pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya pencegahan dapat berupa kegiatan antara lain :

a) Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut.
b) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
c) Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya : kacamata, alat bantu dengar dan lain-lain agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna.
d) Penyuluhan untuk mencegah terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.
e) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang maha esa.

3) Upaya Pengobatan

Yaitu uapaya pengobatan bagi usia lanjut.
Upaya pengobatan dapat berupa kegiatan sebagai berikut :
a) Pelayanan kesehatan dasar.
b) Pelayanan kesehatan spesialistik melalui sistim rujukan.

4) Upaya Pemulihan

Yaitu uapaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Upaya pemulihan dapat berupa kegiatan antara lain ;
a) Memberiakn informasi,pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya : kacamata, alat bantu dengar dan lain-lain agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
b) Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita.
c) Pembinaan usia lanjut dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktivitas di dalam maupun diluar rumah.
d) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
e) Perawatan fisioterapi.

b. Peningkatan Peran serta Masyarakat

Dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan kesehatan yangmelibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut, dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat.


c. Pengembangan Upaya Kesehatan Usia Lanjut.

Pengembangan upaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas adalah suatu upaya dalam menggunakan data yang diperoleh dari survei, studi, SP2TP, untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan pelayanan dibidang upaya kesehatan usia lanjut.
Pengembangan ini dilaksanakan melalui forum mini lokakarya, mikro planing dan stratifikasi Puskesmas dalam rangka mencapai derajat kesehatan usia lanjut secara optimal.

e. Pencatatan dan Pelaporan.

Diintegrasikan kedalam sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas


Daftar Pustaka :

Pedoman kerja Puskesmas
Jilid IV
Depkes RI 1991/1992
Jakarta





ASKEP PEMASANGAN CVP

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PEMASANGAN CVP

I. PENGERTIAN
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di AKa atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.

I. LOKASI PEMANTAUAN
• Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
• Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
• Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis
• Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena kava superior

II. INDIKASI DAN PENGGUNAAN
• Pengukuran tekanan vena sentral (CVP).
• Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
• Pengukuran oksigenasi vena sentral.
• Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi.
• Pemberian obat vasoaktif per drip (tetesan) dan obat inotropik.
• Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah.

III. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP antara lain :
• Nyeri dan inflamasi pada lokasi penusukan.
• Bekuan darah karena tertekuknya kateter.
• Perdarahan : ekimosis atau perdarahan besar bila jarum terlepas.
• Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).
• Microshock.
• Disritmia jantung

III. PENGKAJIAN
Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat.
• Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman.
• Keluhan verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
• Frekuensi napas, suara napas
• Tanda kemerahan / pus pada lokasi pemasangan.
• Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter
• Kesesuaian posisi jalur infus set
• Tanda-tanda vital, perfusi
• Tekanan CVP
• Intake dan out put
• ECG Monitor

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan aktivitas berhubungan dengan pemasangan kateter vena central
Kriteria pengkajian focus :
• Kelemahan, kelelahan.
• Perubahan tanda vital, adanya disritmia.
• Dispnea.
• Pucat
• Berkeringat.

V. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien akan mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital DBN selama aktivitas.

VI. INTERVENSI
• Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas.
Rasionalisasi : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas.
• Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.
Rasionalisasi : penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
• Kaji presipitator/penyebab kelemahan contoh nyeri.
Rasionalisasi : Nyeri dan program penuh stres jugas memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.
• Anjurkan latihan ROM aktif atau bila pasien tidak dapat memenuhinya lakukan ROM pasif setiap 6 jam.
Rasionalisasi : ROM dapat meningkatkan kekuatan otot, memperbaiki sirkulasi dan mengurangi rasa tidak nyaman.
• Jelaskan bahwa gangguan aktivitas adalah kondisi sementara yang diharuskan hanya selama waktu pemantauan sementara.
Rasionalisasi : Penjelasan dapat mengurangi anxietas karena rasa takut terhadap pemasangan CVP.
• Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
• Rasionalisasi : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi pemasangan CVP.


DAFTER PUSTAKA

Anna Owen, 1997. Pemantauan Perawatan Kritis. EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan .EGC. Jakarta.

Doenges M.E. at all, 1993. Rencana Asuhan Keperwatan. Edisi 3. EGC. Jakarta

Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Volume I. EGC. Jakarta

ASKEP KERACUNAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INTOKSIKASI INSEKTISIDA

A. Pengertian.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia.Termasuk peptisida ini adalah insektisida. Ada 2 macam insektisuda yang paling benyak digunakan dalam pertanian :
1. Insektisida hidrokarbon khorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon )
2. Isektida fosfat organic ( IFO =Organo Phosphatase insectisida )
Yang paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus menerus meningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya adalah Tabun dan Sarin. Bahan ini dapat menembusi kulit yang normal (intact) juga dapaat diserap diparu dan saluran makanan,namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti golongan IHK.
Macam-macam IFO adalah malathion ( Tolly ) Paraathion,diazinon,Basudin,Paraoxon dan lain-lain. IFO ada 2 macam adalah IFO Murni dan golongan carbamate.Salah satu contoh gol.carbamate adalah baygon.

B. Patogenesis.
IFO bekerja dengan cara menghabat ( inaktivasi ) enzim asetikolinesterase tubuh ( KhE).Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid( AKH ) dengan jalan mengikat Akh –KhE yang bersifat inaktif.Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO- KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejal;a ransangan Akh yang berlebihan ,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP )
Pada keracunan IFO ,ikatan Ikatan IFO – KhE bersifat menetap (ireversibel ) ,sedangkan keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible ).Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :
1. Muskarini,terutama pada saluran pencernaan,kelenjar ludah dan keringat,pupil,bronkus dan jantung.
2. Nikotinik,terutama pada otot-otot skeletal,bola mata,lidah,kelopak mata dan otot pernafasan.
3. SSP, menimbulkan nyeri kepala,perubahan emosi,kejang-kejang(Konvulsi ) sampai koma.
C. Gambaran Klinik.
Yang paling menonjol adalah kelainan visus,hiperaktifitas kelenjar ludah,keringat dan ggn saluran pencernaan,serta kesukaran bernafas.
Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor pada lidah,kelopak mata,pupil miosis.
Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, hipersaliva, hiperhidrosis,fasikulasi otot dan bradikardi.
Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif ,sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi,koma, blokade jantung akhirnya meningal.

D. Pemeriksaan.
1. Laboratorik.
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun sekian % dari harga normal ).
Kercunan akut : Ringan : 40 - 70 %
Sedang : 20 - 40 %
Berat : < 20 %
Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah meningkat > 75 % N
2. Patologi Anatomi ( PA ).
Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas.sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak dan organ-oragan lainnya.

E. Penatalaksanaan.
1. Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
2. Eliminasi.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis,( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.

3. Anti dotum.
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

ASUHAN KEPERAWATAN.

A. Pengkajian.
Pengkajian difokusakan padfa masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status kesadran.
Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

B. Masalah keperawatan. Yang mungkin timbul adalah :
• Tidak efektifnya pola nafas
• Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh.
• Gangguan kesadaran
• Tidak efektifnya koping individu.

C. Intervensi.
• Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yan meliputi resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan kerammas rambut.
• Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu pemberian SA.
• Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapi demamatau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.Monitir vital sign setiap 15 menit untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri abdomen serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.
• Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa diperlukan.
• Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety precautions . Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian,reaksi depresi,psikosis .neurosis, mental retardasi dan lain-lain.

SUMBER.

Emerton, D M ( 1989 ) Principle And Practise Of nursing , University of Quennsland Press, Australia.

Departemen kesehatan RI, ( 2000 ) Resusitasi jantung, paru otak Bantuan hidup lanjut ( Advanced Life Support ) Jakarta.

La/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr.Soetomo Surabaya,( 1994 ) Pedoman Diagnosis dan Terapi, Surabaya.

Phipps , ect, ( 1999 ) Medikal Surgical Nursing : Consept dan Clinical Pratise, Mosby Year Book, Toronto

ASKEP STRAIN DAN SPRAIN

STRAIN ( KRAM )
A. PENGERTIAN.
Adalah tarikan pada otot, ligament atau tendon yang disebabkan oleh regangan (streech) yang berlebihan.

B. PATOFISIOLOGI.
Adalah daya yang tidak semestinya yang diterapkan pada otot, ligament atau tendon. Daya (force) tersebut akan meregangkan serabut-serabut tersebut dan menyebabkan kelemahan dan mati rasa temporer serta perdarahan jika pembuluh darah dan kapiler dalam jaringan yang sakit tersebut mengalami regangan yang berlebihan.

C. TANDA DAN GEJALA.
 Kelemahan
 Mati rasa
 Perdarahan yang ditandai dengan :
 Perubahan warna
 Bukaan pada kulit
 Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi.
 Nyeri
 Odema

D. PENANGANAN.
Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 – 72 jam sedangkan mati rasa biasanya menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama 30 menit atau lebih kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin untuk menghentikannya. Otot, ligament atau tendon yang kram akan memperoleh kembali fungsinya secara penuh setelah diberikan perawatan konservatif.

E. RENCANA PERAWATAN.
1. Kemotherapi.
Dengan analgetik seperti Aspirin (300 – 600 mg/hari) atau Acetaminofen (300 – 600 mg/hari).
2. Elektromekanis.
 Penerapan dingin.
Dengan kantong es 24 0C
 Pembalutan atau wrapping eksternal.
Dengan pembalutan atau pengendongan bagian yang sakit.
 Posisi ditinggikan atau diangkat.
Dengan ditinggikan jika yang sakit adalah ekstremitas.
 Latihan ROM.
Latihan pelan-pelan dan penggunaan semampunya sesudah 48 jam.
 Penyangga beban.
Semampunya dilakukan penggunaan secara penuh.


SPRAIN (KESELEO )

A. PENGERTIAN.
Adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat bersifat sedang atau parah.

B. PATOFISIOLOGI.
Adalah kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas kerja.
Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan.

C. TANDA DAN GEJALA.
o Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah.
o Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.
o Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
o Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan.

D. RENCANA PERAWATAN.
1. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Kemotherapi.
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.
3. Elektromekanis.
 Penerapan dingin  dengan kantong es 24 0C
 Pembalutan / wrapping eksternal.
Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).
 Posisi ditinggikan.
Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
 Latihan ROM.
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.
 Penyangga beban.
Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan yang sakit.

STUDI DIAGNOSTIK.
a. Riwayat :
o Tekanan
o Tarikan tanpa peredaan
o Daya yang tidak semestinya
b. Pemeriksaan Fisik :
Tanda-tanda pada kulit, sistem sirkulasi dan muskuloskeletal .


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
STRAIN DAN SPRAIN

I. PENGKAJIAN.
1. Identitas pasien.
2. Keluhan Utama.
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas / ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang.
o Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah berolah raga.
o Daerah mana yang mengalami trauma.
o Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada sistem muskuloskeletal lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
4. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi :
o Kelemahan
o Edema
o Perdarahan  perubahan warna kulit
o Ketidakmampuan menggunakan sendi
b. Palpasi :
o Mati rasa
c. Auskultasi
d. Perkusi.
5. Pemeriksaan Penunjang.
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan dengan patah tulang.


II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL.
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
Tujuan :
o Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin.
o Menunjukkan teknik memampukan melaksanakan aktivitas ( ROM aktif dan pasif ).
Intervensi :
 Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera / pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi.
 Ajarkan untuk melaksanakan latihan rentang gerak pasien / aktif pada ekstremitas yang sehat dan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit.
 Berikan pembalutan, pembebatan yang sesuai.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
Tujuan :
o Menyatakan nyeri hilang.
Intervensi :
 Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips dan pembalutan.
 Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
 Pemberian kompres dingin dengan kantong es 24 0C.
 Ajarkan metode distraksi dan relaksasi selama nyeri akut.
 Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik.

3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan fungsi tubuh.
Tujuan :
o Mendemonstrasikan adaptasi kesehatan, penanganan keterampilan.
Intervensi :
 Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pandangan pemikiran perasaan seseorang.
 Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, dan prognosa kesehatan.
 Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang sudah diberikan.
 Hindari kritik negatif.
 Beri privasi dan suatu keamanan lingkungan.


Daftar Pustaka

Rachmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Penerbit : AKPER Depkes, Banjarbaru.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta.

Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Penerbit : EGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 . Penerbit : EGC, Jakarta.

Penyakit - Diseases

Diabetes
suatu penyakit yang terjadi karena tubuh kekurangan insulin, bisa karena pankreas tidak cukup atau hanya menghasilkan sedikit insulin, atau bisa juga karena sel tubuh melawan insulin yang dihasilkan – tidak bisa dicegah.

Diabetes
an illness that occurs when the body lacks insulin, either because the pancreas does not produce any or only a very small amount, or because the cells in the body are resistant towards the insulin it produces – is preventable.

Penyakit Malarian
adalah salah satu penyakit yang sering menyerang masyarakat Aceh melalui infeksi darah oleh parasit plasmodium.

Malarian Ailment
is one of the common diseases that is found in Aceh. It is a blood infection caused by a parasite called plasmodium.

Tuberkulosis
biasanya ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit paruparu dan terdapat bakteria di dahak mereka.Dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, tidak enak badan, berkeringat tanpa ada kegiatan, demam lebih dari satu malam.

Tuberculosis
is usually transmitted from infectious people coughing. People are usually infectious when they have pulmonary disease and thus they have bacteria in their sputum.Sputum mixed with blood, bleeding cough, shortwinded and painful in breathing, weaken body, loss of appetite, loss of weight, nausea, sweating without any activities, fever overnights.

Sahrul Jam


clock-desktop.com

Jika Perasaannya Was2 Jangan Dimainkan Videonya By Sahrul Cau